ARAKAN (Arrahmah.com) – Militer Myanmar (Burma) mengintensifkan serangan terhadap Muslim Rohingya di Arakan (Rakhine), di barat negara mayoritas penganut Buddha tersebut.
Ratusan rumah warga dibakar, hal tersebut nampak dari citra satelit yang dirilis Human Right Watch (HRW) baru-baru ini.
Arakan Times (AT), media lokal Arakan, merilis bahwa militer Myanmar telah membakar ratusan rumah warga di utara kota Maungdaw pada Rabu (16/11/2016), menangkap puluhan warga sipil dan menewaskan 2 warga sipil.
Menurut laporan koresponden AT, ratusan pasukan Myanmar Tatmadaw telah memasuki Ushey Kya (Buraksider Para), desa Myaw Taung (Saliparang), desa Thu Yu Lar (Kularbil), desa Tha Yet Oke (Mangala), desa Yae Khet Chaung Kwa Sone (Gozibil), utara Maungdaw dan melancarkan serangan, menangkap puluhan warga sipil dan membakar ratusan rumah.
Sumber lokal mengatakan kepada koresponden AT bahwa militer menggunakan senjata untuk menembaki rumah-rumah warga yang membakarnya hingga hangus. Dua warga dilaporkan tewas dan beberapa lainnya luka-luka dalam serangan di Ushey Kya (Buraksider Para).
Dua korban luka diketahui bernama Muhammad Hashim bin Muhammad Alam (20) dan Amir Hussain bin Abdurrahman (60) dari desa Ushey Kya (Buraksider Para).
Helikopter-helikopter militer Myanmar juga terlihat di atas kota tersebut saat militer telah melancarkan serangan terhadap rumah-rumah warga.
Sementara itu, para warga yang selamat mengungsi ke desa tetangga, mendirikan tenda-tenda di tempat terpencil sehingga memungkinkan warga asing yang berkunjung ke kota mereka tidak dapat menemukan mereka.
Para korban takut bahwa tentara Myanmar memaksa mereka untuk bersembunyi sehingga orang asing tidak bisa melihat mereka atau memiliki niat jahat pada mereka, kata seorang pengungsi.
Sumber lainnya mengatakan bahwa lebih dari seratus warga Rohingya ditangkap oleh militer, mereka dibawa dengan menggunakan truk-truk ke kota Maungdaw pada Selasa (15/11).
Perang informasi
Penduduk lokal dan kelompok-kelompok hak asasi manusia telah menuduh pasukan bersenjata Myanmar telah melakukan pembunuhan, pemerkosaan terhadap para wanita, dan membakar rumah-rumah warga Rohingya. Militer Myanmar membantahnya.
Militer Myanmar mengklaim bahwa serangannya adalah bentuk dari pengejaran para “militan” Rohingya yang melakukan penyerangan terhadap kantor penjaga perbatasan pada bulan lalu. Militer juga mengklaim bahwa para korban adalah para “militan”.
Selain itu, militer juga menuding dalam pernyataannya bahwa yang membakar desa-desa adalah “teroris” Rohingya. Sementara, warga Rohingya mengatakan bahwa militer yang melakukan pembakaran.
Militer Myanmar telah melarang para pengamat dan jurnalis independen memasuki daerah Maungdaw. Namun, warga Rohingya berusaha menyebarkan berita mereka melalui media lokal pro-Rohingya agar dunia mengetahui apa yang tengah terjadi pada mereka.
Dunia diam
Dunia seakan buta dan bisu terhadap apa yang terjadi pada Muslim Rohingya di Myanmar. Minimnya informasi beredar di media-media internasional dan belum adanya tindakan signifikan dari komunitas internasional untuk menghentikan penindasan terhadap Muslim Rohingya di negaranya sendiri.
Sebagian penduduk Rohingya yang mencari suaka ke negara-negara tetangga juga menghadapi penolakan kecuali hanya sedikit. Di antara mereka terpaksa mengungsi di kamp-kamp perbatasan dengan kondisi tak layak, di antara mereka harus meregang nyawa di tengah laut. Sedangkan kembali ke Myanmar adalah ancaman besar bagi nyawa mereka.
Pertolongan darurat dari komunitas internasional sangat dibutuhkan oleh Muslim Arakan saat ini. (siraaj/arrahmah.com)