NEW YORK (Arrahmah.com) – Pemerintah AS mengucurkan jutaan dolar untuk membiayai pelatihan bagi para petugas kepolisian dan penegak hukum lainnya dalam rangka memberikan gambaran menyimpang, berbahaya, dan menghasut tentang Islam.
Politic Research Associates (PRA), sebuah thinktank progresif berbasis Massachusetts, menghabiskan sembilan bulan untuk menyelidiki perkembangan dari pelatihan anti-teror yang digagas oleh Amerika Serikat. Hal ini disimpulkan bahwa pada sejumlah seminar dan konferensi di seluruh Amerika, para peserta (yang terdiri dari aparat polisi dan penegak hukum) selalu diberi kesan miring mengenai Islam sebagai agama kekerasan dan teror.
PRA memberi contoh satu pelatihan konferensi pada Oktober tahun lalu oleh Counter-Terrorism Officers Association, suatu badan yang dibentuk oleh petugas polisi New York pasca 11 September. Konferensi ini disajikan oleh Walid Shoebat, salah seorang pembicara yang sering digunakan oleh beberapa lembaga pelatihan swasta.
Shoebat saat ini adalah penganut agama Kristen, setelah sebelumnya menjadi Muslim yang mengklaim memiliki keterkaitan dengan Organisasi Pembebasan Palestina. Dalam presentasinya, yang berjudul “Mindset Jihad dan Cara Mengalahkannya”, ia menuduh Muslim adalah pemerkosa perempuan dan anak-anak.
“Mereka adalah pedofil!” teriaknya.
Menurut laporan itu, Shoebat melanjutkan: “Seorang Muslim akan dengan senang hati memenggal kepala. Anda dapat melihatnya di YouTube atau di televisi. Anak-anak Afghanistan dilatih untuk mengeksekusi orang-orang Kristen. Masihkah Anda mengatakan bahwa Islam adalah agama damai? Mengapa? Islam membenci Barat.”
Dia juga mengatakan: “Islam adalah sebuah revolusi dan niat untuk menghancurkan semua sistem lain Mereka ingin berkembang, seperti Nazisme..”
Lembaga pelatihan lain yang disorot oleh PRA adalah Security Solutions International (SSI), sebuah lembaga yang berbasis di Miami, yang telah bekerja dengan 1.000 lembaga penegak hukum sejak tahun 2004. SSI memberikan seminar dengan judul seperti “Ancaman Jihadis Islam”, “Jihad 2”, dan “Allah di Amerika”.
Pada suatu seminarnya, pelatih SSI menunjukkan rekaman dari pemenggalan Daniel Pearl tahun 2002, seorang wartawan Amerika, yang sebelumnya diculik oleh al-Qaeda.
Laporan ini diterbitkan saat Komite Keamanan Dalam Negeri Senat AS tengah bersiap untuk membuka sidang kontroversial tentang radikalisasi komunitas Muslim Amerika.
Lembaga lainnya, Centre for Counterintelligence and Security Studies, yang berbasis di Alexandria, Virginia, menggunakan mantai agen-agen FBI dan CIA yang berpengalaman untuk melakukan pelatihan terhadap sekitar 8.000 aparat keamanan nasional selama setahun. Peneliti PRA tidak diizinkan untuk menghadiri seminar yang berjudul “Ancaman Doktrin Jihad Global”. Tetapi berdasarkan keterangan yang diambil dari situs dan sejumlah artikel dari beberapa pelatih utamanya, seminar tersebut menggambarkan Islam sebagai ancaman eksistensial yang setara dengan komunisme.
Thomas Cincotta, penulis laporan PRA, meminta Kongres dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS untuk memulai penyelidikan terhadap dalam penggunaan uang publik untuk memberikan pelatihan yang sangat berbahaya dan tidak berguna ini. “Seminar ini hanya akan menimbulkan kesan bahwa warga negara yang taat hukum harus curiga terhadap komunitas Muslim. ”
Laporan PRA tersebut pun mengatakan bahwa setelah 11 September, sejumlah besar uang dari pembayar pajak telah diinvestasikan dalam pelatihan kontra-terorisme bagi aparat penegak hukum. Untuk program pelatihan federal yang diadakan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri pada tahun 2010 saja menghabiskan sekitar 1,7 miliar dolar AS. (althaf/arrahmah.com)