NEW DELHI (Arrahmah.id) — Pemilihan umum Lok Sabha alias pemilu legislatif India 2024 mulai dihitung setelah melalui masa pencoblosan beberapa hari belakangan. Hasil pemilu ini bakal sangat signifikan terhadap Muslim di India yang meski populasinya melonjak namun keterwakilan di parlemen kian terkikis.
Hampir 970 juta orang berhak memilih dalam pemilu India tersebut. Mereka akan memilih 543 anggota majelis rendah Parlemen untuk masa jabatan lima tahun. Pemilu tahun ini dilangsungkan seiring diskriminasi yang terus meningkat terhadap Muslim India yang kini berjumlah 200 juta orang.
Dilansir The Associated Press (3/6/2024), seiring dengan pertumbuhan populasi Muslim di India, keterwakilan legislatif justru merosot. Pada pertengahan tahun 1980-an, umat Islam berjumlah 11 persen dari populasi India, dan mempunyai 9 persen kursi di Parlemen. Saat Muslim meliputi 14 persen dari populasi dan memiliki kurang dari 5 persen kursi di Parlemen.
Anjloknya keterwakilan ini seturut dengan sentimen Hindutva alias nasionalisme Hindu yang meroket sejak Perdana Menteri Narendra Modi, politikus sayap kanan dari Partai Bharatya Janata (BJP).
Ketika Modi mengambil alih kekuasaan pada tahun 2014, parlemen yang berakhir masa tugasnya kala itu memiliki 30 anggota parlemen Muslim – dan hanya satu yang merupakan anggota BJP. Umat Islam sebelum pemilihan umum ini menduduki 25 dari 543 kursi, dan tidak ada satupun yang berasal dari partai yang berkuasa.
Representasi politik umat Islam di tingkat negara bagian hanya sedikit lebih baik. Anggota parlemen Muslim memegang sekitar 6 persen kursi legislatif negara bagian. Tidak ada satupun negara bagian yang memiliki ketua menteri yang beragama Islam.
Partai-partai oposisi di India semakin enggan mencalonkan kandidat Muslim karena takut akan mengasingkan pemilih Hindu, kata para ahli. Meskipun mayoritas umat Hindu mendukung BJP, umat Islam kesulitan membentuk agenda politik yang kohesif, sebagian karena betapa beragamnya komunitas tersebut dalam berbagai sekte, etnis, bahasa, adat istiadat, dan budaya.
Dalam pemilu kali ini, sentimen anti-Muslim kembali dimainkan BJP dan Narendra Modi. Islamofobia jadi salah satu ciri khas pemilu ini.
Hal ini paling jelas terlihat ketika Modi, dengan merujuk pada umat Islam, menyebut 200 juta penduduk Muslim India sebagai “penyusup” pada rapat umum kampanye BJP saat berpidato di depan para pemilih di negara bagian Rajasthan di bagian barat pada 21 April. Ia juga menuduh partai oposisi Kongres berencana mendistribusikan kekayaan negara kepada umat Islam.
Teori konspirasi seperti “Jihad Cinta,” juga muncul kembali. Kabar bohong tersebut terkait adanya agenda terselubung oleh laki-laki Muslim untuk menjerat dan mengubah agama perempuan Hindu yang dihembuskan partai Modi. Isu itu kembali menjadi perhatian publik, dan muncul secara mencolok pada rapat umum pemilu pada 28 Mei, beberapa hari sebelum fase terakhir pemilu yang sedang berlangsung, di negara bagian Jharkhand bagian Timur.
Dalam hasil perhitungan sementara pemilu tahun ini, Narendra Modi hampir memegang kendali penuh atas politik India sejak berkuasa 10 tahun lalu, dengan satu pengecualian: wilayah selatan yang lebih kaya di negara itu.
Lima negara bagian di India selatan – Andhra Pradesh, Karnataka, Kerala, Tamil Nadu, dan Telangana – menyumbang sekitar 20 persen populasi dan 30 persen perekonomian negara tersebut. Mereka adalah jantung dari sektor manufaktur dan teknologi tinggi India. Mereka beragam secara etnis dan bangga multibahasa. Mereka memberdayakan perempuan dengan kesempatan pendidikan dan pekerjaan serta memiliki sejarah panjang politik progresif.
Tidak satupun dari mereka dikendalikan oleh Partai Bharatiya Janata yang dipimpin Modi – sebuah penolakan keras terhadap agenda nasionalis Hindu yang mendapat dukungan luas di India utara. Namun Modi telah melakukan sekitar 20 perjalanan tahun ini ke wilayah tersebut untuk mencoba meningkatkan dukungan.
Sementara di Uttar Pradesh, negara bagian terpadat di India, perhitungan sementara menunjukkan keunggulan awal yang mengejutkan bagi oposisi, meski sebelumnya dikuasai oleh partai nasionalis Hindu yang dipimpin Modi.
Penghitungan awal yang dilaporkan oleh Komisi Pemilihan Umum menunjukkan partai oposisi Kongres dan sekutunya, Partai Samajwadi, memimpin dengan lebih dari separuh kursi di negara bagian penting di utara Uttar Pradesh yang diperintah oleh seorang biksu Hindu yang dianggap sebagai calon perdana menteri masa depan oleh Modi.
Partai Samajwadi memimpin dengan 35 kursi, sedangkan Partai Bharatiya Janata pimpinan Modi unggul dengan 34 kursi. Partai Kongres memimpin dengan tujuh kursi. Pada pemilu 2019, BJP meraih 62 kursi di negara bagian tersebut.
Uttar Pradesh mengirimkan anggota parlemen terbanyak di antara negara bagian mana pun, yakni 80 orang, ke Parlemen. Ini telah lama dianggap sebagai daerah kunci dalam pemilu India. Daerah ini juga merupakan lokasi Ayodhya, tempat sebuah kuil Hindu di lokasi masjid yang dihancurkan dibuka pada Januari. (hanoum/arrahmah.id)