Oleh: Abu Robbani Abdullah Ricko Soenoko,SS
(Penulis buku “Perang Akhir zaman”, Ketua LPW Majelis Mujahidin Jabodetabek)
(Arrahmah.com) – Pelajaran dari Mesir yang sangat penting –sekali lagi- adalah persatuan kaum Muslimin ahlussunnah waljamaah, terutama gerakan dakwah dan jihad mereka. Semua gerakan-gerakan Islam dan Jihad di Mesir harus bersatu, apakah Ikhwanul muslimin sebagai saudara tua yang telah menorehkan dirinya sebagai pioner gerakan kebangkitan Islam di seluruh dunia sejak khilafah otoman dibubarkan (1924), atau Jamaah Islamiah, Salafiyyun, Jamaah-jamaah jihadiah seperti Al-Qaida dan Tholiban dan lain-lain, Hizbuttahrir, Jamaah tabligh. Dan seluruh elemen-elemen perjuangan umat Islam di Mesir dan umat Islam yang masih komitmen dengan agamanya, maka hendaklah mereka bersatu! Tragedi yang menimpa pergerakan Ikhwanul Muslimin hendaklah menjadi pelajaran yang sangat penting bahwa:
-
Ketika ikhwanul Muslimin telah menang dalam pemilu yang jujur dan sah maka seharusnya kemenangan itu didukung oleh segenap komponen perjuangan umat Islam lainnya. Apakah oleh Hizbuttahrir, Salafiyyun, Jamaah Jihad, Jamaah Islamiah, dan lain lain. Juga jamaah-jamaah dakwah dan jihad tersebut menolong presiden yang pada hakekatnya adalah- pemimpin Islam mereka. Sehingga ketika ada pengkhianatan dari militer atau kaum sekuler, maka segera dapat diantisipasi oleh segenap gerakan Islam dan jihad mereka yang bersatu berada dibelakang presiden Mursi. Yang terjadi saat ini adalah mereka menjadi penonton dan komentator layaknya penonton dan komentator sepak bola. Bukan pemain yang dengan susah payah berusaha memenangkan pertandingan dan laga.
-
Tunjukkanlah persaudaraan Islam itu dengan hakiki diantara mereka sendiri, juga menjadi contoh kepada dunia Islam. Bukan sebaliknya! Kalian saling membutuhkan satu sama lain, bukan saling meniadakan dan menjatuhkan! Kemenangan Ikhwanul Muslimin yang sebenarnya merupakan kemenangan umat Islam, malah di cela, dilemahkan dengan kritikan-kritikan yang tidak tepat, bahkan berbau hasad. Sungguh miris sekali menyaksikan tingkah polah jamaah-jamah Islam ini , masih kekanak-kanakan, belum dewasa, persis seperti kaum Yahudi dan Nasrani didalam Al-Qur’an:”Wahai kaum mukmin, kalian jangan meniru kaum Yahudi dan Nasrani yang suka bermusuhan dan berselisih setelah al-Qur’an dan Muhammad datang kepada mereka…”(QS. 3:105).
-
Sikap dari gerakan dakwah Islam dan jihad Islam di Mesir terhadap saudara mereka ikhwanul muslimin adalah menyelisihi perintah Allah untuk bersatu dan larangan berpecah belah, “Orang-orang kafir satu dengan lainnya saling tolong menolong. Wahai kaum mukmin jika kalian satu dengan lainnya tidak saling tolong menolong, maka akan muncul kekacauan dalam barisan kalian dan kerusakan yang besar di muka bumi” (QS Al-Anfal:73).
