XINJIANG (Arrahmah.com) – Pemerintah Komunis Cina menghancurkan sebagian besar Kota Tua Kashgar di Xinjiang, karena adanya kultur budaya Muslim Uighur yang signifikan di daerah tersebut, ungkap laporan terbaru yang menyebutkan bahwa pemerintah Beijing berusaha mengendalikan etnis minoritas Uighur.
Dalam laporan terbaru yang berjudul “Kashgar Coerced: Rekonstruksi Paksa, Eksploitasi dan Pengawasan di Tempat Lahirnya Budaya Uighur”, Organisasi Hak Asasi Manusia Uighur (UHRP), yang berpusat di Washington, berupaya menguraikan kampanye yang digulirkan pemerintah Cina untuk menghapus jejak budaya Muslim Uighur di dataran Cina.
Kashgar yang merupakan tempat “lahirnya budaya Uighur” menjadi salah satu tempat penting untuk memahami berbagai peradaban yang ada di Cina. Namun menurut UHRP, Kashgar menjadi salah satu daerah “garis depan” yang berada di bawah pengawasan teknologi paling agresif dan canggih di dunia, dan menjadi sasaran utama proses “modernisasi” yang bertujuan untuk menghapus jejak sejarah Islam yang ada di dalamya.
Pada tahun 2009 pemerintah Cina mengumumkan secara gamblang niatnya untuk menghancurkan hingga 85 persen Kota Tua Kashgar. Pada tahun yang sama, sebanyak 200 orang tewas dan 1.700 orang lainnya luka-luka dalam kekerasan yang terjadi selama tiga hari di bulan Juli di ibukota Xinjiang, Urumqi, kekerasan yang melibatkan etnis Uighur dan Han di Cina.
Omer Kanat, direktur eksekutif UHRP, menyebutkan pentingnya Kota Tua Kashgar bagi Uighur, di mana di dalamnya terdapat bangunan-bangunan bersejarah yang telah dibangun berabad-abad sebelumnya.
“Mengerikan menyaksikan Kashgar dihancurkan,” ungkap Kanat, sebagaimana dilansir RFA pada Jumat (5/6/2020).
“Lebih buruk lagi, karena ini adalah kebijakan yang disengaja oleh pemerintah. Kashgar adalah jantung kehidupan budaya kita. Ia bukan sesuatu yang bisa kita dapatkan kembali,” imbuhnya.
Sementara beberapa organisasi dunia, termasuk UNESCO, juga telah menyuarakan keprihatinan mereka atas kemungkinan hilangnya arsitektur warisan dunia.
UHRP menyatakan dalam laporannya, bahwa karena “keunikan Kashgar dan tingkat budaya yang sangat mendalam bagi Muslim Uighur, membuat pemerintah Cina berupaya sekuat tenaga untuk megkooptasi warisan budaya yang ada di Kota Tua Kahgar”.
“Rekonstruksi, eksploitasi dan pengawasan yang ketat, menjadikan Kashgar sebagai ‘kota pintar’ yang seutuhnya dioptimalkan untuk penindasan etnis Uighur,” papar laporan tersebut. (rafa/arrahmah.com)