KAIRO (Arrahmah.id) — Para pemimpin negara Liga Arab pada Selasa (4/3/2025) sepakat membentuk komite dana perwalian guna membiayai rekonstruksi Jalur Gaza Palestina yang hancur akibat agresi brutal Israel sejak 7 Oktober 2023 lalu.
Dilansir AFP (5/3), dana perwalian tersebut akan “menerima komitmen keuangan dari semua negara donor dan lembaga pendanaan” guna menjalankan proyek rekonstruksi di wilayah Palestina.
Dalam pertemuan darurat di Kairo, Mesir, organisasi yang terdiri dari 22 negara Arab itu juga menyerukan kontribusi internasional untuk mempercepat proses pembangunan Kembali Jalur Gaza.
Liga Arab merupakan organisasi regional yang terdiri dari 22 negara di dunia Arab, yang tersebar di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Negara-negara anggota Liga Arab meliputi: Aljazair, Bahrain, Komoro, Djibouti, Mesir, Irak, Yordania, Kuwait, Lebanon, Libya, Mauritania, Maroko, Oman, Palestina, Qatar, Arab Saudi, Somalia, Sudan, Suriah, Tunisia, Uni Emirat Arab (UEA), dan Yaman.
Liga Arab mendesak komunitas internasional untuk ikut berpartisipasi membantu rekonstruksi Gaza sesegera mungkin.
Sementara itu, kelompok perlawanan Palestina Hamas menyambut baik rencana yang diadopsi oleh para pemimpin Arab ini. Selain membentuk komite pengumpulan dana rekonstruksi, komite ini diharapkan akan mengawasi proses pembangunan kembali dan pemerintahan di wilayah Palestina.
“Kami menyambut baik rencana rekonstruksi Gaza yang diadopsi dalam pernyataan akhir KTT dan menyerukan penyediaan semua sumber daya yang diperlukan demi keberhasilannya,” kata kelompok Palestina itu dalam sebuah pernyataan.
Hamas juga menyatakan “dukungan terhadap pembentukan Komite Dukungan Masyarakat untuk mengawasi upaya bantuan, rekonstruksi, dan pemerintahan di Gaza” merujuk pada badan administratif sementara yang diusulkan dalam KTT Liga Arab di Kairo.
Pertemuan Liga Arab ini berlangsung kala fase gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza sejak 19 Januari lalu berada di ujung tanduk.
Sebab, hingga hari ini, Rabu (5/3) kedua belah pihak belum membicarakan kelanjutan fase kedua gencatan. Sementara itu, fase pertama gencatan senjata dikabarkan berakhir akhir pekan ini.
Kedua belah pihak juga kembali bersitegang usai Hamas menolak usulan Israel memperpanjang fase pertama gencatan senjata.
Menurut Hamas, itu hanya akal-akalan Israel agar gencatan senjata tidak sampai tahap kedua, di mana dalam tahap itu mencakup proses penarikan pasukan negara Zionis sepenuhnya dari Gaza.
Sementara itu, Israel menuduh Hamas ingin menggagalkan gencatan senjata lantaran ogah membebaskan sisa warganya yang masih menjadi sandera.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengancam akan ada konsekuensi berat bagi Hamas jika pembebasan sandera tidak terjadi juga. (hanoum/arrahmah.id)