DOHA (Arrahmah.com) – Sebuah upaya baru untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 12 tahun di Afghanistan tampak berantakan pada Kamis (20/6/2013) setelah pertikaian diplomatik mengenai kantor politik Imarah Islam Afghanistan (IIA) yang baru dibuka di Qatar, menunda diskusi awal antara AS dan IIA, lansir The Guardian.
Pembicaraan antara pejabat AS dan perwakilan IIA diklaim telah ditetapkan pada Kamis (20/6) di negara Teluk, tetapi kemarahan pemerintah boneka Afghanistan untuk pembukaan kantor politik IIA di Qatar melemparkan kebingungan.
Saat ditanya kapan pembicaraan akan berlangsung, seorang sumber di Doha mengatakan kepada Reuters : “Tidak ada yang dijadwalkan sejauh yang saya sadari.” Ditanya apakah itu berarti mereka tidak akan bertemu pada Kamis, sumber menambahkan : “Ya, itu benar.”
Pembukaan kantor tersebut bagi banyak pihak dianggap sebagai langkah praktis untuk membuka jalan bagi pembicaraan damai. Tapi protokol resmi di sekitar acara mengangkat protes kemarahan di Kabul yang khawatir kantor tersebut akan berkembang menjadi pemerintahan Taliban di luar negeri.
Panggilan telepon berulang kali yang dilakukan oleh John Kerry, Menteri Luar Negeri AS, tampaknya tidak meredakan kemarahan Karzai yang menuduh pemerintah Obama bermuka dua. Kesal dengan konferensi pers di Qatar, Karzai menghentikan pembicaraan kesepakatan keamanan jangka panjang untuk mempertahankan pasukan AS di Afghanistan setelah NATO angkat kaki dari Afghanistan tahun 2014 mendatang.
Berita yang beredar di media-media internasional pada Selasa (18/6) kemarin mengatakan bahwa diplomat AS akan duduk dengan perwakilan IIA, melakukan pembicaraan langsung untuk pertama kalinya sejak AS melancarkan invasi di Afghanistan pada tahun 2001.
AS mengumbar janji kepada pemerintah boneka mereka di Kabul bahwa kantor di Doha hanya akan digunakan sebagai “tempat pembicaraan”, bukan sebagai platform politik, dan Karzai merasa konferensi pers pada Selasa lalu adalah jelas pelanggaran janji mereka, ujar sumber resmi Afghanistan kepada Guardian.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan AS juga telah meminta pemerintah Qatar untuk menghapus tanda di luar kantor politik di Doha yang menggambarkan sebagai kantor perwakilan politik Imarah Islam Afghanistan.
Sebelumnya, AS telah menyatakan bahwa tidak akan ada pembicaraan damai dengan Mujahidin Afghanistan jika mereka tidak memutuskan hubungan dengan Al Qaeda. Departemen Luar Negeri AS mengakui sudah mulai gemetar. “Kami tahu akan selalu ada gundukan di jalan,” ujar seorang juru bicara Departemen, Jennifer Psaki. “Jelas ini menjadi tantangan.”
Dia juga menolak kritik bahwa AS telah menyerah dengan menyetujui pertemuan dengan Taliban sebelum kelompok tersebut memutuskan hubungan dengan Al Qaeda.
Di hari yang sama di mana diumumkan mengenai pembicaraan damai, Mujahidin IIA mengaku bertanggung jawab atas serangan roket di pangkalan udara Bagram yang menewaskan empat pasukan teroris AS. (haninmazaya/arrahmah.com)