JAKARTA (Arrahmah.id) – Pembebasan Damaskus menjadi peristiwa agung yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia, sebagai awal menuju pembebasan Baitul Maqdis dan Masjid Al-Aqsa Al-Mubarak.
Kemenangan ini terjadi pada 7 Jumadil Akhir 1446 H (8 Desember 2024 M), melengkapi pembebasan sebelumnya di Aleppo (4 Jumadil Akhir 1446 H/5 Desember 2024 M) yang kemudian diikuti oleh Hama, Homs, Daraa, dan kota-kota lainnya di Suriah.
Peristiwa besar ini bertepatan dengan peringatan 1430 tahun pembebasan Baitul Maqdis dan Masjid Al-Aqsa oleh Sayyidina Umar bin Khattab, yang oleh banyak pihak dianggap sebagai tanda dari semakin dekatnya pembebasan penuh Baitul Maqdis.
Profesor Dr. Abdul Fattah El-Awaisi, seorang pakar hubungan internasional dan pencetus teori pusat keberkahan bumi Baitul Maqdis, menyampaikan bahwa pembebasan negeri-negeri Syam dan Mesir adalah langkah strategis menuju pembebasan Baitul Maqdis. El-Awaisi, yang telah menjadi profesor di beberapa universitas dunia, dikenal atas kajian mendalamnya tentang geopolitik Islam dan sejarah pergerakan umat.
“Dengan pertolongan Allah, Dia memenangkan siapa yang Dia kehendaki. Dialah Yang Maha Agung lagi Maha Penyayang,” ujar Prof. El-Awaisi, mengutip QS. Ar-Rum ayat 4-6.
Ia juga menambahkan bahwa pembebasan ini adalah bagian dari janji Allah yang pasti. “Janji Allah itu tidak akan diingkari. Kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Pembebasan Damaskus dinilai bukan sekedar peristiwa politik atau militer, tetapi juga bukti kebesaran Allah dan takdir yang penuh keberkahan. Umat Islam diajak untuk bersatu, meningkatkan keimanan, dan mempersiapkan diri menyambut hari agung pembebasan penuh Baitul Maqdis di masa yang semakin dekat.
(MJAR/Arrahmah.id)