SOLO (Arrahmah.com) – Ustadz Abu Rusydan, da’i sekaligus pemerhati dunia Islam, menegaskan bahwa syiah di kota Solo lebih berbahaya daripada di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Bagai gerakan bawah tanah, para pengikut aliran di luar Islam itu masih belum menampakkan diri, sebagaimana dilansir Kiblat, Senin (16/2/2015).
“Di Solo tidak ada lembaga resmi syiah, dan di Solo lebih berbahaya dari tempat-tempat lain, seperti di Jogja dan lainnya, karena mereka belum menampakkan diri. Untuk itu, kewaspadaan itu perlu,” tegas da’i asal Kudus ini dalam sesi terakhir acara bedah buku “Syahwat Politik Kaum syiah” di masjid MUI, Surakarta, pada Ahad (15/02).
Sebagaimana dikutip dari ceramah Syaikh Abu Hurairah Khatib Ar-Rimi, syiah hari ini adalah senjata baru bagi Amerika, ujar Abu Rusydan. Di Timur Tengah, lanjutnya masih mengutip ceramah Syaih Ar-Rimi, syiah merupakan skala musuh prioritas disusul pemerintahan-pemerintahan dzalim yang menjadi tempat berlindung Nasrani dan Yahudi.
Sementara di Indonesia, tambah Abu Rusydan, syiah masih dalam tahap mewujudkan wilayah yuridis. Oleh karenanya, saat ini mereka lebih mengutamakan bertaqiyah (menyembunyikan identitasnya, menyamar sebagai sunni -red).
Strategi mereka, lanjut Abu Rusydan, saat sudah kuat maka mereka mengaku sebagai syiah dan menantang Ahlu Sunnah. Kemudian, mereka akan membentuk angkakan bersenjata di bawah nama Pasukan Pengawal Revolusi (PASDARA).
Di lain pihak, Ustadz Aris Munandar, Lc., selaku pembicara kedua lebih berbicara tentang politik prakstis yang dilakukan syiah untuk merebut kekuasaan. Mereka menyusupkan “orang-orang permukaannya” untuk masuk parlemen melalui partai-partai, kemudian melakukan kudeta.
Pengamanan acara
Acara bedah buku “Syahwat Politik Kaum syiah” karya Dr. Raghib As-Sirjani di masjid MUI, Surakarta ini dihadiri ratusan umat Islam itu tidak seperti biasa. Puluhan laskar disiagakan untuk menjaga keamanan acara. Pengerahan laskar ini merupakan antisipasi aksi-aksi yang tidak diinginkan, menyusul serangan di masjid Az-Zikra, Sentul, Bogor, beberapa hari lalu.
Guna menghindari sabotase acara yang sangat dibutuhkan Ummat ini, pihak panitia menempatkan sejumlah laskar di dekat kedua pembicara selama acara berlangsung. Mereka yang berbadan tegap itu berdiri di belakang kedua pembicara sembari mengawasi keadaan, mengingat syiah kini telah berani bermain fisik melawan Muslimin sunni Indonesia. Wallahua’lam bish showwab. (adibahasan/arrahmah.com)