MAKAH (Arrahmah.com) – Perusahaan konstruksi telah memulai proyek perluasan jalur thawaf dalam masjidil Haram di kota Makkah pada Rabu (12/12/2012). Hal itu ditandai dengan penghancuran jalan lorong kubah Utsman di bagian timur masjidil Haram, demikian kantor berita Donia News melaporkan.
Perusahaan konstrusksi memulai pekerjaan penghancuran untuk memperluas bagian utara masjid, khususnya dimulai dari bagian timur tempat sa’i, sampai bagian Almekpria yang berada di bagian utara masjidil Haram. Kedua kawasan pengerjaan proyek tersebut ditutup total dengan kayu sejak lantai dasar sampai lantai satu, guna menjaga pengerjaan proyek secara cepat, seperti dilansir oleh harian elektronik Al-Watan Arab Saudi.
General Presiden urusan masjidil Haram dan masjid nabawi, syaikh Abdurrahman As-Sudais, pengerjaan proyek perluasan tersebut berjalan sesuai perencanaan yang telah ia rancang. Perusahaan konstruksi tinggal melanjutkan perencanaan tersebut guna menyelesaikan tahap pertama proyek perluasan, agar mencukupi untuk ruang thawaf seiring peningkatan jumlah jama’ah haji dan umrah yang semakin besar.
Wakil ketua urusan masjidil Haram, syaikh Muhammad bin Nashir Al-Khuzaim menjelaskan bahwa setelah selesainya tahap pertama proyek perluasan tersebut, ruangan thawaf akan mampu menampung sekitar 150 ribu jama’ah thawaf setiap jamnya, dengan tetap mempertahankan bagian lama masjidil Haram.
Syaikh Khuzaim juga menjelaskan bahwa proyek tersebut telah mencakup pembangunan jalur-jalur thawaf bagi jama’ah yang menyandang cacat dan meratakan lorong-lorong masjid dengan bagian thawaf saat ini, serta menyediakan jalur-jalur thawaf yang bebas hambatan dalam lorong-lorong masjid.
Pengumuman proyek perluasan masjidil Haram sendiri sempat menimbulkan pro dan kontra yang luas di wilayah Arab Saudi. Sebagian pihak menentang proyek tersebut karena khawatir akan menghancurkan lorong Utsman dan nilai kesejarahan beberapa bagian kuno dalam masjidil Haram. Sementara itu pihak yang mendukung proyek beralasan kemudahan bagi jama’ah haji dan jama’ah shalat harus menjadi skala prioritas.
(muhib almajdi/arrahmah.com)