GAZA (Arrahmah.id) — Pemimpin kelompok perlawanan Palestina Hamas di Gaza mengatakan kelompoknya siap menukar semua sandera dengan sejumlah warga Palestina yang dipenjara oleh Israel sebagai upaya untuk mengakhiri perang .
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, seperti dilansir Reuters (18/4/2025), Khalil Al-Hayya, yang memimpin tim negosiasi Hamas untuk pembicaraan tidak langsung dengan Israel, mengatakan kelompoknya menolak kesepakatan gencatan senjata sementara.
“Netanyahu dan pemerintahannya menggunakan perjanjian parsial sebagai kedok untuk agenda politik mereka, yang didasarkan pada kelanjutan perang pemusnahan dan kelaparan. Bahkan jika harganya adalah mengorbankan semua tahanannya (sandera). Kami tidak akan menjadi bagian dari kebijakan ini,” kata Hayya.
Mediator Mesir telah berupaya menghidupkan kembali perjanjian gencatan senjata Januari yang menghentikan pertempuran di Gaza sebelum runtuh bulan lalu, tetapi belum ada tanda-tanda kemajuan karena Israel dan Hamas saling menyalahkan atas tidak tercapainya kesepakatan.
Putaran terakhir pembicaraan pada hari Senin di Kairo untuk memulihkan gencatan senjata dan membebaskan sandera Israel berakhir tanpa terobosan yang jelas, kata sumber Palestina dan Mesir.
Hayya mengatakan bahwa Hamas menerima usulan dari mediator, Qatar dan Mesir, untuk membebaskan beberapa sandera sebagai imbalan pembebasan warga Palestina yang dipenjara oleh Israel. Dan dia pun mau memulai pembicaraan tentang penerapan fase kedua perjanjian gencatan senjata yang mencakup penghentian perang dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Ia menuduh Israel menawarkan usulan balasan dengan “syarat yang mustahil.” (hanoum/arrahmah.id)