Bukankah kita telah sama menyaksikan kebenaran firman Allah ini?!, kerusakan yang besar di negeri Mesir dengan dibantainya umat Islam yang komitmen dengan agama mereka, akibat tidak bersatunya dan tolong menolongnya sesama kaum muslimin di sana.Dan Kelak ancaman Allah bagi kaum Muslimin yang tidak menolong saudaranya, hanya sibuk mencela dan mengkritik saudaranya, dengan siksa kepada mereka di neraka jahannam sebagaimana yang akan menimpa yahudi dan nasrani (lihat QS Ali Imron3:105)
Saya menanggapi kritikan dari sebagian tokoh muballigh Tauhid bahwa ikhwanul muslimin berjuang tidak secara syar’i (dengan cara masuk ke demokrasi,membuat partai dan mengikuti Pemilu yang dihukumi –menurut mereka- sebagai syirik akbar dan dapat membatalkan iman, murtad dan musyrik). Maka menurut jalan fikiran mereka: “Tidaklah mungkin mereka akan menang dengan cara seperti ini karena menyalahi syariat Islam”. Menurut saya pandangan mereka ini keliru dan berlebihan. Yang seharusnya bahwa selama hal itu tidak membahayakan aqidah ummat dan lebih besar maslahatnya (kebaikannya) maka tidak mengapa jika berjuang melalui parlemen, apalagi para ulama mereka seperti Syaikh Sa’id Hawwa rohimahullah, Syaikh Yusuf al-Qordhowi, termasuk ulama kibar salafi abad ini seperti muhaddits kiwari Syaikh Al-Albani, Syaikh Bin Bazz dan Syaikh Utsaimin rahimahumullah, semuanya itu berpendapat bolehnya mengikuti Pemilu dengan berbagai syarat tentunya. Maka tidak mengapa mendirikan partai Islam dan mengikuti Pemilu. Terbukti banyak kemenangan-kemenangan politik Islam dihasilkan oleh mereka. Hanya saja akhi, musuh dari kalangan munafiqin seperti kaum Sepilis dan backing dari kaum kuffar Barat terhadap mereka terlalu banyak & kuat karena mereka bersatu, dan kita –karena tidak mau bersatu, karena sebab dikuasai kesombongan jahiliah fanatis manhaj dan mazhab sehingga berpecah belah- yang menyebabkan kekalahan-kekalahan bahkan digulingkan dan dibantai setelah kemenangan itu oleh musuh-musuh kita. Sungguh tragis sekali. Wallahul musta’an!
Salah satu bukti dari kebenaran pandangan kami tentang pentingnya persatuan antar gerakan dakwah dan jihad -yang paling jelas adalah pada peristiwa jihad di Afganistan tahun 1979 M. Saat itu kaum Muslimin dari seluruh dunia dari berbagai mazhab dan manhaj bersatu untuk melawan super power abad ini, Uni Soviet. Benarlah firman Allah bahwa kekuatan ada pada persatuan (QS 8:73). Maka kaum Muslimin berhasil menang hanya dalam waktu lebih kurang 10 tahun saja. Tentu penyebab kemenangan ini adalah bersatunya para pejuang Islam di sana dalam mengusir Rusia komunis karena Allah semata.
Namun lihat kemudian! Saat kaum muslimin pejuang itu memimpin negeri Afghan pasca perang, maka terjadilah perebutan kekuasaan diantara mereka, perselisihan dan perpecahanpun terjadi diantara mereka sendiri. Maka tanpa disangka-sangka datanglah laskar “asing” Taliban menyapu mereka semuanya dan kemudian berkuasa di Afghanistan. Timbulah kemudian permusuhan antara para pejuang yang diusir tadi dengan pemerintahan Taliban. Maka beberapa tahun kemudian Taliban pun dijatuhkan dari kekuasaan mereka oleh Serangan pasukan sekutu pimpinan AS yang bersekutu dengan Aliansi Utara yang dulu pernah punya andil dalam menaklukkan rusia di afghanistan.
