KARACHI (Arrahmah.com) – Sejumlah ulama di Pakistan mengutuk peledakan di Data Darbar Lahore (Makam Ali Hajvairy). Menurut mereka, serangan tersebut tidak lain adalah konspirasi untuk mengobrak-abrik dan menyulut kekacauan di Pakistan, lansir Dawn pada Minggu (4/7).
Sejumlah media menuduh Taliban sebagai pelaku, namun hal tersebut hanyalah omong kosong semata. Tehrik-e-Taliban Pakistan telah mengumumkan bahwa pihaknya tidak terlibat dalam insiden tersebut.
Selain itu, insiden ini dinilai oleh para ulama muncul setelah sejumlah upaya diplomatis yang dilakukan AS-Pakistan. Menurut para ulama, Blackwater dan DynCorp, perusahaan keamanan swasta AS, sekali lagi membuat darah kaum muslimin tertumpah di Pakistan.
Menanggapi hal tersebut, perilaku pemerintah pun sudah bisa terbaca. Karena beberapa saat setelah kejadian, pemerintah provinsi Punjab kocar-kacir mengadakan pertemuan tingkat tinggi pada hari yang sama untuk memulai operasi melawan “militan” di Punjab.
Hampir setiap orang mengetahui bahwa kejadian pengeboman di masjid-masjid, sekolah-sekolah, universitas islam, dan pasar ini bukanlah kebetulan atau ketidaksengajaan, tetapi murni operasi yang dilakukan oleh Blackwater dan DynCorp, dua perusahaan keamanan swasta AS.
Sementara kedua perusahaan tersebut tetap tidak tersentuh oleh hukum, hal ini semakin membuktikan bahwa Amerika ada di balik aksi ini mengerikan. Ulama menilai insiden ini menjadi batu loncatan opini publik untuk memperluas operasi militernya dari Afghanistan ke Pakistan dan memulai aksinya membantai kaum muslimin. Apalagi setiap kali pemerintah menabuh genderang perang di di Swat, Waziristan Selatan, dan Orakzai, selalu terjadi serangkaian ledakan bom sebelumnya di pusat-pusat perkotaan di Pakistan, dan gelombang kemarahan publik akibat ledakan tersebut digunakan untuk mendukung operasi militer.
Insiden yang terjadi pada hari Kamis lalu dan menewaskan lebih dari 40 muslim yang tak bersalah serta melukai sekitar 200 lainnya ini pun dinilai menghembuskan kebencian sektarian dan ingin memecah belah Islam. Sehingga pemerintah boneka Pakistan lebih menikmati perseteruan sektarian, bukan bersatu untuk menendang AS keluar dari kawasannya, lanjut pernyataan ulama. Hal ini merupakan kebijakan serupa yang digunakan AS di Irak.
Kutukan keras yang dilakukan oleh sejumlah ulama dari berbagai macam organisasi Islam tersebut diakhiri dengan desakan para ulama terhadap rakyat Pakistan untuk bersatu melawan segala macam konspirasi yang hanya akan melemparkan Pakistan pada kondisi yang mengenaskan. (althaf/arrahmah.com)