TEL AVIV (Arrahmah.com) – Perbedaan muncul dalam beberapa hari terakhir antara sektor politik dan militer di “Israel” selama serangan “Israel” di Jalur Gaza, menurut analis militer “Israel” Amos Harel. Salah satu perbedaan itu berkisar pada ketidakmampuan operasi militer “Israel” untuk mencapai tujuan terbaru yang ditetapkan oleh Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu yaitu untuk menghancurkan terowongan di Jalur Gaza.
Menulis untuk koran Haaretz, Harel mengatakan: “Sebagai akibat dari perang yang berlarut-larut dan kerugian yang meningkat, hal itu tidak mengherankan bahwa ada terjadi gesekan antara politik dan militer.”
Dia kemudian menjelaskan bahwa: “Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Moshe Ya’alon tidak puas dengan penjelasan singkat yang diberikan minggu ini di mana seorang perwira senior mengatakan bahwa perdana menteri telah menerima laporan lengkap tentang ancaman terowongan pada Juni 2013″.
Harel juga menambahkan bahwa pertanyaan tentang siapa yang tahu apa, dan kapan, tentang terowongan itu akan menjadi fokus dari perbedaan pendapat antara politik dan intelijen setelah pertempuran ini berakhir.
Sejak operasi militer dimulai, pemerintah “Israel” telah mengungkapkan keterkejutannya atas luasnya jaringan terowongan di Gaza.
Harel menyarankan bahwa pemerintah “Israel” harus memutuskan apakah akan memperluas agresi di Jalur Gaza atau menghentikannya dan melakukan penarikan, baik dengan atau tanpa perjanjian yang disepakati.
Tapi di saat kini Netanyahu mengklaim bahwa tujuan dari agresi “Israel” di Jalur Gaza adalah untuk menghancurkan terowongan, surat kabar “Israel” menerbitkan berita utama yang mengutip pernyataan pejabat senior yang mengatakan bahwa tentara “Israel” tidak berhasil mencapai terowongan itu, dan bahkan tidak mengetahui di mana terowongan-terowongan itu bermula.
Harel juga mencatat bagaimana konflik yang meningkat membebani anggaran keamanan “Israel”. Diperkiraan biaya agresi militer “Israel” sekitar 5 miliar shekel ($1460000000), dan tampaknya bahwa biaya itu akan semakin membengkak, dengan alasan usia kendaraan lapis baja pengangkut personel yang menjadi sasaran perlawanan di awal invasi darat untuk meningkatkan anggaran.
Sementara itu, Harel menunjukkan kegagalan agresi militer “Israel” di Jalur Gaza, dan menekankan kebutuhan untuk menata kembali seluruh pasukan. Dia menyimpulkan bahwa: “Pelatihan pasukan, peralatan yang digunakan, doktrin tempur, dan rencana operasional, kesemuanya semua itu perlu diinvestigasi secara menyeluruh ketika pertempuran itu sudah berakhir.“
(ameera/arrahmah.com)