DAMASKUS (Arrahmah.id) – Pemerintah baru Suriah melalui Administrasi Operasi Militer mengumumkan telah mengirimkan “penguatan besar” ke wilayah pedesaan Homs, Suriah tengah. Langkah ini bertujuan untuk mengejar sisa-sisa rezim Bashar al-Assad yang telah digulingkan. Sementara itu, ledakan besar dilaporkan terjadi di gudang rudal di kota Homs, yang diyakini dipicu oleh aksi sabotase dari elemen-elemen pendukung Assad.
Dilansir dari kantor berita resmi Suriah (SANA) melalui akun mereka di platform X, Jumat (27/12), Administrasi Operasi Militer menyampaikan bahwa langkah ini bertujuan untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas di wilayah tersebut.
Di waktu yang sama, sebuah konvoi pasukan keamanan tiba di sekitar desa Al-Mismiyah di pedesaan Daraa, wilayah selatan Suriah. Pihak berwenang menjelaskan bahwa penguatan ini juga dilakukan untuk menjaga ketertiban menjelang perayaan umat Kristiani.
Dalam beberapa hari terakhir, pasukan keamanan pemerintah baru Suriah terus melakukan operasi di berbagai wilayah, termasuk di Tartus, Homs, Hama, Aleppo, dan Damaskus. Operasi ini melibatkan penyisiran terhadap milisi dan loyalis rezim lama yang masih aktif, dan beberapa tokoh penting dikabarkan telah ditangkap.
Ledakan Gudang Rudal
Sementara itu, Letnan Kolonel Alaa Imran, Kepala Kepolisian Provinsi Homs, mengonfirmasi bahwa suara ledakan besar yang terdengar di wilayah Homs berasal dari gudang rudal. Dalam pernyataannya yang dilansir oleh media resmi Suriah, Imran menyebut ledakan tersebut terjadi akibat bahan peledak yang telah dipasang oleh elemen-elemen pendukung Assad.
“Hasil penyelidikan awal menunjukkan bahwa gudang rudal itu sengaja dipasangi bahan peledak oleh milisi rezim lama, yang dirancang untuk meledak saat ada warga sipil mendekat. Ledakan itu terdengar di hampir seluruh penjuru provinsi,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Kami mengimbau warga untuk tidak mendekati lokasi-lokasi militer karena kemungkinan masih ada bahan peledak yang ditanam oleh kelompok tersebut.”
Akhir Rezim Assad
Pada 8 Desember, faksi-faksi Suriah berhasil menguasai ibu kota Damaskus, setelah sebelumnya merebut kendali atas sejumlah kota lainnya. Kejadian ini menandai berakhirnya 61 tahun kekuasaan rezim Partai Baath dan 53 tahun kekuasaan keluarga Assad.
Keesokan harinya, pemimpin pemerintahan baru Suriah, Ahmed Asy-Syaraa, menunjuk Muhammad Al-Bashir sebagai Perdana Menteri untuk memimpin pemerintahan transisi.
(Samirmusa/arrahmah.id)