SURIAH (Arrahmah.com) – Kesepakatan antara rezim Asad dan kelompok “Daulah Islamiyah”, atau Islamic State (IS), di selatan Damaskus mulai berlaku di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, ungkap kantor media pasukan Revolusi Suriah pada Senin (18/1/2016), sebagaimana dilansir El-Dorar.
Kantor media itu melaporkan bahwa batalion pasukan Asad dalam koordinasi dengan PBB untuk menghancurkan senjata kelompok IS, yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, dalam kesepakatan di wilayah Al-Hajar Al-Aswad di selatan Damaskus.
Proses penghancuran senjata itu termasuk penghancuran anti-kaliber 23 mm dan 14,5 mm. Dalam kesepakatan tersebut, militan IS akan meninggalkan daerah Al-Hajar Al-Aswad selama beberapa jam ke depan melalui sektor Al-Kadam-Asali, ungkap kantor media tersebut mengutip sejumlah sumber.
Menurut sumber yang sama, sekitar 100 pemuda dari wilayah Al-Hajar Al-Aswad milik brigade “Doha al-Islam”, “Brigade Jundullah” dan “Suqour Al-Golan” masuk pada Ahad (17/1) ke daerah itu untuk mendapatkan titik-titik pos yang berada di bawah kendali militan IS, sebagai langkah pertama dari perjanjian sebelum penarikan organisasi itu.
Dalam konteks yang sama, sumber-sumber lokal menyatakan pada Senin (18/1) bahwa ratusan pejuang Suriah yang berada di kota-kota sekitarnya dan Al-Hajar Al-Aswad diperkirakan akan dikerahkan kembali di lingkungan itu setelah penarikan militan IS, dan itu akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan untuk mengamankan front-front pertempuran dan jalur patahan di sekitar Al-Hajar Al-Aswad.
Pelaksanaan kesepakatan antara rezim Asad dan kelompok IS itu dikabarkan sempat tertunda sekitar satu bulan terkait kabar terbunuhnya komandan Jaisyul Islam, Zahran Aloush, dalam serangan Rusia di Ghouta timur.
(banan/arrahmah.com)