KAIRO (Arrahmah.com) – Para pejabat senior militer Mesir dilaporkan telah mengatakan kepada sebuah kantor berita Reuters pekan ini bahwa angkatan bersenjata Mesir akan mencoba untuk menghancurkan Hamas, gerakan Islam Palestina yang juga dipandang sebagai musuh nomor satu “Israel”.
Para pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa gagasan untuk menghancurkan Hamas salah satunya dengan bekerjasama dengan saingan politik Hamas yaitu Fatah dan mendukung kegiatan anti-Hamas di Jalur Gaza, lansir The Palestinian Information Centre, Kamis (16/1/2014)
Bulan lalu, tentara Mesir mengklaim bahwa mereka telah menangkap pejuang Hamas di sebelah utara Gurun Sinai karena ia berniat untuk meledakkan sebuah Mercedes yang diparkir di dekat target keamanan yang penting. Namun, secara luas diyakini bahwa laporan itu dibuat oleh tentara Mesir, yang terkenal dengan pembuatan insidennya dan kemudian menyalahkan mereka para lawan politiknya, khususnya Ikhwanul Muslimin.
Reuters mengutip pernyataan pejabat yang tidak ingin disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Hamas akan menghadapi perlawanan yang tumbuh dari para aktivis yang akan meluncurkan protes, seperti yang terjadi di Mesir yang telah menyebabkan jatuhnya dua presiden Mesir sejak Musim Semi Arab tahun 2011.
Kairo berencana untuk mendukung protes tersebut dalam upaya untuk melumpuhkan Hamas, kata para pejabat tersebut kepada kantor berita Reuters.
“Gaza adalah berikutnya,” kata seorang pejabat keamanan senior, yang meminta tidak disebutkan namanya karena sensitivitas isu tersebut.
Ditanya mengapa intelijen Mesir tidak melakukannya sekarang juga, kata pejabat keamanan senior lainnya, “hari mereka akan datang.”
Agen Mossad
Khalid Amayreh, seorang kolumnis dari The Palestinian Information Center menuliskan bahwa tidak ada keraguan dalam pikirannya bahwa para pejabat Mesir mewakili lobi Mossad dalam tubuh militer Mesir. Mereka adalah orang-orang al-Sisi, yang berusaha untuk menciptakan kekeruhan dan musuh imajiner untuk membenarkan dan mengalihkan perhatian dunia dari tindakan tirani dan teror mereka di Mesir dan ketidakmapuannya dalam menghadapi musuh nyatanya seperti Ethiopia yang memotong garis hidup Mesir, perairan sungai Nil Mesir.
Jadi, bukannya mencari soulsi yang tepat untuk mencegah bahaya mematikan dari Ethiopia, pimpinan tentara Mesir sedang mencoba untuk mengimbangi ketidakmampuannya yang menyedihkan tersebut dengan menggertak Palestina yang tak berdaya untuk memenuhi kepentingan “Israel”.
Menurut beberapa laporan dari Washington, junta militer al-Sisi telah melakukan kontak dengan lobi Yahudi di Kongres AS dalam upaya untuk mendesak pemerintahan Obama untuk menekan pemerintah Ethiopia untuk memperhatikan keluhan Mesir terkait dengan Renaissance Dam Addis Ababa yang dibangun di atas sungai Nil.
Sebagai imbalannya, tentara Mesir akan menyerbu Gaza dan mengakhiri pemerintahan Hamas di sana.
Khalid percaya bahwa kepemimpinan tentara Mesir pimpinan al-Sisi yang licik adalah mampu melakukannya bahkan lebih mematikan dari pengkhianatan yang telah mereka lakukan terhadap pemerintahan Mesir dan dunia Arab.
Mereka telah membunuh ribuan rakyat Mesir yang tidak bersalah di Rabaa dan di tempat lain, dan menggulingkan satu-satunya presiden terpilih sepanjang sejarah di Mesir. Demi kepentingan “Israel”, tentara militer Mesir pimpinan pengkhianat el-Sisi tidak akan ragu-ragu untuk mencoba mencari masalah dan memenangkan pertempuran kecil di sana-sini untuk membenarkan pengkhianatan mereka.
Dalam analisis akhir, Khalid berbicara tentang murid-murid Abdul Hakim Amer, agen Mossad terkenal dan jenderal militer Gamal Abdul Nasser yang memastikan bahwa semua pesawat tempur Mesir tetap di pangkalan mereka pada tanggal 5 Juni 1967, hanya untuk menjadi sasaran empuk angkatan udara “Israel”.
Dan kita tahu bagaimana kisah selanjutnya.
Kami, Palestina, tidak akan pernah melupakan persekongkolan rezim Mesir dengan “Israel” selama agresi genosida tahun 2008-2009 di Gaza. Sekarang, geng pengkhianat el-Sisi sedang mencoba untuk melakukan hal yang sama sekali lagi. Mereka melakukan hal itu bahkan lebih kejam dan lebih berani daripada rezim Mubarak, tulis Khalid seperti dirilis dalam situs The Palestinian Information Center.
Hamas telah mengatakan berulang kali bahwa musuh bebuyutan utamanya adalah “Israel”, penjajah tanah air Palestina dan penyiksa rakyat Palestina. Hamas tidak memiliki kepentingan apapun untuk melakukan campur tangan dalam urusan internal Mesir atau negara lain.
Benar, Hamas dan hati banyak rakyat Palestina mungkin berada di pihak kelompok Islamis Mesir yang telah memenangkan pemilu di Mesir sebanyak tiga kali sementara geng pengkhianat el-Sisi dan pendukungnya kalah tiga kali.
Namun, ini tidak berarti bahwa Hamas melakukan intervensi atau campur tangan di Mesir dalam posisi di pihak islamis.
Selain itu, fakta bahwa perbatasan Rafah yang dikontrol Mesir, merupakan “paru-paru” bagi Jalur Gaza ke dunia luar, campur tangan yang tidak semestinya oleh Hamas dalam urusan internal Mesir merupakan tindakan bunuh diri politik bagi gerakan Islam Palestina.
Fakta yang sebenarnya dari masalah ini adalah bahwa Mesir menghadapi masalah dalam negeri yang berasal dari kudeta berdarah yang dilakukan oleh el-Sisi dan para pendukungnya para pembunuh dan pengkhianat terhadap pemerintahan Mesir yang sah. Yang pasti, Hamas tidak pernah mengatakan bahwa angkatan bersenjata Mesir membantai orang-orang mereka sendiri secara massal di Rabaa atau pemerkosaan terhadap wanita di Tahrir Square atau berkolaborasi dengan Gereja Koptik yang pengkhianat yang ingin mengubah wajah Islam Mesir.
Menutup tulisannya, Khalid Amayreh memberikan kalimat nasihat untuk Hamas : “Ancaman-ancaman Mesir harus dianggap serius. ‘Israel’ tidak akan pernah memaafkan Hamas atau kelompok Palestina lainnya karena kesabaran, ketangguhan dan ketahanan mereka. ‘Israe’l menginginkan Hamas untuk meninggalkan kesepakatan yang dibuat untuk melindungi hak-hak rakyat Palestina, yang meliputi tidak adanya pengakuan terhadap ‘Israel’, desakan pemulangan para pengungsi dan pembebasan sepenuhnya Yerusalem. “Israel” dan sekutu pelindungnya yaitu AS lebih menyukai pemimpin PLO di Ramallah karena bersedia berkompromi pada kesepakan ini.”
(Ameera/Arrahmah.com)