GAZA (Arrahmah.com) – Otoritas energi di Gaza mengatakan bahwa pembangkit listrik Gaza berhenti beroperasi pada Sabtu (15/3/2014) setelah menghabiskan tetes terakhir bahan bakar yang tersedia setelah penutupan “Israel” atas penyeberangan Karam Abu Salem.
“Gaza akan menghadapi bencana kemanusiaan jika persimpangan tetap tertutup,” wakil ketua otoritas energi Gaza Fathi al-Sheikh Khalil mengatakan kepada Anadolu Agency.
Rabu (12/3) lalu, tentara “Israel” mengumumkan sejumlah sanksi kepada Gaza setelah penembakan roket ke wilayah yang mengklaim diri sebagai negara Yahudi itu.
Sanksi tersebut meliputi penutupan semua penyeberangan yang berbatasan dengan Gaza serta menghentikan masuknya komoditi penting lainnya.
Karam Abu Salem merupakan satu-satunya perlintasan umum yang terbuka di Gaza sebagai akibat dari kebiadaban pemerintah Mesir yang tetap menutup perbatasan Rafah dengan wilayah Palestina.
Khalil mengatakan bahwa kurangnya bahan bakar akan menyebabkan pemadaman 16 jam-listrik di Gaza setiap hari.
Qatar mengumumkan pada Rabu (12/3) bahwa mereka akan membayar 30 juta USD sebagai pajak bahan bakar untuk Otoritas Palestina di Ramallah untuk membawa bahan bakar yang diperlukan untuk pembangkit listrik Gaza, menurut kantor berita resmi Qatar.
Khalil meminta organisasi hak asasi internasional untuk meningkatkan tekanan terhadap “Israel” untuk membuka kembali perbatasan tersebut untuk memungkinkan bahan bakar tersalurkan agar bisa kembali mengoperasikan pembangkit listrik Gaza.
Pembangkit listrik Gaza kembali beroperasi pada pertengahan Desember setelah tujuh minggu berhenti beroperasi karena kekurangan bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikannya.
Pembangkit listrik Gaza membutuhkan sekitar 650.000 liter bahan bakar diesel untuk operasi sehari-hari.
Pembangkit listrik 65 megawatt tersebut hanya memasok sekitar sepertiga dari total kebutuhan listrik Gaza. (ameera/arrahmah.com)