RIYADH (Arrahmah.com) – Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz Alu Sa’ud pada hari Jum’at (16/8/2013) menyatakan dukungan negaranya terhadap Mesir dalam menghadapi apa yang ia namakan “terorisme”. Raja Abdullah menyerukan kepada negara-negara Arab untuk mendukung junta militer yang saat ini berkuasa di Mesir, di saat korban gugur dan cedera berat terus bertambah akibat tindakan represif militer terhadap para demonstran pendukung Mursi, laporan Al-Jazeera.
Dalam pernyataa resmi yang dibacakannya melalui stasiun TV resmi Arab Saudi, raja Abdullah menyatakan bahwa negaranya sebelumnya berdiri dan hari ini juga berdiri bersama pemerintah Mesir [junta militer] dalam menghadapi apa yang ia namakan “terorisme, kesesatan dan kekacauan”.
Raja Abdullah menambahkan bahwa aparat keamanan Mesir, rakyat Mesir dan rakyat Arab harus menghadang setiap pihak yang berusaha “menggoncang stabilitas Mesir”.
Raja Arab Saudi adalah kepala negara pertama yang mengucapkan selamat kepada pemerintahan interim Mesir pimpinan Adli Manshur, setelah Presiden Muhammad Mursi dikudeta oleh militer pada 3 Juli 2013 lalu. Arab Saudi juga menggelontorkan bantuan senilai 5 milyar dolar kepada pemerintahan Adli Manshur.
Raja Abdullah menyerukan kepada rakyat Mesir dan Arab untuk menghadapi “terorisme” yang menargetkan Mesir, istilah yang juga digunakan oleh pemerintahan interim Adli Manshur dan junta militer Mesir terhadap massa demonstran yang menuntut pengembalian presiden terguling Muhammad Mursi.
Dalam pernyataan tersebut raja Abdullah menegaskan negaranya menolak intervensi negara-negara asing terhadap urusan dalam negeri Mesir. Abdullah mengatakan negara-negara yang melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri Mesir tengah “menyalakan api fitnah” dan “mengobarkan terorisme”.
Pada Rabu (15/8/2013) aparat kepolisian dan militer Mesir membubarkan massa demonstrasi damai di Rabi’ah al-Adawiyah Square, Nahdhah Square dan beberapa tempat lainnya dengan kekuatan senjata. Aparat kepolisian dan militer Mesir juga membakar rumah sakit lapangan di Rabi’ah Square. Koalisi Nasional Pendukung Legitimasi mengatakan sampai Rabu siang sedikitnya 2600 demonstran gugur dan 6000 lainnya cedera oleh tindakan represif polisi dan tentara.
Kebiadaban kepolisian dan militer Mesir yang membantai ribuan demonstran sipil itu mengundang kecaman keras dunia internasional. Dewan Keamanan PBB, Amnesti Internasional, Human Right Watch dan sejumlah lembaga dunia lainnya menyerukan penghentian tindakan represif militer. Kecaman dunia internasional inilah yang disebut raja Abdullah sebagai “intervensi negara-negara asing”.
Satu pekan lalu sekitar 50 ulama Arab Saudi mengeluarkan pernyataan resmi yang menyebut penggulingan Presiden Muhammad Mursi sebagai sebuah kudeta. Sikap yang sama disampaikan oleh anggota Majlis Syura [Parlemen] Arab Saudi, Shadaqah Fadhil, kepada Al-Jazeera. (muhibalmajdi/arrahmah.com)