SARAJEVO (Arrahmah.com) – Mantan komandan militer Bosnia Naser Oric, yang dipuji oleh para pendukungnya sebagai “pembela Srebrenica” yang heroik, telah dibebaskan oleh pengadilan kejahatan perang Bosnia.
Oric dibebaskan pada Jumat (30/11/2018) dari pelanggaran hak asasi manusia dan pembunuhan tiga tawanan perang Serbia di dan sekitar Srebrenica selama perang di Bosnia antara 1992-1995.
Oric, dianggap sebagai pahlawan oleh Muslim Bosnia (Bosniak), memimpin pertahanan Srebrenica, kota yang terkepung yang akhirnya jatuh ke pasukan Serbia Bosnia pada tahun 1995, yang kemudian secara sistematis membunuh lebih dari 8.000 pria dan anak-anak Muslim Bosnia dalam kekejaman terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.
Putusan yang direvisi disampaikan setelah pengadilan pada bulan Juni mencabut keputusan sebelumnya, membersihkan Oric dan prajurit Sabahudin Muhic dari tuduhan, dan memerintahkan pengadilan baru setelah jaksa mengeluhkan pelanggaran prosedur pidana.
Ruang pengajuan banding menemukan bahwa pernyataan seorang saksi kunci yang dilindungi tidak kredibel, kata hakim Tihomir Lukes.
Putusan, yang final dan tidak dapat diajukan banding, menyulut berbagai reaksi di negara yang sangat terpecah menurut garis etnis tersebut.
Sementara etnis Serbia kontra atas putusan tersebut, kaum Muslim menyambutny sebagai “kemenangan akhir keadilan”.
Menunggu putusan, ratusan orang berkumpul di depan pengadilan Sarajevo, membawa spanduk yang bertuliskan: “Pahlawan, bukan penjahat!”
Branislav Dukic, kepala asosiasi tahanan perang Serbia Bosnia, mengatakan keputusan itu memalukan.
“Semua orang Serbia harus meninggalkan peradilan negara sebagai tanggapan,” katanya.
Pengadilan Pidana Internasional untuk Bekas Yugoslavia (ICTY) di Den Haag membebaskan Oric dari kejahatan perang melawan Serbia pada 2008, tetapi ia ditangkap lagi pada Juni 2015 di Swiss atas surat perintah dari Serbia yang menuduhnya membunuh tiga tawanan perang Serbia Bosnia di awal konflik.
Banyak etnis Serbia menganggap Oric sebagai orang yang bertanggung jawab atas kejahatan selama serangan di desa mereka di daerah Srebrenica untuk mengusir mereka keluar dari rumah mereka.
Tetapi bagi Kada Hotic, seorang Muslim Bosnia, yang termasuk kelompok “Ibu dari Srebrenica”, vonis seperti itu akan menjadi “rasa malu dan penghinaan bagi para korban [Muslim]”.
Putranya, suami dan dua saudara laki-lakinya tewas dalam genosida Srebrenica pada tahun 1995.
“Orang-orang Serbia ingin Naser Oric dikutuk, percaya bahwa kecamannya bisa meringankan (kesalahan mereka untuk) genosida yang mereka lakukan di Srebrenica,” ungkapnya geram.
Selama perang, PBB menyatakan Srebrenica sebagai “daerah aman”, tetapi pasukan Belanda gagal mencegah penangkapannya oleh pasukan Serbia Bosnia.
Muslim Bosnia membentuk setengah dari 3,5 juta populasi negara itu, sementara etnis Serbia dan Kroasia menempati masing-masing sekita 30 dan 15 persen dari total populasi. (Althaf/arrahmah.com)