BASRA (Arrahmah.com) – Para pengunjuk rasa membakar kantor parlemen di wilayah selatan Irak yang kaya minyak pada Jumat (21/8/2020) setelah beberapa hari tidak ada tindakan oleh pemerintah setelah dua aktivis dibunuh.
Demonstran membakar gerbang luar pintu masuk gedung parlemen di provinsi Basra, daerah yang menghasilkan bagian terbesar dari minyak mentah yang diekspor negara. Gedung tersebut menjadi kantor cabang gedung parlemen utama Irak di ibu kota Baghdad.
Ini adalah insiden paling keras di Basra sejak demonstrasi massa anti-pemerintah bulan Oktober, ketika puluhan ribu orang turun ke jalan untuk mengecam korupsi pemerintah di Baghdad dan di selatan. Protes yang merestabilisasi wilayah tersebut juga meletus di Basra pada musim panas 2018, lansir Al Arabiya (21/8).
Seorang fotografer Associated Press menyaksikan demonstran bentrok dengan aparat keamanan dengan melemparkan bom molotov.
Kekerasan itu terjadi setelah aktivis Reham Yacoub ditembak mati di Basra pada hari Rabu oleh orang-orang bersenjata tak dikenal. Beberapa hari sebelumnya, aktivis Tahseen Osama dibunuh oleh orang-orang bersenjata, yang pertama kali mendorong puluhan pengunjuk rasa turun ke jalan. Polisi menanggapi dengan menembakkan peluru langsung ke para demonstran.
Sebagai respon, Perdana Menteri Mustafa Al-Kadhimi memerintahkan kepala polisi Basra dipecat.
Namun pengunjuk rasa mengatakan ini tidak cukup, mengecam kelambanan pemerintah Irak atas dua pembunuhan itu.
Kadhimi sedang dalam kunjungan resmi ke Washington, untuk mengakhiri pembicaraan strategis. (haninmazaya/arrahmah.com)