XINJIANG (Arrahmah.com) – Pemerintah Cina di wilayah barat laut Xinjiang sedang menahan minoritas etnis Muslim secara massal dan memenjarakan mereka untuk disiksa dan dicuci otak agar menghormati Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa dan keluar dari ajaran agama mereka, kelompok hak asasi manusia melaporkan pada Rabu (27/6/2018).
“Pihak berwenang memaksa para tahanan untuk menerima re-edukasi, yang merupakan indoktrinasi politik,” kata peneliti Human Rights Watch (HRW) Cina, Maya Wang kepada RFA pada Rabu (27/6).
“Mereka harus mendoakan Presiden Xi Jinping agar selalu sehat, atau berterima kasih kepada pemerintah dan berterima kasih kepada partai, sebelum mereka diizinkan untuk makan apa pun.”
“Mereka dipaksa untuk mempelajari aksara Tionghoa, dan siapa pun yang menentang penahanan sewenang-wenang ini akan mendapatkan hukuman, baik secara fisik ataupun dikurung dalam sel isolasi tanpa makanan ataupun minuman,” katanya.
Murat, seorang Muslim dari Xinjiang, mengatakan kepada RFA bahwa ia juga dipenjara, dipukuli dan disiksa di “kamp re-edukasi”.
“Pusat re-edukasi politik umumnya seperti penjara,” kata Murat. “Sengatan listrik, pemukulan dan penghinaan terjadi di sana. Ini sangat kejam. ”
Dia mengatakan narapidana berada di bawah pengawasan CCTV.
“Tidak ada yang berbicara; ada kamera di langit-langit dan bahkan di toilet,” katanya.
Dilxat Raxit, juru bicara Kongres Uyghur Dunia, yang mewakili kelompok minoritas etnis Uyghur di luar negeri, mengatakan banyak tahanan yang dimonitor secara ketat menggunakan teknologi detektor wajah terbaru, yang diyakini dapat memprediksi tindakan seseorang melalui analisis ekspresi mikro.
“Mereka menggunakan video dari detektor wajah untuk menganalisis apa yang dipikirkan atau dirasakan orang,” kata Raxit. “Dengan melihat perubahan ekspresi ini setiap hari, mereka dapat mengetahui apakah orang itu terlibat dalam aksi protes kolektif atau individu.”
Dia mengatakan konsekuensi jika menolak proses ini bisa sangat mengerikan.
“Banyak orang yang telah disiksa sampai mati, sementara yang lain dipukuli sampai mati, dilarang tidur atau tidak diberi makan atau minum,” kata Raxit.
“Terkadang mereka melakukan hal-hal yang paling memalukan bagi psikologis para tahanan. Kadang-kadang mereka mempermalukan mereka secara fisik, dan tidak jarang juga mereka menggunakan tongkat listrik.” (Rafa/arrahmah.com)