CIPUTAT (Arrahmah.com) – Suasana haru membuncah di ruang Masjid Kemanusiaan ACT pada Ahad, 29 Juli 2012. Usai menjalankan sholat dhuhur bersama, seluruh Crew ACT berkumpul – kecuali yang harus menjalankan tugas luar—untuk mengikuti acara pemberangkatan Andhika Purbo Swasono, leader Action Team for Rohingya ke Bangladesh, yang akan diteruskan jalan darat ke Myanmar.
Acara pemberangkatan yang dihadiri Presiden ACT Ahyudin beserta jajarannya, juga dihadiri dua ulama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) yakni Ketua Komisi Luar Negeri DR. Saleh Daulay dan Wakil Sekjen MUI Dr. Amirsyah Tambunan.
Ahyudin dalam arahannya mengatakan perjalanan Andhika ke Bangladesh – Myanmar adalah perjalanan kemanusiaan untuk membantu meringankan penderitaan muslim Rohingya yang berdiaspora menjadi pengungsi di berbagai tempat.
Keluarga yang hadir melepaskan kepergian Andhika yakni istri tercintanya Tri Mardiyati– yang saat ini sedang mengandung anak kedua Andhika– Santoso (ayah), dan bapak dan ibu mertuanya.
Kepada keluarga Andhika, Ahyudin mengharapkan kesabaran serta doa agar Andhika diberi kemampuan oleh Allah SWT menjalankan misinya, yang tidak sekedar membantu meringankan derita muslim Rohingya, tetapi juga mewakili Indonesia mengabarkan kepada dunia akan karakter bangsa yang dikenal suka menolong dan peduli sesama.
” Ini bukanlah perjalanan misi kemanusiaan Mas Andhika yang pertama kali. Sebelumnya, Mas Andhika telah menjalankan misi kemanusiaan ke Kenya, Somalia dan Turki,” ungkap Ahyudin seperti rilis yang dikirim ke arrahmah.com.
Taushiah dari ulama MUI juga mewarnai acara tersebut. MUI sangat mendukung ACT dalam program peduli muslim Rohingya. Bahkan Dr. Amirsyah Tambunan menegaskan perjalanan ACT yang diwakili Andhika adalah jihad. ” Dan berjihad adalah hukumnya wajib, untuk menegakkan agama Allah,” tegas Amirsyah.
Sementara itu dalam sambutan pamitannya, Andhika meminta semua pihak mendoakan agar misi yang diembannya, yakni memberikan bantuan pangan, serta melakukan asssesment kebutuhan pengungsi Rohingya baik yang berada di perbatasan Banglades maupun di Myanmar.
Usai sambutan, Andhika menyerahkan surat wasiat kepada istrinya Tri Mardiyati dan memohon doa restu kepada anggota keluarganya. Surat wasiat hanya dibuka jika Andhika syahid di medan jihad, tanah Rohingya.
Acara ditutup dengan doa oleh DR. Amirsyah Tambunan dan bersalam-salaman para hadirin di Masjid Kemanusiaaan ACT, Kompleks Perkantoran Ciputat Indah Permai Blok B8, Tangerang Selatan.
Beberapa orang tak kuasa menahan haru. Tangis membuncah. Inilah momentum dimana Allah melembutkan hati siapa saja yang hadir. Karena, perjalanan ini bukan ke suatu tempat yang ramai dikunjungi orang. Tetapi, perjalanan ke suatu tempat dimana justru orang-orang beramai-ramai menghindari mencari keselamatan.
Sebuah perjalanan kemanusiaan, perjalanan yang diistilahkan Presiden ACT Ahyudin sebagai ‘perjalanan sunyi’, karena sepi dari sorotan media, sepi dari tempik sorak (penghargaan) manusia.
Perjalanan Andhika diharapka bernilai jihad di mata Allah SWT, yang jika dipahami oleh orang beriman, justeru akan menggembirakan jika harus pulang dengan satu kata: syahid. Meski ACT sendiri, mengharapkan Andhika pulang dengan selamat, karena medan-medan jihad yang lain, masih menunggu aksi-aksi selanjutnya. (bilal/act/arrahmah.com)