AMSTERDAM (Arrahmah.com) – Jaksa telah politisi sayap kanan Belanda Geert Wilders atas komentar “rasial” terhadap orang Maroko pada Maret lalu, sebagaimana dilansir oleh onislam.net, Jum’at 10/10/2014).
“Saya marah … mengetahui bahwa saya diselidiki oleh jaksa dan mungkin akan berakhir di pengadilan,” kata politisi sayap kanan Geert Wilders, sebagaimana yang dikutip dari Reuters, Kamis (9/10)
Dipanggil oleh jaksa, anggota parlemen sayap kanan itu akan diinterogasi atas komentarnya yang menghina kelompok tertentu dan mempromosikan kebencian dan diskriminasi.
Maret lalu, Wilders telah memimpin kampanye rasial yang menyerukan untuk menjadikan seminimal mungkin warga Maroko di Belanda.
Dalam kasus ini Wilders bisa menghadapi ancaman hukuman satu tahun penjara atau denda hingga $ 9.400.
Setelah memanggil Wilders, jaksa menerima lebih dari 6.400 pengaduan.
Selain itu, beberapa anggota parlemen penting dari partainya Wilders memutuskan untuk mengundurkan diri setelah komentar anti-Maroko yang dibualkan oleh Wilders di Den Haag.
Komentar rasial Wilders juga diungkapkan saat wawancara dengan penyiar RTL Z, dimana dalam wawancara tersebut Wilders mengatakan bahwa orang Maroko adalah sampah dan harus meninggalkan Belanda.
Menerima panggilan dari jaksa, Wilders meradang dan mengatakan bahwa keputusan pengadilan dirinya “tidak dapat dimengerti”.
“Saya menolak dan marah. Saya mengatakan apa dirasakan oleh jutaan orang,” katanya kepada wartawan.
Wilders terkenal karena komentarnya yang melawan Islam dan kaum Muslim.
Dia juga menyerukan untuk melarang Alquran, dimana dia menggambarkan kitab suci ummat Islam itu sebagai “fasis”.
Pada tahun 2008, Wilders merilis film dokumenter berdurasi 15 menit yang berisi tuduhan bahwa Alquran menghasut kekerasan.
Kunjungan Wilders terjadi di tengah ketegangan di Australia selama protes terbaru oleh Muslim Australia terhadap film buatan AS yang menghina Nabi Muhammad, yang berubah menjadi kekerasan.
Tahun lalu, Google telah menonaktifkan akun email dari politisi sayap kanan Belanda Geert Wilders menyusul keluhan bahwa politisi anti-Islam itu menggunakannya untuk menyebarkan propaganda anti Islam.
Pada bulan Mei, Wilders telah menempatkan negaranya dalam masalah setelah menyebarkan stiker dengan bendera Bendera, dan mengganti teks syahadat di bendera tersebut dengan kata-kata yang menghina Islam.
(ameera/arrahmah.com)