SHAN’A (Arrahmah.com) – Pertempuran sengit kembali meletus di ibukota Shan’a antara kelompok pemberontak Syiah Houtsi dan pasukan rezim boneka Yaman, hanya beberapa jam sebelum penanda tanganan perjanjian gencatan senjata yang diumumkan pad Sabtu (20/9/2014) malam oleh utusan PBB, Jamal bin Umar.
Koresponden Al-Jazeera di ibukota Shan’a, Hamdi Al-Bakkari, mengatakan suara tembakan-tembakan meriam menyalak di kawasan Shan’a utara sepanjang Sabtu malam. Milisi pemberontak Syiah Houtsi dan pasukan pemerintah Yaman saling menembakkan meriam di sekitar kawasan militer VI.
Koresponden Al-Jazeera melaporkan panser-panser yang dikuasai oleh milisi Syiah Houtsi bergerak dari gedung stasiun TV Yaman menuju wilayah di dekat kawasan militer VI dan Universitas Al-Iman, ibukota Shan’a.
Pertempuran sengit tersebut menjadi hambatan bagi penanda tangan perjanjian gencatan senjata yang sebelumnya telah diupayakan dan diumumkan oleh utusan PBB, Jamal bin Umar.
Salah seorang komandan pasukan pemberontak Syiah Houtsi, Abdul Malik Al-Ajary, mengatakan kepada Reuters bahwa delegasi kelompoknya dari propinsi Sha’dah akan tiba di ibukota Shan’a pada Ahad (21/9/2014) untuk menanda tangani kesepakatan gencatan senjata. Sementara itu presiden boneka Yaman Abdu Rabbi Manshur Hadi menyambut baik dan mendukung upaya gencatan senjata yang dirintis oleh utusan PBB.
Pertempuran sengit di ibukota Shan’a meletus sejak hari Kamis lalu antara pasukan pemberontak Syiah Houtsi dan pasukan rezim boneka Yaman. Puluhan orang telah tewas dari kedua belah pihak, termasuk sedikitnya 22 warga sipil yang tewas. Pertempuran itu mengakibatkan penghentian penerbangan internasional dari dan ke Bandara Internasional Shan’a, penutupan sekolah-sekolah dan pasar-pasar terbesar di Shan’a. Kegiatan ekonomi, pendidikan dan sosial di ibukota Shan’a mengalami kelumpuhan nyaris total.
(muhib al majdi/arrahmah.com)