TEPI BARAT (Arrahmah.id) – Pemimpin Jihad Islam mengecam upaya Arab untuk menormalisasi hubungan dengan “Israel” pada Jumat (6/10/2023), ketika kelompok tersebut melancarkan demonstrasi di Wilayah Palestina dan negara-negara tetangga di tengah upaya “Israel” untuk berdamai dengan Arab Saudi, lapor Reuters.
“Mereka yang terburu-buru menuju normalisasi proyek Zionis harus tahu, dan mereka memang tahu, bahwa ini adalah pengakuan mereka bahwa Palestina bukan milik kita, dan bahwa Yerusalem dengan masjidnya bukan milik kita,” kata Ziad Al-Nakhala, yang dicari oleh “Israel” dan ditetapkan sebagai teroris oleh Amerika Serikat dan negara lain, dalam sebuah video.
Pernyataan tersebut disiarkan kepada para demonstran di Gaza, Tepi Barat, Libanon dan Suriah, yang memperingati 36 tahun berdirinya gerakan tersebut.
Faksi perlawanan bersenjata dan bertopeng menghadiri rapat umum di Gaza dengan mengenakan seragam gaya militer. Panitia memasang dua bendera raksasa “Israel” dan Amerika Serikat agar para peserta dapat melangkah ketika mereka tiba di lapangan terbuka.
Jihad Islam Palestina, yang berupaya menghancurkan “Israel”, telah berulang kali berperang melawan militer “Israel” dalam beberapa tahun terakhir dan selalu menolak kompromi politik apa pun. Kelompok ini berbasis di Gaza, wilayah yang dikuasai kelompok saingannya, Hamas, dan juga memiliki kantor pusat di Beirut dan Damaskus.
Presiden AS Joe Biden telah mendorong Arab Saudi dan “Israel” untuk mengupayakan perjanjian yang akan melanjutkan perjanjian sebelumnya antara “Israel” dan Uni Emirat Arab dan Bahrain, serta Maroko dan Sudan. Kesepakatan apa pun dipandang masih jauh dari tercapai, dan status Palestina merupakan salah satu isu utama yang harus diputuskan.
Al-Nakhala juga mengecam Otoritas Palestina, badan yang lahir dari Perjanjian Oslo 30 tahun lalu, yang menjalankan pemerintahan terbatas di Tepi Barat yang Diduduki, ketika pasukan keamanannya bentrok sebentar dengan anggota Jihad Islam di sebuah rapat umum di kota Tulkarem.
“Israel membunuh kami dengan senjata Amerika, dan apa yang disebut sebagai badan keamanan juga mengejar dan menangkap kami berdasarkan keputusan Amerika,” katanya, seraya menuntut PA membebaskan semua tahanan Palestina yang ditahan.
Beberapa jam setelah komentarnya, orang-orang bersenjata tak dikenal di kota Jenin, Tepi Barat utara, melepaskan tembakan ke markas besar pemerintah Palestina.
Al-Nakhala mengatakan Jihad Islam tetap menentang tidak hanya normalisasi hubungan dengan “Israel”, tetapi juga seluruh proses perdamaian yang dimulai dengan Perjanjian Camp David antara “Israel” dan Mesir pada 1978.
“Kami tegaskan perlawanan kami terus berlanjut, dan Gerakan Jihad Islam yang lahir dari semangat Islam masih tetap bertahan di jalurnya. Ia belum berkompromi dan tidak akan menyerah pada delusi,” katanya. (zarahamala/arrahmah.id)