ANKARA (Arrahmah.com) – Pemerintah Yunani secara diam-diam menahan para imigran dari Suriah di sebuah lokasi sebelum mengusir mereka ke Turki tanpa melakukan proses hukum sebelumnya, hal tersebut merupakan salah satu dari beberapa langkah keras yang dilakukan untuk menutup perbatasannya, dan itu melanggar hukum internasional.
New York Times melansir, beberapa imigran melaporkan telah ditangkap, dilucuti barang-barang mereka, dipukuli dan diusir dari Yunani tanpa diberi kesempatan untuk mengajukan suaka atau berbicara dengan pengacara, proses ilegal ini dikenal dalam hukum internasional sebagai refoulement.
Sementara itu, pejabat Turki mengatakan bahwa setidaknya tiga imigran telah ditembak dan dibunuh ketika mencoba memasuki Yunani dalam dua minggu terakhir.
Pemerintah Yunani berdalih bahwa tindakan yang dilakukannya sebagai tanggapan yang sah terhadap kebijakan yang diambil oleh pihak berwenang Turki, di mana mereka mengizinkan para imigran meninggalkan perbatasannya ke Eropa, mengingat gelombang pengungsi terus berdatangan dari Idlib yang dilanda perang.
Pemerintah Yunani membantah laporan terkait kematian imigran di perbatasan. Sementara itu, mantan Pelapor Khusus AS untuk hak asasi manusia bagi imigran, François Crépeau, mengatakan itu setara dengan “situs hitam” domestik.
Seperti yang dilaporkan secara serentak oleh media Turki dan internasional, para penjaga Pantai Yunani, yang seharusnya menjadi lembaga yang menyelamatkan nyawa, telah melepaskan tembakan ke arah para imigran di perahu-perahu kecil yang mencoba mencapai pantai-pantai Yunani dalam beberapa pekan terakhir.
Berbicara kepada New York Times, seorang imigran mengatakan tentang penjaga perbatasan Yunani, “Bagi mereka, kami seperti binatang.”
Para imigran menghabiskan malam ditahanan, tanpa makanan atau minuman, sebelum diangkut kembali melintasi perbatasan yang membagi antara Turki dan Yunani.
Reaksi Yunani terhadap pengungsi sangat keras. Setidaknya dua pengungsi telah terbunuh dan banyak yang dipukuli, diserang, dan dihujani gas airmata oleh pasukan Yunani. Pasukan Yunani bahkan telah mencoba menenggelamkan perahu karet pengungsi yang mencoba menyeberangi perairan Aegean.
Keputusan Turki untuk membuka perbatasan terjadi setelah 34 tentara Turki terbunuh oleh pasukan rezim Suriah di Idlib, Suriah barat laut pekan lalu. Tentara Turki ditempatkan di sana untuk melindungi warga sipil setempat berdasarkan kesepakatan 2018 dengan Rusia yang melarang tindakan agresi di wilayah tersebut.
Turki telah menampung hampir 4 juta imigran Suriah, lebih dari negara mana pun di dunia. Para pejabat mengatakan negara itu tidak bisa menangani gelombang pengungsi lain.
Ankara telah berulang kali mengeluh bahwa Eropa telah gagal menepati janjinya di bawah kesepakatan pengungsi UE-Turki 2016 untuk membantu imigran dan membendung gelombang imigran lebih lanjut. (rafa/arrahmah.com)