BELGRADE (Arrahmah.com) – Serbia telah mendakwa sembilan mantan perwira paramiliter Serbia atas aksi pembantaian yang menewaskan sedikitnya 43 warga sipil etnis-Albania selama konflik 1998-1999 di Kosovo.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor jaksa penuntut kejahatan perang Serbia mengatakan pada hari Sabtu (11/9/2010) bahwa sembilan orang, yang ditangkap awal tahun ini, telah dituduh membunuh warga sipil di desa Cuska, dekat kota barat Pec, Mei 1999 .
Para terdakwa adalah anggota unit paramiliter yang dikenal sebagai Sakali (serigala), seperti diungkap dalam pernyataan dari kantor Vladimir Vukcevic.
Terdakwa dijerat hukum atas pembunuhan, tindak kekerasan, perkosaan, dan perampokan dengan cara yang “sangat brutal”. Hal ini dilakukan untuk menyebarkan ketakutan di kalangan etnis Albania Kosovo dan memaksa mereka untuk meninggalkan rumah mereka dan pergi ke Albania.
Merekapun diduga membunuh Hasan Ceku, ayah Agim Ceku, mantan perdana menteri Kosovo dan mantan komandan Tentara Pembebasan Kosovo, serta sejumlah anggota keluarganya.
Tujuh belas orang lain, yang saat ini dalam pelarian, diduga terlibat dalam kejahatan dan masuk ke dalam daftar pencarian Interpol.
Dakwaan ini merupakan hasil penyelidikan kantor jaksa kejahatan perang yang bekerja sama dengan Eulex, misi Uni Eropa di Kosovo.
Konflik di Kosovo meninggalkan sekitar 13.000 orang tewas, mayoritas korban adalah muslim etnis Albania.
Pertempuran sengit itu berakhir setelah NATO ikut campur serta melakukan pemboman dan melawan pasukan Serbia, yang ada di bawah komando Slobodan Milosevic (presiden Serbia saat itu), selama 11 minggu.
Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada tahun 2008 atas dukungan Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa, tanpa pengakuan Belgrade. (althaf/arrahmah.com)