PAKISTAN (Arrahmah.com) – Sungguh tak disangka, pimpinan tinggi Jamaat Tabligh telah mencela penegakan syariat yang ditegakkan melalui senjata, militansi, dan jihad.
Pimpinan Jamaat, yang konon selalu menghindari pembicaraan tentang isu-isu yang akan menimbulkan kontroversi di dunia publik, juga mempropagandakan harmoni antar-agama, toleransi, hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perdamaian.
Mereka, para pimpinan itu, berbicara pada penutupan tiga hari pertemuan Jamaat pada Senin (27/4) lalu.
“Syariat tidak bisa ditegakkan lewat senjata,” ungkap Haji Abdul Wahab, pimpinan Jamaat Tabligh, di Pakistan.
Laki-laki berusia 90 tahun itu, yang meninggalkan pekerjaannya sebagai hakim di pengadilan India untuk bergabung dengan Jamaat, menyatakan contoh yang ditunjukkan oleh Rasulullah Muhammad saw. Ia mengatakan bahwa Rasulullah tidak pernah menggunakan kekuatan senjata. Justru beliau saw menyebarkan kalimat Allah hanya dengan cara-cara yang penuh perdamaian.
“Kaum muslimin seharusnya mendakwahkan perdamaian, persaudaraan, dan toleransi di seluruh dunia, termasuk dengan Israel. Mereka harus menolak untuk memaksakan keyakinan dan kepercayaannya dengan kekuatan senjata karena Islam adalah agama perdamaian dan ketentraman,” ujar pimpinan yang lain.
Maulana Mohammad Ahmed, seorang mantan pakar pendidikan, mengatakan bahwa orang Muslim sebaiknya menginspirasi pengikut agama lain lewat moral dan perilaku sosial yang baik. Orang yang berpikir bahwa syariat bisa dipaksakan lewat senjata adalah orang tolol, katanya.
“Kita sebaiknya mengulurkan tangan kepada siapapun dan menuntun mereka dari kegelapan. Di munculnya agama Islam, orang-orang dulu biasa mengubur anak perempuan mereka tanpa penyesalan yang dalam. Ingatlah …semua manusia adalah ciptaan Allah,’ kata Maulana Ahmed.
Secara tidak langsung para pimpinan Jamaat ini mengatakan bahwa pihaknya tidak sepakat dengan Jihad dalam rangka menegakkan kalimatullah dan menerapkan syariat Islam.
Mereka sudah menutup mata dan telinga. Seharusnya yang mereka pertanyakan, yang mereka ragukan, dan yang mereka cela adalah pemerintah yang mengaku muslim tapi tidak menegakkan Islam. Mereka lupa fakta bahwa pemerintah Murtad ini mengambil orang-orang kafir sebagai Awliya’. Dan pernahkah mereka mengkritisi pemerintahan murtad yang memerangi mujahidin dan membantu para salibis dalam menangkap dan membunuh para mujahid, sebagaimana yang mereka lakukan dalam rangka mencela syariat yang ditegakkan lewat jihad?
Jika saja Jamaat Tabligh mengajarkan jihad sebagai jihad dan bukan jihad sebagai dakwah, maka mereka akan menjadi gerakan jihad paling besar di dunia hari ini. Namun karena para kemunafikan para pemimpinnya, mereka hanya menjadi gerakan Qaa’ideen dunia terbesar. Sungguh memalukan. (Althaf/arrahmah.com)