SHAQRA (Arrahmah.com) – Pesawat tempur rezim Yaman kemarin pagi (19/4/2012) melancarkan serangan ke kota Shaqra, di mana rumah Syeikh Tariq al-Fadli berlokasi, yang secara resmi telah menyatakan dukungan dan bergabung dengan Mujahidin Ansar al-Sharia (AQAP) dan anak-anaknya berjuang bersamanya.
Syeikh al-Fadli mengatakan, “Adapun anak-anak saya, mereka adalah para pemuda dan mereka hadir bersama saya di Abyan ketika rumah saya diserang beberapa kali, ketika anak saya melihat apa yang terjadi padaku dan negara mereka dan apa yang dilakukan Ansar al-Sharia, mereka bergabung dengan Ansar al-Sharia dan berjuang bersama mereka dan aku bangga akan hal itu.”
“Muhammad Thariq merupakan yang pertama yang pergi ke medan jihad dan bergabung dengan Ansar al-Sharia di abyan, dan kini Jalaludin berada di bagian terdepan di Lawdar dan jika aku memiliki seribu anak, aku tidak akan memilih untuk mereka jalan selain jalan ini, berperang demi Allah dan aku meminta kepada Allah untuk memberi mereka keberhasilan dan kemenangan,” lanjutnya.
Saat ditanya mengenai kebenaran berita bahwa salah satu putranya telah syahid di Lawdar, ia menyangkal pemberitaan tersebut.
“Itu adalah keinginan saya bahwa mereka menjadi martir di lawdar. Jika saya atau salah satu anak saya tewas, itu saya terima dan memang itu yang saya inginkan, saya telah mencarinya sejak saya bergabung dengan jihad di Afghanistan.”
Menurutnya, saat ini dirinya sudah cukup tua untuk berada di front terdepan dan dia meminta kepada Allah untuk menjadi pribadi yang baik selama sisa hidupnya, namun anak-anaknya menginginkan Hoor al-Ein saat ini. Ia juga menyeru pemuda Muslim untuk datang ke Abyan dan mengatakan : “Bendera la ilaha illalah telah berkibar di Abyan dan akan terus begitu hingga hari pembalasan dan sampai Mujahidin meraih semua tanah kaum Muslimin.”
Syeikh Thariq al-Fadli adalah putra dari sultan terakhir Kesultanan Fadhli. Dia berpartisipasi dalam Jihad melawan pendudukan Soviet di Afghanistan pada tahun delapan puluhan dan mendukung pemerintah di Yaman Utara dalam perang pemisahan diri pada tahun 1994 karena fatwa ulama saat itu bahwa itu adalah jihad melawan kaum Komunis dari Yaman Selatan.
Pada tahun 2009, ia menyatakan bergabung dengan Gerakan Selatan. Pemerintah menuduhnya sebagai bagian dari Al Qaeda. (haninmazaya/arrahmah.com)