Sekarang negeri Afghanistan dikuasai rezim boneka AS pimpinan Hamid karzai. Sementara hari-hari ini, pertempuran tengah berlangsung dengan sengit dan lama di dalam negeri Afghanistan antara Taliban yang pernah dijatuhkan dengan rezim Hamid karzai yang telah dituding sebagai murtaddin. Lihatlah negeri Afghan hari ini berdarah-darah, infrastrukturnya hancur, rakyatnya menjadi miskin, bodoh, tidak sempat membangun, menderita, rakyatnya banyak yang mengungsi, menjadi manusia-manusia perahu melintasi lautan dalam, tenggelam sebelum sampai kenegeri harapan. Bahkan mereka ditolak setelah sampai di pantai negeri-negeri saudaranya sendiri, dihinakan dinegeri orang. Demikian juga keadaan-keadaan yang sangat memilukan ini terjadi di Chechnya, Iraq, somalia, Yaman, Mali yang mereka diklaim sebagai negeri yang telah diproklamirkan Imaroh Islamiyah melalui hasil jihad. Keadaannya sama saja, memilukan dan menyedihkan. Terakhir di Suriah. Angka dari rakyat yang dibunuh dan tewas oleh rezim Syi’ah Bassar Al-asad sudah menembus seratus ribu lebih. Banyak yang mengungsi kenegeri-negeri tetangga mereka, lebih dari satu juta jiwa. Yang dapat kami simpulkan bahwa negeri-negeri yang diklaim telah memproklamirkan Imaroh Islamiah pun belum bisa “tegak”, masih dalam keadaan lemah, karena –salah satu sebabnya adalah- dunia Islam tidak/enggan bersatu untuk menolongnya. Sama keadaannya yang dialami oleh Ikhwanul Muslimin dan pejuang Islam melalui parlemen. Yang menang, pun mengalami nasib sama, apalagi yang kalah. Tidak ditolong oleh saudara-saudara mereka dari kalangan jihadis dll (ketika mereka menang).
Manhaj haroki yang menang melalui pemilu tidaklah dapat memperoleh kekuasaan di pemerintahan secara mutlak, sehingga mereka harus menghadapi kaum oposan yang sekuler dan saudara mereka sendiri yang tidak menolong mereka (kaum jihadis dan lain-lain). Namun mereka bisa membangun dengan bertahap dan relatif stabil. Politik dan ekonomi lebih stabil, seperti di Turki. Akan terjadi proses Islamisasi secara perlahan dan bijaksana, penuh dengan kehati-hatian. Sebaliknya di negeri-negeri Islam yang dakwahnya dimenangkan dengan cara konfrontasi bersenjata atau jihad –walaupun mereka dapat secara darurat memproklamirkan Imaroh Islamiah dan mengumumkan kabinet daruratnya- namun pada kenyatannya akan cenderung mengalami ketidakstabilan dalam membangun masyarakat. Gedung-gedung dan fasilitas umum yang penting rusak berat akibat dilanda perang dan konflik yang terus menerus; Bagaimana akan membangun? Apalagi aktifitas bom isytisyhad yang masih diperselisihkan hukumnya telah banyak melukai rakyat yang tidak berdosa. Karena dilanda peperangan terus menerus, maka rakyat lah yang merasakan akibatnya secara langsung. Rusaklah gedung-gedung, rumah, tanaman-tanaman. Masyarakat yang tidak ada kaitan dengan perang itu pun menjadi yang paling menderita. mereka menjadi korban dari peperangan. Mati terbunuh, menjadi sakit atau cacat, bahkan lari keluar negeri. Apakah seperti ini perang yang diinginkan oleh Syariah islam? Akibatnya para mujahid diseluruh dunia dan kelompok mereka tidak mendapat simpati dari kaum muslimin, distigma sebagai teroris dan radikalis. demikian juga kelompok-kelompok dakwahnya karena tidak bisa akur dan bersatu.
