KANDAHAR (Arrahmah.com) – Komisi pemilihan Afghanistan pada Jum’at (19/10/2018) menunda pemilihan di Kandahar selama satu minggu, setelah serangan mematikan menargetkan pertemuan pejabat kemananan tingkat tinggi dengan delegasi AS, di mana dua pejabat senior provinsi tewas, termasuk kepala polisi provinsi tersebut.
Imarah Islam Afghanistan mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, dengan mengatakan mereka menargetkan komandan tertinggi AS di Afghanistan, Jenderal Scott Miller, yang berada dalam pertemuan itu namun tidak terluka dalam serangan, lansir Daily Sabah.
Wakil juru bicara Komisi Independen Pemilihan, Aziz Ibrahimi, mengatakan penundaan dimaksudkan untuk memungkinkan para pelayat menyaksikan pemakaman bagi beberapa pejabat yang terbunuh.
Kepala Intelijen Kandahar, Abdul Mohmin, juga tewas dalam serangan, namun kondisi gubernur provinsi itu, Zalmay Wesa, yang terluka dalam serangan, masih belum diketahui sampai saat ini. Beberapa laporan mengatakan Wesa telah dipindahkan ke rumah sakit NATO di luar Kandahar.
Pertemuan Kandahar, yang diadakan untuk membahas rencana keamanan untuk pemilihan parlemen Sabtu (20/10) ini, baru saja berakhir ketika seorang penjaga elit Afghanistan, mengarahkan senjatanya ke arah delegasi yang akan meninggalkan lokasi pertemuan.
Dua polisi Afghanistan juga tewas dan tiga terluka dalam serangan itu, menurut seorang pejabat rumah skait yang tidak ingin disebutkan namanya.
Tiga orang Amerika terluka dalam serangan, namun pernyataan NATO mengklaim mereka berada dalam kondisi stabil.
Seorang anggota parlemen Kandahar yang mencalonkan diri kembali dalam pemilihan kali ini, Khaled Pashtun, mengatakan penundaan satu minggu dalam pemungutan suara dimaksudkan untuk memberikan pemilih waktu, di mana mungkin mereka ketakutan keluar rumah setelah serangan terjadi. Namun demikian, serangan tersebut menggarisbawahi ketidakamanan mengeriman di Afghanistan menjelang pemilihan. (haninmazaya/arrahmah.com)