JAKARTA (Arrahmah.com) – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati lingkungan Trend Asia menilai penghapusan limbah batu bara dari kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) oleh pemerintah hanya menguntungkan pengusaha dan kelompok elite.
Menurut eneliti dan kampanye Trend Asia Andri Prasetiyo, publik patut curiga jika pemerintah punya kepentingan dengan pengusaha terkait penghapusan limbah batu bara dari kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
“FABA dikeluarkan dari B3, yang diuntungkan adalah elite dan oligarki batu bara. Kita juga patut mencurigai, ada keterkaitan antara elite kaya dan kemudian oligarki batu bara yang juga bermain di hulunya penambangan, dan di hilirnya pembangkitan,” kata Andri dalam diskusi virtual, Jumat (12/3), lansir CNN Indonesia.
“Keuntungannya diambil elit tapi kerugian kesehatan lingkungan ditanggung masyarakat,” lanjutnya.
Andri Prasetiyo menegaskan, limbah hasil pembakaran batu bara berupa fly ash bottom ash (FABA) terbukti berbahaya bagi lingkungan.
Dia mengaku sangat tidak setuju dengan langkah pemerintah tersebut.
Andri juga menyinggung persoalan penggunaan tenaga batu bara yang tidak ramah lingkungan dan mulai digantikan oleh tenaga terbarukan. Dia curiga ada keterkaitan dengan itu.
“Jadi korelasinya mereka akan berupaya melipat untung berganda, meskipun tren pembangunan global energi sudah cenderung mulai meninggalkan energi kotor semacam ini,” tandasnya.
Andri mengungkapkan, industri batu bara menjanjikan ilusi berupa energi yang terbilang murah. Padahal ilusi murah tersebut disebabkan karena tak pernah ada reklamasi tambang dan upaya pelestarian lingkungan pasca tambang yang seharusnya jadi kewajiban pengusaha.
“Secara proses ini adalah masa depan yang buruk untuk transisi kita ke energi bersih terbarukan,” tegasnya.
“Karena sedemikian rupa caranya ya kita enggak akan menjadikan pilihan energi bersih sebagai pilihan utama karena kita dibuat tergantung terus ke batu bara yang dianggap murah padahal murahnya ilusi,” pungkasnya.
(ameera/arrahmah.com)