SELANGOR (Arrahmah.com) – Menjelang “Valentine Day”, pemerintah Islam Selangor gencar mengingatkan para remaja Muslim tentang perintah agama atau fatwa yang melarang ummat Islam untuk merayakannya.
Asisten kepala Mufti Selangor, Mat Jais Kamos mengatakan bahwa pemerintah tidak ingin para pemuda Muslim terjebak untuk ikut-ikutan merayakan Hari Valentine, sebagaimana dilansir oleh The Malaysian Insider, Kamis (13/2/2014).
“Perayaan valentine menekankan hubungan antara dua individu berbeda jenis lebih daripada cinta antara anggota keluarga atau pasangan yang sudah menikah,” kata Mat Jais Kanos.
Mat Jais juga menambahkan bahwa pejabat departemen telah membagikan selebaran di sekolah menengah Shah Alam untuk mengingatkan ummat Islam tentang putusan tahun 2006 yang dikeluarkan oleh dewan fatwa negara.
Sebagian besar para siswa Muslim mengatakan bahwa mereka telah menyadari larangan untuk ikut serta dalam perayaan yang berhubungan dengan “Hari Valentine” dan alasan di balik itu.
Muhammad Ibrahim Faiq Hussein ( 17) yang terkejut dengan kehadiran para pejabat disekolah tersebut mengatakan bahwa ia tidak pernah merayakan hari valentine.
“Saya pikir sebagian besar dari kami telah diajarkan di kelas tentang keharaman merayakan valetine day.”
“Melihat mereka (para pejabat) berbicara kepada siswa tentang pelarangan merayakan Hari Valentine merupakan hal yang tak terduga.”
Nadia Amyra Azirudyn (16) mengatakan dia tidak melihat relevansi dari kampanye pelarangan merayakan hari valentine di sekolahnya, karena sebagian besar teman-teman Muslim di sekolahnya tidak merayakan “Hari Valentine”.
“Saya kira kampanye ini sangat membantu bagi mereka yang ingin tahu mengapa kita tidak ikut ambil bagian dalam perayaan hari valentine.”
Suhaidi Subeli (16) mengatakan bahwa kampanye ini bisa lebih efektif jika dilakukan dengan memberikan ceramah agama atau mengadakan kelas khusus yang membahas masalah keharaman valentine day.
Dia menambahkan bahwa “Hari Valentine” biasanya dirayakan di kalangan siswa non-Muslim di sekolah.
Ini bukan pertama kalinya pemerintahan Islam di negara itu memulai kampanye pelarangan merayakan “Hari Valentine” bagi Ummat Islam.
Tahun lalu, Departemen Pembangunan Islam Malaysia (Jakim), dengan dibantu oleh sekitar 250 relawan dari berbagai organisasi non-pemerintah (NGO), meluncurkan kampanye “Perangkap Perayaan Hari Valentine” di Kuala Lumpur.
Departemen Pembangunan Islam Malaysia (Jakim) mengatakan bahwa pihaknya meluncurkan kampanye tersebut sebagai tindak lanjut dari keputusan Komite Fatwa Dewan Nasional untuk Urusan Agama Islam pada tahun 2005 bahwa merayakan Hari Valentine merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam karena bisa menyebabkan dekadensi moral, dan penyakit sosial.
Perayaan “Hari Valentine” tidak ada sangkut pautnya sedikit pun dengan corak hidup seorang muslim. Tradisi tanpa dasar ini lahir dan berkembang dari segolongan manusia (kaum/bangsa) yang hidup dengan corak yang sangat jauh berbeda dengan corak hidup berdasarkan syariat Islam yang agung.
Sangat jelas bahwa “Hari Valentine” adalah budaya orang kafir, yang kita (umat Islam) dilarang untuk mengambilnya. Kita dilarang menyerupai budaya yang lahir dari peradaban kaum kafir, yang jelas-jelas bertentangan dengan aqidah Islam. Sungguh, ikut merayakan hari valentine adalah tindakan haram dan tercela. (ameera/arrahmah.com)