MALAPPURAM (Arrahmah.com) – Brahim Aouissaoui (21) asal Tunisia, yang melakukan penyerangan dan membunuh tiga orang di sebuah gereja di kota Nice, berbicara kepada keluarganya 12 jam sebelum serangan tersebut. Keluarga tidak menyangka Brahim akan melakukannya karena tidak ada sedikit pun indikasi dia akan melakukan hal demikian.
Brahim Aouissaoui tumbuh di antara delapan saudara perempuan dan dua saudara laki-laki di sebuah rumah sederhana di Thina, sebuah lingkungan buruh industri dekat Sfax, pelabuhan utama di pantai timur Tunisia.
Aouissaoui meninggalkan pendidikan sekolah menengahnya dan bekerja sebagai montir sepeda sebelum akhirnya berjualan bensin di pinggir jalan, kata anggota keluarga.
Selama dua tahun terakhir, kerabat mencatat perubahan dalam perilaku Aouissaoui. Dia mulai shalat secara teratur, tinggal di rumah dan menjauhi teman-teman lamanya. Sebelumnya dia dikenal sering menggunakan narkoba dan minum minuman beralkohol.
“Dia tidak pernah menunjukkan ekstremisme”, kata Yassin, seorang kakak laki-laki, seperti dikutp dari The Guardian, Jumat (30/10/2020), “Dia tipe menghormati semua orang dan menerima perbedaan.”
Aouissaoui pernah berusaha meninggalkan Sfax dan Tunisia tetapi gagal untuk menyeberang ke Italia. Dia tidak memberitahu keluarganya untuk usaha kedua kalinya. “Kami terkejut ketika dia memberi tahu kami bahwa dia telah mencapai Italia,” kata Yassin.
Menurut jaksa penuntut di Tunisia dan Sisilia, Aouissaoui menghilang pada 14 September dan tiba di pulau Lampedusa pada 20 September dengan kapal nelayan kecil bersama 20 pemuda Tunisia lainnya.
Pejabat Italia mengatakan kepada media lokal bahwa Aouissaoui tidak pernah ada dalam daftar pantauan polisi Tunisia dan tidak ada dalam radar organisasi intelijen. Pejabat Tunisia mengonfirmasi Aouissaoui tidak terdaftar oleh dinas keamanan mereka, dan penyelidik Prancis mengatakan dia tidak dikenal di sana.
Dia menelepon keluarganya sekitar jam 8 malam pada hari Rabu untuk memberi tahu mereka bahwa dia berada di Prancis. “Dia berkata dia telah memutuskan untuk pergi ke Prancis karena ada prospek kerja yang lebih baik dan ada terlalu banyak orang mencari pekerjaan di Italia,” kata saudaranya.
Adik Aouissaoui, Afef, mengatakan dia memang mencari gereja Notre-Dame di Nice untuk tidur dan mengatakan kepadanya bahwa dia berencana untuk beristirahat di gedung seberang. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia merencanakan serangan, katanya. (hanoum/arrahmah.com)