BEIRUT (Arrahmah.com) – Pemeriksaan pengadilan terhadap 29 orang yang dituduh melakukan tindakan teror serius dilaksanakan mulai Senin (2/3), meskipun sembilan orang di antara terdakwa, termasuk pendiri Fatah al-Islam Shaykh Shakir al- Abssi yang masih melarikan diri.
Menurut Asad al-Jihad 2, Shaykh Shakir al-Abssi saat ini telah ditangkap oleh pemerintah Suriah. Semoga Allah mempermudah urusannya, membebaskannya dari tangan Thaghut dan mengizinkannya menjelajahi tanah Allah secara leluasa.
Para terdakwa, yang merupakan anggota Al-Qaeda, Fatah al-Islam dan Osbat al-Ansar, dituduh “membentuk kelompok bersenjata untuk melancarkan serangan teroris. ”Mereka juga sedang dicoba untuk memliki bahan peledak dan sedang berlatih memakai bahan peledak dan senjata lainnya,” menurut dokumen pengadilan. Tuduhan lainnya adalah kepemilikan identitas palsu dan menghasut pembunuhan.
Dokumen tersebut diarahkan seolah-olah betapa meresahkannya kelompok-kelompok teror internasional itu, dengan terdakwa dari Libanon, Arab Saudi, Palestina, Yordania dan Suriah.
Sebuah sumber pengadilan mengatakan terdakwa yang merupakan warga Saudi tiba di Libanon untuk melatih lokal pejuang Islam dalam melakukan serangan.
Beberapa orang, seperti Abssi, terlibat dalam kasus serupa di luar Libanon. Youssef Mohammad al-Hajj Dib adalah seorang terdakwa Libanon yang sekarang ini menjalani hukuman penjara karena mencoba meledakkan kereta api di Jerman.
Tetapi dari 29 orang terdakwa itu, hanya 20 yang akan diadili. Abssi dan delapan orang laki-laki lain tidak tertangkap oleh pihak keamanan dan akan diadili in absentia.
Abssi memimpin Fatah al-Islam dalam pertempuran berdarah dengan tentara Libanon di kamp pengungsi Palestina Nahr al-Bared selama musim panas 2007. Lebih dari 400 orang tewas dalam pertempuran, termasuk tentara Libanon.
Pada hari-hari terakhir pertempuran, Abssi melarikan diri dari perkemahan, dan dipercaya telah melewati batas masuk ke Suriah, di mana Fatah al-Islam mengklaim ia dibunuh setelah dihadang oleh agen intelijen Suriah.
Kebanyakan terdakwa ditangkap pada bulan-bulan sesudah pertempuran di Nahr al-Bared, dan beberapa analis percaya bahwa kelompok itu sudah dilumpuhkan oleh kerugian dan kehilangan selama dan setelah pertempuran.
Tetapi para pejuang itu bangkit kembali pada Agustus, ketika mereka membom bus yang ditumpangi tentara Libanon di Tripoli. Ledakan maut kedua terjadi bulan berikutnya menyebabkan sejumlah penahanan lain, tetapi kasus ini belum disidangkan.
Jika Abssi ditemukan bersalah maka hal itu akan menjadi tuduhan keduanya atas serangan teroris in absentia. Dia pernah diadili dan dijatuhi hukuman mati di Yordania karena merencanakan pembunuhan diplomat AS Laurence Foley, yang dibunuh di Amman pada 2002.
Terdakwa utama dalam kasus Abssi tersebut adalah Abu Musab al-Zarqawi, yang mempimpin Al-Qaeda di Irak sebelum tewas dalam serangan udara AS pada 2006. Pada Desember, situs web yang dipakai oleh militan Islamis menerbitkan pernyataan, dari al-Islam, yang mengatakan Abssi mungkin saja tewas di Suriah dan menyebutkan Abed Awad, sebagai pemimpin baru kelompoknya.
Awad, yang dikenal sebagai ‘Prince of Al-Qaeda’, dicari karena keterkaitannya dengan ledakan maut di Tripoli selama musim panas dan baru-baru ini dipercaya bersembunyi di Ain al-Hilweh perkemahan Palestina dekat Sidon.
Jalan buntu ditemui antara faksi Islamis dan sekuler. Dan oleh karena itu, pengadilan ditunda hingga 23 Maret.(Althaf/arrahmah)