MAGELANG (Arrahmah.com) – Pemerintah membangun tanggul darurat di sepanjang alur Sungai Putih di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk mengantisipasi banjir lahar dingin susulan dari Gunung Merapi.
Pengawas proyek PT Brantas Abipraya, Mulyo, mengatakan bahwa pihaknya diserahi tugas untuk melakukan normalisasi Sungai Putih dan sekaligus membangun tanggul darurat sepanjang satu kilometer mulai Desa Seloboro sampai Desa Sirahan.
Tanggul darurat dari tumpukan pasir dan batu tersebut dibuat mulai kawasan Desa Jumoyo hingga Desa Sirahan di Kecamatan Salam. Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak, yang menjadi penanggung jawab proyek, mengontrak lima BUMN konstruksi untuk melakukan normalisasi sungai. Kelimanya yakni antara lain PT Brantas Abipraya, PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Wijaya Karya (Wika), dan PT Waskita Karya.
Mulyo mengatakan, pembangunan tersebut dimulai pada pertengahan Desember 2010 setelah banjir lahar mulai menerjang Jalan Gulon-Trayem. PT Brantas membangun talud dari tumpukan pasir dan batu. Selanjutnya, tanggul diperkuat dengan bronjong batu setinggi enam meter.
Namun, talud belum selesai dibuat, banjir lahar kembali menerjang pada 3 dan 9 Januari 2011.
Bronjong sepanjang 200 meter hilang tidak berbekas. Sedangkan, tanggul permanen yang dibangun dua tahun sebelumnya tertimbun material.
Mulyo mengatakan, sudah lima kali membangun talud setinggi empat meter di Desa Sirahan. Namun, setiap terjadi banjir lahar, talud selalu ambrol karena tidak kuat menahan derasnya aliran lahar dingin. Agar lebih kuat, PT Brantas membangun talud lebih tinggi dan lebar.
Selain itu, kata Mulyo, badan Sungai Putih juga dilebarkan. Jika sebelumnya hanya selebar sekitar 10 meter, maka kini menjadi sekitar 40 meter. “Kami meminjam tanah warga untuk membangun talut dan warga tidak keberatan karena demi keamanan mereka,” katanya.
Menurut dia, pada awalnya lebar Sungai Putih dinormalisasi menjadi 22 meter. Namun lebar sungai tersebut belum mampu menampung aliran lahar dingin maka PT Brantas kembali memperlebar badan sungai.
Sungai Putih terus mengalirkan lahar dingin dari lereng Merapi sehingga sungai tersebut mengalami pendangkalan.
Kaur Kesra Desa Sirahan M. Rokim mengatakan, pendangkalan Sungai Putih lebih dari lima meter. Sedangkan badan jalan Gulon-Ngluwar tertimbun sekitar tiga meter. Hal ini membuat akses Gulon menuju Kecamatan Ngluwar terganggu. “Pasir terus menerus menumpuk di dasar sungai, akibatnya sungai semakin tinggi dan melebihi kawasan permukiman. Hal ini berbahaya karena banjir lahar sedikit saja bisa meluap ke rumah warga,” katanya. (republika/arrahmah.com)