PAUKTAW (Arrahmah.com) – Innalillahi, pembakaran rumah dan pembantaian Muslim di negara bagian Arakan (Rakhine), Myanmar, masih terjadi, tetapi pemerintah tidak melakukan tindakan signifikan untuk menghentikan kekejaman ini.
Menurut laporan seorang tetua lokal kepada Kaladan Press, pada hari Sabtu (29/10/2012) kemarin, massa Buddhis Rakhine yang berjumlah sekitar 2.000 datang menyerang desa Kayri Pyin (Sikki Para) di kota Pauktaw, sekitar pukul 17:00 waktu lokal. Tetapi mereka gagal karena warga Muslim berusaha mengusir mereka. Namun segera setelah itu mereka datang bersama para biksu dengan senjata-senjata mematikan dan menyerbu desa tersebut dan melakukan aksi pembakaran. Belum ada laporan terkait jumlah korban dan rumah yang hancur karena kemarin rumah-rumah masih terbakar.
Warga Buddhis telah menyerang desa tersebut sejak dua hari lalu, tetapi pihak berwenang setempat tidak melakukan tindakan apapun untuk menghentikannya.
Pada hari Jum’at (26/10), ribuan massa Buddhis telah membakar empat desa Rohingya di kota Pauktaw, dimulai sekitar pukul 00:30 waktu lokal. Serangan ini menyebabkan para warga desa Muslim hidup tanpa tempat perlindungan, tanpa makanan dan air.
Desa-desa yang dibakar adalah desa Shuli Pyin yang memiliki 177 rumah dan 1050 penduduk, desa Kyan Pyin yang memiliki 120 rumah dan 800 penduduk, desa Thee Ywa yang memiliki 135 rumah dan 890 penduduk serta desa Kya Ni Pyin yang memiliki 320 rumah dan 2.256 penduduk, menurut seorang guru dari Pauktaw, seperti dilaporkan Kaladan Press.
Mengungsi dan ketakutan
Sungguh darurat kondisi Muslim di Arakan, keselamatan mereka benar-benar terancam. Selain serangan dari warga Buddhis, mereka yang bersusah payah mengungsi harus menghadapi berbagai hambatan, sebagian dari mereka bahkan tak bisa sampai ke tempat tujuan karena berbagai alasan seperti, dilarang berlabuh di daratan oleh pasukan keamanan, atau dikejar-kejar oleh warga Buddhis hingga sebagian dari mereka meregang nyawa di atas perahu.
Pada hari Sabtu (27/10) malam, sekitar 53 perahu pengungsi Rohingya mendarat di Ohntaw (Bariza Para), sebagian besar dari mereka berasal dari kota Kyaukpyu, yang mana rumah-rumah mereka di sana habis dibakar warga Buddhis. Mereka diizinkan untuk mendarat setelah staf bantuan PBB dan Turki bernegosiasi dengan pasukan keamanan, lapor seorang pria dari Akyab (Sittwe).
Sementara 12 perahu yang tersisa yang memuat sekitar 2.000 warga Rohingya dari kota Pauktaw harus mendarat di sebuah pantai di Akyab, tetapi mereka masih dikepung pasukan keamanan perbatasan (NASAKA) dan menghadapi kelaparan serta berbagai tindak kekerasan bahkan jika hanya mengatakan “warga Rakhine membakar rumah-rumah warga Rohingya.”
Penderitaan pengungsi Rohingya bertambah karena Nasaka memeras atau merampas uang sekitar 3 juta kyat dari warga Muslim Kyaukpyu dan sekitar 2 juta kyat dari warga Muslim Pauktaw dan merampas perhiasan emas dari sebagian mereka.
Seorang tetua lokal dari Maungdaw mengatakan bahwa otak dari kekejaman ini adalah pemerintah pusat dan kerusuhan ini tidak akan berhenti hingga ada tindakan terhadap orang-orang yang berada dibalik pembersihan etnis Muslim sistematis ini.
“Kerusuhan ini tidak akan berhenti hingga dan kecuali mengambil tindakan terhadap para anggota yang berada dibalik kerusuhan ini.”
Di kota Maungdaw, banyak pemuda Buddhis Rakhine dibawa dari kota-kota lainnya dan mereka siap dipersenjatai. Mengetahui hal ini, para warga Muslim di kota tersebut menjadi panik.
Saat ini, menurut seorang pria dari Akyab, badan sosial internasional yang sudah mencapai Akyab adalah tim bantuan dari Turki, dua helikopter Turki yang terbang dari Rangoon telah tiba di Akyab kemarin dengan membawa bantuan bagi para pengungsi. (siraaj/arrahmah.com)