Semua manhaj ini ketika berkuasa dengan cara mereka (apakah melalui Pemilu atau jihad) maka masing-masing mempunyai masalah yang sama, menghadapi musuh dari kaum munafik militer yang siap mengkudeta , atau Sepilis yang selalu ingin menjatuhkan atau Salibis-Zionis yang akan memerangi mereka. Bahkan sekarang, seperti yang terjadi pada Tunisia,Aljazair dan Mesir, kemenangan partai-partai Islam ini telah dipecundangi oleh lawan politiknya walaupun mereka menang dengan cara yang paling demokratis sekalipun, karena hakekatnya orang-orang kafir tidak suka kaum multazimin memenangkan dakwah Islam walau dengan cara mereka sekalipun. Perjuangan, baik dengan cara melalui Parlemen maupun Jihad sama-sama dibenci oleh Kafir dan munafiqin.
Kesimpulannya kita telah belajar dari semua ini. Kata yang bijak untuk menyimpulkan ini adalah bersatu, lahir dan batin. Saling bersinergi, tolong menolong. Tidak ada kalimat lain lagi untuk mengekspresikan sarat-sarat kemenangan kecuali dengan bersatu, saling toleran dan tasamuh dalam perbedaan manhaj dakwah, berdakwah dengan ilmu dan hikmah dan berjihad juga dengan ilmu. Kalian saling membutuhkan satu sama lain, bukan saling meniadakan dan menjatuhkan. Seruan ini adalah harga mati.
Berkaitan dengan manhaj dakwah yang tepat untuk diterapkan di negeri Nusantara Indonesia/NKRI maka tidaklah dapat kita samakan kondisi dan keadaannya dengan berdakwah dan berjihad di negeri-negeri seperti Afghanistan, Iraq, Mesir, Somalia dan lain-lain. Hampir setiap negeri mempunyai keadaan masyarakat,kondisi alam,ekonomi dan politik serta budayanya yang berbeda dengan negeri-negeri lainnya. Lebih khusus lagi dengan latar belakang sejarah dakwah Islam di negeri ini tidak sama dengan dinegeri-negeri lainnya.
Maka menentukan cara berdakwah yang tepat dan pas untuk Indonesia tidaklah bisa dipaksakan harus mengikuti gaya dakwah/manhaj dakwah gerakan-gerakan dakwah dan jihad yang berasal dari luar negeri seperti gerakan Salafiyyun yang ingin suasana saudi ingin diterapkan persis di Nusantara dimana semua orang harus belajar tauhid cara Saudi dan menyibukkan diri dengan ilmu syariat yang mana masyarakat harus mengikuti cara pemahaman mereka karena dianggap yang paling benar dan sahih. Akibatnya banyak terjadi fitnah perpecahan dan kekacauan di masyarakat. Celakanya sebagian mereka ini menganggap bahwa perpecahan itu wajar yang menunjukkan kebenaran sabda Nabi Saw bahwa mereka adalah kaum Ghuroba, kelompok ahlussunnah yang terasing di akhir zaman, sedangkan masyarakat diluar mereka adalah ahlul bid’ah. Mereka pada umumnya juga tidak memperhatikan keadaan-keadaan dan persoalan yang sedang terjadi di masyarakat yang membutuhkan jawaban dan aksi untuk segera mengatasinya,karena sibuk menuntut ilmu syariah. Mereka menjadi kelompok eksklusif.
