KANDAHAR (Arrahmah.com) – Gubernur provinsi Kandahar menuntut lebih ditingkatkannya keamanan di sekeliling kota terbesar di selatan Afghanistan. Permintaan itu disampaikan pada hari Minggu (14/3) setelah terjadi 12 ledakan di wilayahnya yang akan menjadi target perang ofensif besar berikutnya setelah Marjah.
Serangkaian serangan itu telah terkoordinasi di sekitar kota Kandahar pada Sabtu malam termasuk dua bom mobil, enam penyerang istisyhad dengan sepeda motor dan ditambah empat bom rakitan, gubernur Tooryalai Wesa mengatakan. Setidaknya ada 33 orang tewas, lanjutnya.
Provinsi Kandahar ini akan menjadi target penyerangan brutal NATO dan pasukan Afghanistan berikutnya untuk mengambil alih tempat pertahanan mujahidin Afghanistan lainnya setelah provinsi Helmand.
Di antara sasaran ledakan pada Sabtu malam itu adalah penjara dan kantor polisi. Wesa mengatakan sedikitnya enam petugas polisi termasuk di antara orang yang tewas.
Bom tepi jalan lainnya pada Minggu pagi menargetkan mobil yang membawa para pekerja konstruksi Pakistan di distrik Dand, kata sang gubernur. Empat dari pekerja konstruksi Pakistan serta seorang supir Afghanistan mengalami luka-luka.
Wesa mengatakan kepada wartawan hari Minggu bahwa ia telah meminta pemerintah pusat di Kabul menambah lebih banyak pasukan Afghanistan ke wilayahnya untuk melindungi kota di serangan yang diperkirakan akan terus meningkat. Dia juga hendak berkoordinasi dengan pasukan NATO untuk meningkatkan keamanan.
Kandahar, provinsi yang berpenduduk 800.000 jiwa ini pernah menjadi pusat pemerintahan Taliban yang kemudian digulingkan oleh pasukan yang didukung AS pada tahun 2001. Namun, meskipun demikian, mujahidin masih tetap berpengaruh di sejumlah desa di sekitar kota.
Pelatihan kepolisian Kandahar telah menjadi salah satu prioritas utama bagi pasukan internasional yang berusaha untuk membangun kepercayaan pemerintah Afghanistan untuk kemudian pada akhirnya diharapkan AS akan mampu ‘mengambil alih kendali keamanan’. Sekitat 2.800 tentara Kanada yang mengawasi operasi NATO di Kandahar sebelum meninggalkan Afganistan tahun depan.
Kepolisian Nasional Afghanistan (ANP)-lah yang pertama menindak ledakan hari Sabtu itu dan beberapa tentara Kanada kemudian dikerahkan untuk mendukung mereka, juru bicara militer Kanada Kapten Cindy LaRue mengatakan.
“Yang paling penting di sini adalah bahwa ANP telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dan menanggapi insiden dengan cepat,” kata LaRue melalui telepon pada hari Minggu.
Amerika Serikat, NATO, dan pasukan Afghanistan sedang merencanakan sebuah serangan di provinsi Kandahar akhir tahun ini, sebuah tindak lanjut operasi militer yang sedang berlangsung di provinsi Helmand. Ribuan pasukan asing dan pasukan boneka pemerintah Afghan bersusah payah untuk menguasai distrik Marjah dari cengkeraman mujahidin.
Operasi ofensif Marjah adalah batu loncatan pertama bagi strategi komandan AS di Afganistan, Jenderal Stanley McChrystal untuk mengusir mujahidin dari berbagai daerah di Afghanistan, membentuk pemerintahan baru, dan segera membantu pembangunan, dengan harapan semua itu akan dapat mengambil hati rakyat Afghanistan agar mendukung kepentingan asing di negerinya. (althaf/ap/arrahmah.com)