BRUSSELS (Arrahmah.com) – Salah satu pembom Bandara Brussels telah diidentifikasi sebagai sipir penjara Islamic State (IS atau biasa dikenal ISIS) di Suriah.
Mantan sandera Prancis yang ditahan di Suriah mengatakan mereka mengakui Najim Laachraoui (25) sebagai salah satu penjaga yang mengawasi mereka.
Menurut sebuah sumber yang dekat dengan penyelidikan, empat wartawan Prancis yang diculik dan ditahan di Suriah pada tahun 2013-2014 mengidentifikasi penjaga yang dikenal sebagai “Abu Idris,” lapor AFP, sebagaimana dilansir RT (22/4/2016).
Jaksa mengatakan bahwa pelaku pengeboman tersebut melakukan perjalanan ke Suriah pada Februari 2013, untuk bergabung dengan ISIS.
Laachraoui yang merupakan warga Belgia, merupakan salah satu dari dua bomber di Bandara Brussels pada 22 Maret silam, sementara seorang bomber ketiga menyerang metro Brussels. Tiga puluh orang tewas dalam serangan tersebut.
Salah satu sandera Prancis, Nicolas Henin, mengatakan ia mampu mengidentifikasi Abu Idris sebagai Najim Laachraoui, pengacara Henin, Marie-Laure Ingouf, mengatakan.
Henin merupakan salah satu dari dua wartawan Prancis yang dibebaskan setelah menghabiskan 10 bulan sebagai sandera di Suriah.
Surat kabar Prancis Le Parisien, mengutip seumber-sumber intelijen, mengatakan pada Jumat bahwa Laachraoui bertanggung jawab untuk menginterogasi sandera yang telah ditangkap ISIS.
Awal pekan ini muncul berita bahwa Laachroui bekerja di bandara Brussels sampai akhir 2012, menurut VTM.
“Dia mengetahui dengan baik informasi mengenai keamanan di Zaventem,” penyiar melaporkan.
VTM tidak memberikan rincian tentang jenis pekerjaan Laachraoui yang dilakukan di bandara Brussels. Staf bandara biasanya memiliki lencana akses yang berlaku selama lima tahun, katanya.
Sebelumnya juga muncul pemberitaan pada awal April bahwa Laachraoui bekerja sebagai petugas kebersihan di Parlemen Uni Eropa dari tahun 2009 hingga 2010.
Laachraoui dilaporkan memiliki catatan kriminal yang bersih ketia ia bekerja di parlemen, kata juru bicara parlemen.
Laahcroui terkait dengan serangan di Paris pada November lalu yang menewaskan 130 orang.
Jaksa mengatakan bahwa DNA Laachraoui ditemukan di rompi peledak dan sepotong pakaian yang ditemukan di Bataclan konser, di mana 90 orang tewas.
Najim Laachraoui merupakan mantan mahasiswa ilmu teknik. Meskipun ia di-drop out dari universitas, diyakini bahwa ia memiliki pengetahuan membuat bom untuk operasi.
Ia diyakini kembali ke Eropa sekitar dua bulan sebelum serangan Paris. Ia berhenti di perbatasan Austria-Hungaria dan menggunakan identitas palsu. Ia bepergian dengan Shalah Abdeslam, satu-satunya yang selamat dari beberapa pelaku serangan Paris. (fath/arrahmah.com)