ATUSH (Arrahmah.com) – Seorang siswa Uighur telah ditempatkan di pusat karantina untuk coronavirus novel (COVID-19) di dekat sebuah kamp interniran di kota Atush, Xinjiang, ungkap seorang pejabat, di tengah kekhawatiran bahwa kondisi di kamp interniran dapat menyebabkan wabah semakin cepat menyebar.
Miradil Nurahmat, seorang mahasiswa sarjana jurusan kinesiologi di Universitas Normal Xinjiang di ibukota Urumqi, diisolasi untuk diobservasi setelah kembali ke Atush untuk mengunjungi keluarganya pada 27 Januari, kata ketua komite lingkungan di kota kepada kantor berita RFA.
Ketua komite, yang tidak mau disebut namanya karena alasan keamanan, mengatakan dia telah melaporkan Nurahmat ke sekretaris Partai Komunis setempat karena dia tiba dari luar Atush. Pihak berwenang kemudian membawanya ke “Distrik 6”, sebuah zona industri di pinggiran kota yang berdampingan dengan kamp interniran.
“Dia tengah dikarantina di bawah pengawasan yang ketat,” kata kepala itu, sebagaimana dilansir RFA pada Rabu (12/2/2020).
“Dia datang pada 27 Januari saat libur sekolah. Sekolah mulai libur pada 17 Januari dan dia ke sini pada 27 Januari, tetapi dia tidak datang bersama teman sekelasnya. Mulai 23 Januari kami memutuskan bahwa kami harus mengawasi semua orang yang kemungkinan terkena virus,” imbuhnya.
Ketua panitia tidak merinci apakah Nurahmat menunjukkan gejala coronavirus atau tidak.
Pada 23 Januari, media pemerintah Cina mengumumkan infeksi pertama yang dikonfirmasi di Xinjiang, yakni dua pria yang sebelumnya melakukan perjalanan ke kota Wuhan di provinsi Hubei, dan pada hari Rabu setidaknya 59 orang telah terinfeksi, sementara lebih dari 4.100 berada di bawah pengamatan medis di wilayah tersebut setelah menunjukkan gejala yang terkait dengan virus corona.
Laporan baru-baru ini di media sosial, termasuk oleh staf medis di Xinjiang, menunjukkan bahwa sebanyak 13.000 orang dari Wuhan mungkin telah memasuki wilayah tersebut sebelum perintah untuk menutup semua jalur transportasi masuk dan keluar dari kota Wuhan dikeluarkan pada bulan lalu.
Ketua komite mengatakan dia berbicara secara teratur dengan Nurahmat melalui telepon, dan ia mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
“Dia mengatakan ada satu orang lain di kamarnya dan mereka merawat mereka dengan baik. Para perawat merawat mereka dan ada orang yang membawa makanan untuk mereka,” katanya.
Pekan lalu, koresponden RFA berbicara dengan beberapa pejabat di Atush, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan bahwa setidaknya 99 warga Wuhan telah dikarantina di Hotel Yashin. Dia juga menambahkan bahwa orang-orang yang berasal dari episentrum virus kemungkinan ditahan di wisma lain.
Ketua komite mengatakan bahwa Hotel Yashin sekarang penuh, dan pihak berwenang telah mengirim siapa pun yang mereka percaya harus dikarantina ke Distrik 6, sebuah gedung yang berada di sebelah kamp interniran, di mana sebanyak 1,8 juta orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya telah ditahan sejak April 2017. (rafa/arrahmah.com)