GAZA (Arrahmah.id) – Setidaknya 100.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan Gaza utara dalam 24 jam terakhir, PBB melaporkan pada 15 November, karena kondisi yang sudah buruk terus memburuk di tengah serangan udara ‘Israel’ yang terus-menerus dan penolakan permintaan pengiriman bantuan.
“Kekacauan, penderitaan, keputusasaan, kematian, dan kehancuran di Gaza utara adalah kenyataan sehari-hari karena akses sangat terbatas,” kata Jens Laerke, juru bicara Kantor Koordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA), yang berbicara kepada wartawan di Jenewa Jumat pagi (15/11/2024).
BREAKING | The UN reports that at least 100,000 Palestinians have been forced by the Israeli military to flee besieged northern Gaza in the last 24 hours.
UN workers on the ground report worsening conditions due to Israel's continuous denial of aid to and bombardment of the… pic.twitter.com/vq4elvgurS
— The Cradle (@TheCradleMedia) November 15, 2024
Semua indikator di Gaza menunjukkan bahwa “kita menuju ke arah yang salah,” tambah Laerke.2
“Pengungsian sudah mencapai titik tertinggi, dan hampir mustahil untuk mengirimkan bantuan ke sana,” ia memperingatkan.
Staf yang bekerja di lapangan di Gaza mengatakan kepada Laerke bahwa upaya PBB untuk menyalurkan bantuan “terhambat.”
“Salah seorang kolega saya menggambarkannya sebagai, dari sisi kemanusiaan untuk seorang pekerja kemanusiaan, [bahwa] ketika Anda menghadapi situasi seperti itu, Anda ingin melompat. Anda ingin melompat dan melakukan sesuatu. Namun yang ditambahkannya adalah, kaki kami patah; kami diminta untuk melompat, tetapi kaki kami patah. Itulah gambarannya saat ini.”
‘Israel’ saat ini tengah berupaya melaksanakan apa yang disebut Rencana Jenderal dengan cara mengusir paksa ratusan ribu warga Palestina dari rumah mereka di kota-kota Gaza utara, yaitu Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun, sambil membiarkan kelaparan atau membunuh siapa saja yang tersisa.
Laporan terbaru dari Channel 12 ‘Israel’ menunjukkan warga Palestina yang kelaparan dan kehausan melarikan diri melalui salah satu “titik drainase” milik tentara ‘Israel’ di Jabalia. Di titik drainase tersebut, tentara menculik para pria dan beberapa anak laki-laki, dengan mengaku sebagai anggota Hamas, sementara wanita dan anak-anak yang ketakutan melarikan diri, sambil membawa barang-barang apa pun yang mereka miliki.
“Koresponden Urusan Palestina” Channel 12, Ohad Hemo, kemudian ‘mewawancarai’ wanita dan anak-anak yang putus asa dan ketakutan untuk mendapatkan komentar anti-Hamas saat mereka berjalan melalui lanskap pasca-apokaliptik. (zarahamala/arrahmah.id)