ASSAM (Arrahmah.com) – Pembantaian dan pengusiran terhadap warga muslim Rohingya di Arakan, Myanmar dalam sepekan ini mulai merambah propinsi Assam, India Timur Laut. Sampai hari Rabu (25/7/2012) sedikitnya 36 warga muslim dibantai oleh etnis suku Bodo. Pemerintah India tidak mampu menghentikan serangan kelompok bersenjata terhadap umat Islam di wilayah tersebut.
Truk-truk yang mengangkut anak-anak, wanita, peralatan rumah tangga dan tepung beras mulai mengalir ke tenda-tenda pengungsian warga muslim di propinsi Assam, India Timur Laut pada Kamis (26/7/2012).
Kepala kementrian propinsi Assam melaporkan kepada wartawan bahwa korban yang gugur akibat serangan etnis suku Bodo terhadap minoritas kaum muslimin meningkat menjadi 44 orang setelah aparat kepolisian kembali mengumumkan penemuan sejumlah mayat pada Rabu (25/7/2012) malam.
Kerusuhan di propinsi Assam berawal ketika kelompok etnis Bodo yang beragama Hindu melakukan serangan pada Jum’at (20/7/2012) malam di distrik Kokrajhar. Kokrajhar merupakan wilayah India yang berbatasan langsung dengan Bangladesh dan Bhutan. Wilayah itu dihuni oleh mayoritas warga Hindu suku Bodo dan minoritas imigran muslim dari Bangladesh.
Serangan pada malam pertama Ramadhan 1433 H itu menewaskan delapan warga muslim. Sejak itu warga Hindu suku Bodo semakin gencar menyerang, membunuh dan membakar desa-desa muslim. Sejak tahun lalu, warga Hindu suku Bodo dan suku-suku Kristen di wilayah Kokrajhar gencar mengkampanyekan anti etnis muslim dan imigran Bangladesh.
Aparat kepolisian memberikan tembakan peringatan ke udara untuk membubarkan kelompok etnis Bodo yang bersenjatakan pedang dan tombak dan melanggar larangan bepergian.
Dalam serangan yang telah berlangsung selama seminggu terakhir ini, etnis suku Bodo menyerang desa-desa kaum muslimin dan membakar ratusan rumah mereka. Mayoritas rumah warga muslim terbuat dari tanah liat dan atap rumbia sehingga mudah terbakar dan hangus oleh serangan tersebut.
Hagrama Mohilary, kepala pemerintahan setempat, menyatakan kepada AFP bahwa diperkirakan sebanyak 170.000 warga diungsikan di kamp-kamp pengungsian milik pemerintah local.
Seorang warga muslim yang selamat dari pembantaian tersebut, Abdurrahman (45 tahun) menuturkan kepada wartawan AFP, “Tidak ada lagi tempat aman.” Ia berhasil lolos bersama kedua orang tua, saudara perempuan, istri dan anak perempuannya.
“Situasinya memanas dan kita mendapat tambahan pasukan Paramiliter, “kata kepala kepolisian propinsi Assam, JN Choudhury, kepada wartawan.
Pemerintah lokal pada Senin sore (23/7/2012) mengumumkan pemberlakuan larangan bepergian dan hak kepada polisi dan tentara untuk menembak di tempat siapa yang melanggar larangan tersebut. Kebijakan itu diambil setelah etnis Hindu Bodo membakari rumah-rumah dan menjarah warung-warung warga muslim. Rel kereta api dan jalan-jalan raya telah disabotase etnis suku Bodo.
(muhib almajdi/arrahmah.com)