ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Perdana Menteri baru Pakistan, Nawaz Sharif tampaknya akan menjadi sekutu pragmatis Washington, mungkin untuk mengakhiri perang melawan Al Qaeda dan Taliban saat ia berusaha untuk fokus memperbaiki masalah perekonomian, seperti dilaporkan Al arabiya.
Ia menyerukan dukungannya untuk pembicaraan damai dengan Taliban yang selalu disalahkan atas kematian ribuan warga Pakistan dalam konflik hampir tujuh tahun lamanya.
Saat ini selain menangani masalah di barat laut Pakistan, Sharif juga menghadapi tantangan besar untuk memperbaiki ekonomi yang hancur dan mengatasi krisis energi yang lumpuh.
“Apa yang penting adalah kita tidak boleh membiarkan tanah kita untuk digunakan oleh siapa saja yang membuat masalah dengan negara manapun di dunia ini,” ujarnya seperti dikutip The Sunday Telegraph saat ia muncul setelah memenangkan pemilu pada Sabtu (11/5/2013).
Sementara itu, presiden negara penjajah Amerika Serikat, Barack Obama mengatakan pada Ahad (12/5) bahwa Washington akan terus bekerja sama dengan pemerintah baru “sebagai mitra setara dalam mendukung masa depan yang lebih stabil, aman dan sejahtera bagi rakyat Pakistan”.
Dan Jonah Blank, mantan direktur Komite Senat Hubungan Luar Negeri untuk Asia Selatan mengatakan, orang-orang Sharif akan nyaman bekerja dengan rekan-rekan mereka di AS.
“Saya tidak benar-benar melihat bukti bahwa ia adalah seorang pemimpin ekstrimis dengan cara apapun atau beberapa retorikanya-retorika anti-AS mungkin akan diterjemahkan secara liar sebagai pro-Islam,” ujarnya.
Sharif secara terbuka mendukung serangan terhadap Mujahidin Taliban Pakistan di distrik Swat dan Waziristan selatan pad atahun 2009.
Sartaj Aziz, pejabat senior Pakistan membantah akan ada perubahan substansif dalam strategi di barat laut Pakistan.
“Poin kunci yang ditekankan Nawaz Zharif dalam manifesto kami adalah kami tidak bisa bernegosiasi dengan orang-orang yang tidak menerima tulisan kami, konstitusi kami, parlemen kami, pengadilan kami,” ujarnya menambahkan.
Juru bicara Taliban Pakistan, Ehsanullah Ehsan mengatakan kepada AFP sebelum pemungutan suara dilaksanakan bahwa pihaknya akan menunggu sampai partai politik membentuk pemerintahan mereka, siapa pun yang datang ke dalam konflik dengan Islam akan menjadi sasaran.
Pengamat yakin bahwa Sharif akan kurang vokal terhadap serangan pesawat tak berawak AS dibanding pendahulinya dan menekankan bahwa ia seorang yang pragmatis.
“Dia kemungkinan akan mendekati Amerika dengan kematangan dan tanpa perasaan,” ujar analis politik dan keamanan, Imtiaz Gul kepada AFP. (haninmazaya/arrahmah.com)