Demikian juga seperti kemauan gerakan Hizbuttahrir agar umat Indonesia berfikir dan bertindak seperti mereka, memikirkan tentang khilafah dan menegakkannya sebelum jihad. Sehingga jihad tidak boleh dilakukan sebelum tegaknya Khilafah. Berdosalah orang-orang yang melakukan jihad sebelum adanya khilafah. Atau gerakan Tauhid wal jihad di Afghan dan somalia yang menginginkan terjadinya revolusi Tauhid dan jihad diseluruh Indonesia seperti halnya yang terjadi di Afghan, Iraq dan Yaman. Bermula dengan menanamkan dakwah tauhid kepada masyarakat yang intinya mereka memvonis pemerintah dan segala lembaga dibawahnya yang anti kepada hukum Islam sebagai thoghut dan anshoruttaghut yang kafir dan musyrik. Setelah itu mereka akan menyerukan kepada masyarakat mempersiapkan i’dad jihad untuk memerangi mereka, para thoghut dan antek-antek mereka. Setelah i’dad (persiapan jihad), maka mereka akan melangkah pada fase selanjutnya: berperang terus sampai tegaknya Negara Tauhid / Imaroh Islamiah. Begitulah lebih kurang gambaran dakwah mereka. Mereka ingin mendirikan/memproklamirkan Imaroh Islamiah (kepemimpinan Islam) walaupun masih bersifat di bawah tanah melalui revolusi jihad .
Atau cara Jama’ah Tabligh yang menginginkan semua muslimin khuruj, keluar selama sekian lama untuk berdakwah, apakah orang awam atau ulamanya, semuanya harus keluar berdakwah , seperti di zaman salafussaleh. Hanya dengan cara ini –menurut anggapan mereka- umat Islam akan mendapatkan kejayaannya kembali. Juga cara-cara gerakan Sufi yang senantiasa mengajak masyarakat untuk berdzikir dan memperbaiki akhlaq mereka sebagai jalan keselamatan, namun mereka mengabaikan “dunia”dengan segala permasalahannya. Yang seharusnya –menurut pendapat kami- maka negeri ini (Indonesia) membutuhkan orang-orang yang kokoh dalam ilmu agamanya, bertaqwa, zuhud, waro‘, bukan pengikut/muqollid , pintar dan cerdas dalam memetakan masalah-masalah ummat Islam, mengetahui prioritas masalah yang harus segera diselesaikan dan dibenahi, jujur, berakhlaq karimah dan berkarakter penyatu, perekat umat. Bukan pemecah belah dan penyekat umat, bijaksana, tegas, mempunyai kekuatan dalam kesabaran, dan berlapang dada dalam menghadapi perbedaan. Terakhir adalah pandai memimpin dan mensinergikan semua kekuatan dan potensi umat Islam Indonesia!
Dengan rentang waktu dakwah yang panjang di Iindonesia, maka kita harus belajar dari para pendahulu kita yang telah menggoreskan tinta emas dimana mereka telah merubah dalam waktu yang lama – dengan izin Allah Ta’ala kemudian manhaj dakwah yang benar – negeri yang dahulunya adalah murni negeri Hindu dan Budha dengan kerajaan-kerajaan besar mereka, telah dirubah dengan dakwah bilhikmah (bijaksana), walmauizhotil hasanah(nasehat yg baik) dan dialog-dialog, dalam waktu yang sangat panjang, bergenerasi-generasi, berfase-fase, bertingkat-tingkat (mulai dari fase dakwah tanpa konfrontasi bersenjata selama beberapa abad lamanya), sampai akhirnya tibalah saatnya fase jihad fi sabilillah sehingga berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara sampai hampir 80 kerajaan jumlahnya, lengkap dengan pranata hukumnya sesuai syari’ah. Tahukan antum berapa lama dakwah bilhikmah dibangun, dengan tanpa kekerasan dan konfrontasi jihad di Nusantara ini? Ya ikhwah, hampir lima abad lamanya.
Sejak pertama kali masuk nusantara pada abad ke VII dan baru abad XII berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, dari Sabang sampai Urian di Irian. Masya Allah Laa Quwata Illa billah. Buah yang manis dari dakwah bil’ilmi dengan kesabaran yang besar, disertai kebijaksanaan yang tinggi.Padahal yang pertama kali membawa dakwah ke Indonesia adalah para pedagang dari Gujarat/Persia/Arab. Bukan pasukan perang lengkap dengan senjata ini adalah fakta sejarah. Dan satu lagi kenyataan sejarah, bahwa para da’i yang sekaligus pedagang itu masuk ke Nusantara adalah masih dalam abad pertama Hijriah, dimana di semenanjung Arabia masih dalam fase perluasan daerah Islam dengan dakwah yang dilakukan dengan penyampaian Islam (Aslam, taslim ! (Islamlah kalian maka akan selamat!), atau kalau tidak bayarlah jizyah!, kalau cara ini tidak dimaui oleh kaum kafir, maka cara terakhir yaitu dengan perang/jihad. Inilah yang pada umumnya terjadi di Timur Tengah dan Afrika.
