KAIRO (Arrahmah.com) – Perdana Menteri interim Mesir, Hazem Beblawi mengklaim sebuah pembelaan setelah operasi mematikan untuk “membersihkan” kamp protes di Kairo, mengatakan bahwa “pihak berwenang” harus memulihkan keamanan, lansir BBC.
Beblawi mengklaim itu bukan keputusan yang mudah untuk membubarkan para pendukung presiden terguling, Muhammad Mursi.
Junta militer telah mengumumkan keadaan darurat dan jam malam diberlakukan di 14 provinsi di seluruh Mesir.
Dalam sebuah pidato di televisi, Beblawi mengklaim “penyesalan” atas jatuhnya korban jiwa dan mengatakan keadaan darurat nasional. Beblawi juga mengklaim bahwa polisi “diberi instruksi” untuk tidak menggunakan senjata untuk membubarkan para demonstran. Meskipun fakta di lapangan memperlihatkan mereka menyerbu kamp protes bersenjata lengkap dengan menggunakan masker, selain itu, penembak jitu juga disebat di atap-atap gedung sekitar kamp.
Senada dengan Beblawi, Menteri Dalam Negeri interim, Mohammed Ibrahim mengklaim, polisi telah “menangani secara profesional” para pengunjuk rasa. Ia menuduh para demonstran pro-Mursi telah membangun benteng dan melepaskan tembakan ke arah polisi di mana 43 polisi tewas saat melakukan operasi “pembersihan”.
Di seluruh negeri, anggota Ikhwanul Muslimin telah ditangkap dan diinterogasi, ujar Ibrahim. (haninmazaya/arrahmah.com)