Pembunuhan, pembakaran rumah dan penjarahan harta milik Muslim Rohingya masih terus berlanjut di Sittwe dan Maungdaw oleh polisi, Hluntin dan kelompok rasis Rakhine, ujar seorang pedagang dari Sittwe.
“Hari ini (12/6/2012) sekitar pukul 11.30, desa Moliek, Hoshai Para, Amla Para dan Kun Dan Ward di Sittwe dibakar oleh sekelompok rasis Rakhine dengan kerjasama polisi dan Hluntin (polisi anti-huru-hara). Polisi dan Hluntin melepaskan tembakan ke arah desa-desa sementara Rakhine membakar desa-desa Rohingya.”
Beberapa rumah telah menjadi abu dan beberapa orang tewas dan terluka akibat penembakan polisi musyrik dan Hluntin.
Menurut berbagai sumber, Nur Jahan (70), putrinya Kader, Thura Shwe (8), putra U Tin Shwe dan dua saudaranya Ma Ni Ni, Daw Lun Lun (29), adik Nuru Uddin dan saudaranya Sajida (23), Daw Hla Thein (53), putrinya U Maung Pru, Maung Tu Shay, telah tewas, mereka semua berasal dari desa Padi Like.
Selain itu dari desa lainnya, Moluvi, Noor Hussain (32), putra seorang imam, Saley Ahamed, Jalal (56), putra U Maung Bra, Khali Maung (a) Aye Tun. Mereka semua berasal dari satu keluarga, juga tewas oleh polisi dan Hluntin.
Selain itu Majibur Rahaman (24), ditembak mati oleh polisi dan Tasmin Juhar (28), Sadek Hussain (18), Younus (14), terluka dalam sebuah serangan. Mereka berasal dari Kun Dan Ward, Sittwe.
Beberapa hari lalu (11/6), 21 Muslim Rohingya dari Sittwe terluka oleh polisi dan dikirim ke rumah sakit umum untuk menerima perawatan medis, namun semuanya tewas karena kondisi mereka telah kritis, menurut seorang penduduk setempat seperti yang dilansir kaladanpress.
Madrasah Amla Para, Masjid kyaung Gyi Lan, Masjid dan Madrasah Kun dan ward, Masjid Moliek, Masjid Buhar Para, Masjid Santawli, Masjid Hoshai para, Masjid Para dan Masjid Bowmay Para, telah dihancurkan oleh polisi musyrik, Hluntin dan Rakhine. Pasar Nazir Para juga telah habis terbakar.
Menurut sumber, dua personil polisi dan delapan Rakhine tewas oleh tentara Myanmar ketika mereka menembaki desa-desa dan membakar rumah-rumah Muslim Rohingya. Alasan penembakan tersebut adalah bahwa seorang tentara tewas oleh tembakan sengaja polisi.
Setelah kecelakaan itu, desa-desa Rohingya berada di bawah kendali militer. Jenazah Muslim Rohingya dan warga desa Nazir Para telah dilarikan ke desa Thee Chaung yang terletak di dekat laut.
Kini Muslim Rohingya berada dalam keadaan panik, mereka tidak memiliki makanan, tidak ada jatah, tidak ada akses medis, ujar seorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya.
Baru-baru ini perahu mesin yang membawa lebih dari 500 Muslim Rohingya termasuk perempuan dan anak-anak mengambang di sungai Naff. Mereka mencoba mendarat di wilayah Bangladesh, namun otoritas Bangladesh tidak mengizinkan mereka masuk. Mereka menderita krisis pangan, air dan obat-obatan.
Di Maungdaw, Md zinna (50), Jamil Hassan (25), Azizul Hassan (20), Younus, Zahir Ahamed, Nurul Alam dan empat orang lainnya dibawa oleh polisi dan ditahan di kantor polisi di mana mereka tidak diberi makanan yang cukup, ujar seorang tetua dari Maungdaw.
Kemarin, seorang perempuan tua bersama putrinya ditembak mati oleh tentara ketika mereka ingin menyebrang dari satu rumah ke rumah lainnya pada pukul 19.00 waktu setempat.
Salah seorang pemuda yang diidentifikasi bernama Hussain Ahamed, putra dari Nazir Hussain dari desa Ngakura, Maungdaw, ditikam hingga tewas oleh seorang Rakhine ketika kembali darii rumah ayah mertuanya pada pukul 17.00, ia baru saja menikah.
Di tengah penderitaan yang dialami Muslim Rohingya, para Rakhine bekerja sama dengan polisi juga menjarah makanan dari rumah-rumah dan toko-toko penduduk rohingya, sehingga Muslim Rohingya kini kekurangan makanan dan mengalami kelaparan. (haninmazaya/arrahmah.com)