Namun tidak dengan Nusantara. Para da’i dan ulamanya mengetahui dengan ketelitian dan penyelidikan bahwa untuk menghadapi keadaan masyarakat di nusantara maka ditempuhlah berdakwah dengan menanamkan keimanan/tauhid, juga dengan akhlaqul karimah, disertai dengan membangun basis-basis pesantren di wilayah-wilayah pesisir; bukan dengan jihad karena tidak tepat jika diterapkan pada awal dakwah di Nusantara. Terkadang dengan melalui pendekatan budaya setempat, merubah sedikit-demi sedikit adat dan istiadat hindu-Budha kepada islam. Cara ini ternyata sangat efektif sekali. Bahkan para peneliti sejarah penyebaran dakwah Islam di Indonesia dilakukan oleh para muballigh yang bermahzab Syafi’i dan bercorak tasawwuf. Sehingga para raja Hindu/Budha menjadi bersimpati dan tersentuh dengan cara dakwah mereka yang lemah lembut dan bijak itu. Bahkan mereka sering mengawinkan putri-putri mereka dengan para da’i dan ulama Islam pada waktu itu. Disamping itu masyarakat sangat tertarik dengan ajaran-ajaran Islam yang indah, mudah dipahami dan lengkap, tidak mengenal kasta, tidak mengenal perbedaan warna kulit dan tidak merendahkan kaum wanita. Inilah yang pada akhirnya mengantarkan mereka untuk berbondong-bondong masuk Islam dengan sukarela. Lihatlah ternyata cara dakwah di timur tengah dan di nusantara ternyata berbeda, tapi buahnya sama. Bahkan dengan kesabaran ulul azmi , dakwah yang mencapai lamanya 5 abad tersebut (lebih kurang 8 generasi; dakwah dengan hikmah), membuahkan hasilnya dengan fase berikutnya yaitu jihad fi sabilillah dimana sarat-saratnya telah terpenuhi. Maka Allah memberikan pertolongan dengan kemenangan-kemenangan kaum Muslimin dan berdirinya daulah-daulah Islamiah di nusantara melalui jihad.
Selanjutnya adalah fase panen berdirinya kerajaan-kerajaan Islam dari Sabang sampai Merauke hampir sampai 80 an jumlahnya, buah dari dakwah yang lama dan jihad, dari abad XII s/d abad XV. Kemudian selanjutnya adalah fase jihad besar melawan kafir penjajah bangsa Eropa Salibis selama 3,5 abad (abad XVI s/d abad XX). Sungguh bangsa nusantara yang telah menjadi muslim ini –insya Allah- kelak akan menjadi bangsa besar setelah diuji berdakwah dengan waktu yang sangat lama, lalu diuji lagi dengan kekuasaan kerajaan dalam waktu yang lama, sampai akhirnya datang bangsa besar Eropa yang pernah menerima al-kitab (injil) yang menguji mereka -sebagai batu ujian berikutnya-. Inilah fase jihad yang sangat lama sampai 3,5 abad.
