JAKARTA (Arrahmah.com) – Staf Ahli Menteri Kesehatan Makarim Wibisono mengatakan, persoalan laboratorium Namru milik Amerika Serikat menjadi salah satu agenda kemitraan strategis antara Indonesia dan Amerika Serikat yang akan ditandatangani pertengahan Maret ini. Namun, Indonesia akan menempuh jalur diplomasi yang wajar, meski pascapenutupan Namru terdapat kemungkinan kedua belah pihak merasa saling tidak enak.
“Kita hanya lakukan yang wajar, sama dengan di negara-negara yang lain, dan akan kita bicarakan bersama. Jadi enggak ada keputusan nyeleneh,” tuturnya di sela Seminar Tahunan “Kajian dan Prediksi Politik Luar Negeri dan Diplomasi Indonesia” di Universitas Paramadina.
Sama seperti dalam suatu hubungan, Makarim mengaku, merasa wajar-wajar saja ketika ada konflik antara dua pihak, merasa tidak seperti biasanya ketika berpisah. Namun, niat untuk mempersatukan kembali tentu bisa membuahkan hasil positif.
“Yang penting masing-masing pihak menghormati koridor-koridor yang mencerminkan amanah masyarakat, kepentingan nasional. Bukan hanya satu pihak RI saja, tapi juga pihak lain,” tegasnya, seperti dikutip dari Kompas.
Kemitraan strategis yang rencananya akan ditandatangani saat kunjungan Presiden AS Barack Obama ke Indonesia, juga mencakup bidang kesehatan, yakni bidang penelitian biomedis dan health science, termasuk virus.
“Tapi kita menyelesaikan pekerjaan kerjasama di public health research itu enggak harus sebelum kedatangan Obama selesai kan. Kita harus bekerja dengan benar, leluasa, mencari formula yang sifatnya win-win,” tandasnya. (hid/arrahmah.com)