JAKARTA (Arrahmah.com) – Pemerintah memperkirakan defisit anggaran negara tahun ini bisa membengkak Rp 4,5-8 triliun akibat produksi minyak yang rendah dan tingginya harga minyak dunia di atas asumsi US$ 80 per barel.
Demikian disampaikan Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta, Selasa (15/3/2011).
Menurut Agus, target lifting atau produksi minyak tahun ini perlu diubah yaitu dari 970 ribu barel per hari (bph) menjadi sekitar 945 ribu -952 ribu bph.
“Karena adanya faktor penghambat produksi antara lain faktor penurunan produksi alamiah sekitar 12% per tahun, pemberlakuan azas cabotage pada kegiatan usaha hulu migas, dan tertundanya produksi Blok Cepu,” tutur Agus.
Berdasarkan simulasi Kementerian Keuangan dalam paparan tertulisnya di DPR, setiap pengurangani 5.000 bph di bawah asumsi 970 ribu bph, akan menambah defisit anggaran sebesar Rp 900 miliar.
Dengan demikian, bila realisasi lifting meleset 18 ribu-25 ribu bph dari target 970 ribu bph, maka potensi penambahan defisit dari pencapaian asumsi makro tersebut mencapai Rp 3,2 triliun- 4,5 triliun.
Karena itu, Agus juga berpesan kepada Menteri ESDM Darwin Saleh agar hati-hati karena Darwin optimistis akan target produksi minyak rata-rata 970 ribu barel per hari (bph) di 2011, meskipun realisasi sampai saat ini sangat rendah.
“Menteri ESDM mengatakan, akan mencapai 970 ribu bph. Saya cuma katakan kita mesti hati-hati, mungkin kan perkiraan kita tak segitu,” tegas Agus. (dtk/arrahmah.com)