Pantaslah kalau negeri ini begitu subur dan diberkahi karena telah disirami darah para syuhada selama berabad-abad lamanya. Betapa banyak bangsa-bangsa yang tergiur dengan kekayaan alamnya, dan betapa strategisnya letak nusantara ini, tentu tidak terjadi begitu saja. Lama bung memperjuangkannya. Dengan kesabaran yang begitu besar maka kaum Muslimin nusantara akhirnya dianugerahi rahmat yang begitu besar yaitu kemerdekaan dan bersatunya daulah-daulah Islam tersebut menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar negaranya adalah Islam (Ketuhanan Yang Maha Esa, pasal 29 ayat 1 dan 2 UUD45) yang telah dikawal oleh para ulama dan syuhada. Sungguh NKRI adalah negara Islam terbesar di dunia saat ini, dengan jumlah penduduk Muslimnya terbesar didunia.
Apakah ini kebetulan saja. Tidak wahai saudaraku! Ini adalah hasil dari proses dakwah yang lama, tidak isti’jal (terburu-buru ingin cepat menunai hasil). Namun demikian dakwah belum selesai. Musuh kita hari ini adalah kaum munafik yang mewujud sebagai kaum nasionalis sekuler, liberalis dan pluralis serta aliran sesat dimana dibelakang mereka adalah setan Amerika dan para sekutunya dari zionis dan salibis. Inilah musuh kita hari ini. Ini adalah pertempuran terbesar abad ini dan kelihatannya memasuki babak akhir. Kalau kita kalah maka kita akan habis, kembali kebelakang, “set-back” ke beberapa abad yang lalu. Musuh kita adalah merupakan persekongkolan antara kaum musyrikin, munafikin dan kafirin. Kita berhadapan dengan ideologi satanisme,liberalisme,kapitalisme,sekularisme,sosialisme,zionisme dan salibis,pluralisme dan aliran-aliran sesat yang mengaku islam seperti Ahmadiyah dan Syi’ah.Inilah babak ujian terbesar dari Allah kepada pejuang-pejuang Islam nusantara hari ini.
Habib Muhammad Rizieq Syihab mengatakan bahwa 75% syari’at Islam telah berlaku dan dapat dimalkan hari ini di NKRI, tinggal yang 25% sisanya berupa perjuangan penegakan syariat islam di lembaga-lembaga negara dan dalam UU perdata dan Pidana serta PERDA-PERDA yang belum seluruhnya diterapkan di negeri ini. Maka pesan kami kepada kaum muslimin khususnya para pejuang syariat islam yang agung. Hendaklah kita bersatu lahir dan batin, bahu membahu dan berkorban sepenuh hati untuk memperjuangkan syariat Islam seluruhnya.
Jika nenek moyang kita terdahulu telah –secara estafet selama berabad-abad-membangun dakwah dengan kesabaran yang besar dan telah menyelesaikan tugas dakwah sebesar 75%, maka kenapa kita, generasi penerus mereka hari ini tidak mampu bersabar untuk menyelesaikan sisanya yang 25% itu. Untuk mencapai hasil dakwah yang 75% itu maka pendahulu umat ini telah melakukan kerja dakwah selama 13 abad, maka kenapa kita tidak mampu bersabar untuk mencapai sisanya yang 25% lagi. Jika kita telah banyak bersabar , maka kenapa kita tidak mampu untuk bersabar sedikit lagi.
Maka bersatulah kalian, bekerjasamalah kalian. Kalian saling membutuhkan satu sama lain, bukan saling meniadakan dan menjatuhkan, Saling nasehat-menasehatilah diantara kalian dengan kesabaran dan kasih sayang; dan janganlah bertindak gegabah dalam berdakwah, ingin terburu-buru mendapatkan hasil dengan melakukan tindakan bodoh dan fatal akibatnya seperti membuat permusuhan dengan sesama pejuang syariah, saling mencela dan menghujat dengan membanggakan manhaj dan kelompoknya, bahkan membuat tindakan-tindakan radikal dimasyarakat seperti pemvonisan kafir dimana-mana, pemboman-pemboman bunuh diri/istisyhadiah -yang tidak dilakukan pada tempat dan waktu yang seharusnya menurut syar’i- untuk merusak gedung-gedung, pasar, tempat penginapan, perkantoran umum, bahkan masjid serta membunuh orang-orang yang tidak berdosa dari kalangan sipil/masyarakat. Terlepas dari apakah tindakan-tindakan tersebut merupakan makar dari musuh-musuh Islam, namun semua tindakan-tindakan ini –benar-benar telah merusak apa yang telah dibangun oleh umat selama berabad-abad sebelumnya.
