XINJIANG (Arrahmah.com) – Polisi Xinjiang, wilayah yang bergejolak di barat laut Cina, menembak dan membunuh tujuh pria Muslim Uighur yang diprofiling telah “bertindak mencurigakan” ketika mereka berkumpul di sebuah restoran awal pekan ini. Demikian sumber resmi mengatakan kepada RFA, Jumat (13/3/2015).
Insiden yang memicu tindakan keras keamanan tersebut menarik kecaman langsung dari Kongres Uighur Dunia (WUC) kelompok kemanusiaan yang diasingkan dan berbasis di Munich/ Mereka menyatakan keprihatinan bahwa pemerintah telah membatasi akses publik terhadap informasi tentang pembunuhan itu.
Tursun Qurban, ketua keamanan desa Jumebaza, dekat lokasi insiden pada 9 Maret di Hotan (dalam bahasa Cina, Hetian) prefektur Qaraqash (Moyu) county, mengatakan kepada RFA pelayanan Uighur bahwa empat petugas polisi dari keamanan negara tingkat unit kabupaten sedang menyelidiki seseorang ketika penembakan terjadi.
Ia menyatakan polisi meminta identifikasi tujuh pria Uighur yang berkumpul di restoran Sherbet di sebuah hotel di kota Purchaqchi dan kemudian mencoba untuk mencari mereka, tetapi terjadi perlawanan, hingga memicu bentrokan berdarah.
“Seorang polisi tewas ditusuk pisau, dua tersangka ditembak mati di tempat, dua ditangkap, dan tiga orang lainnya melarikan diri,” katanya.
Qurban mengatakan bahwa dalam waktu setengah jam, lebih dari 200 polisi dan petugas SWAT telah dimobilisasi dan mengelilingi daerah itu selama sekitar dua jam, tetapi tidak dapat melacak tiga pria yang melarikan diri.
Sebanyak 20 petugas cadangan lokal ditambahkan dan 50 petani ditunjuk untuk mencari di lokasi lain di sekitarnya, tetapi tidak menemukan ketiganya, tambah Qurban.
“Saat ini, di setiap sudut desa kami, ada polisi mencari [rumah] orang asing. Sebelumnya, mereka dimintai surat perintah pencarian, tapi kali ini kita bahkan tidak dapat memintanya kepada mereka, “kata Qurban.
“Saya tidak tahu siapa yang kita cari atau mengapa. Dari jumlah tembakan saya hanya bisa berasumsi bahwa ini adalah kasus besar, jadi saya berdiri menonton dengan 78 petani di rintangan jalan dan di rumah-rumah yang digeledah.” (adibahasan/arrahmah.com)