Kita akan kembali jauh kebelakang. Percayalah! Tidak ada keuntungan apapun dari cara dakwah seperti ini kecuali kerusakan demi kerusakan dan fitnah yang telah terjadi. Wallahi Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda yang mengingatkan umatnya,” Binasalah orang-orang yang suka berlebihan (ekstrim dan radikal) 3x” (Al-hadits).Demikian juga dalam sabdanya yang lain,” “Sesungguhnya agama ini mudah, maka orang-orang yang suka memberat-beratkan agama ini (berlebihan dalam mengamalkan agama ini) akan dikalahkan oleh agama ini (terjerumus pada dosa)” (al-Hadits); Maksudnya mereka akan merusak diri mereka sendiri dengan keyakinan-keyakinan keliru mereka.
Pelajaran lainnya adalah jangan terburu-buru ingin mendapatkan hasil atau kesuksesan dakwah. Ini adalah penyakit kronis yang menghinggapi hampir sebagian besar para da’i dan muballigh. Sebuah hadits Dari Abu Abdillah Khabab bin Al-Arat Ra, katanya, “Kami mengadu kepada Rasulullah Saw sementara ia berbantalkan burdah dibawah naungan Ka’bah. Kata kami, “Tidakkah engkau memintakan pertolongan buat kami, tidakkah engkau berdoa buat kami?” Sabda beliau shallalahu ‘alaihi wa sallam, “Diantara orang-orang sebelum kalian ada yang dibawa lalu dikubur didalam tanah, kemudian dibawakan gergaji dan diletakkan di atas kepalanya lalu dibelah menjadi dua, kemudian disisir dengan sisir dari besi, terkecuali daging dan tulangnya. Hal itu tidak menghalanginya untuk menyiarkan agamanya. Demi Allah pasti Dia akan menyempurnakan masalah ini sehingga seorang penunggang kuda berjalan dengan aman dari kota San’a ke Hadramaut. Tidak ada yang ditakutinya selain Allah, dan kambingpun tidak takut kepada serigala. Akan tetapi kalian begitu tergesa-gesa!” (HR Bukhori). Sungguh ketergesaan ini membuat harga yang harus dibayarnya mahal sekali. Sekarang Kita telah mundur jauh kebelakang lagi, akibat cara pandang yang ekstrim dari sebagian kita terhadap dakwah ,dan akibat dari ketergesaan mereka yang ingin merubah masyarakat dengan cepat melalui cara-cara kekerasan dan revolusi yang mengatas namakan tauhid & jihad Islam yang akibat-akibat buruknya telah kami jelaskan di atas.
Saya menulis ini, murni karena ingin menasehati diri saya dan ummat ini. Tidak ada kepentingan lain kecuali karena ingin mempersatukan kaum muslimin dan mengadakan ishlah (perbaikan). Tentu tulisan ini akan menuai pro dan kontra. Namun demikian kami menggoreskan pena ini adalah murni dari renungan pribadi, hasil pengembaraan kami dalam melintasi belantara dakwah. Bisa salah, bisa juga keliru. Kebenaran sejati adalah milik Allah dan Rasul-Nya. Kami mencintai Muslimin. Semoga Allah mengumpulkan kami dan kaum muslimin dalam ampunan dan surga-Nya yang luas, dan membimbing kaum muslimin dalam jalan yang diridhoi-Nya, serta memaafkan kesalahan dan ketergelinciraan kami saat menulis risalah ini, aamiin!
(bersambung insya Allah)
(arrahmah.com)