Oleh : Abu Robbani Abdullah
(Penyusun buku “Perang Akhir Zaman”, ketua Majelis Mujahidin LPW Jabodetabek)
(Arrahmah.com) – Beberapa hari ini kita tengah menyaksikan didepan mata, kekejaman dan kebrutalan rezim militer taghut jenderal syi’ah al – Sisi yang bersekutu dengan Israel dan Amerka Serikat la’natullah, telah membantai dan membunuh kaum Muslimin di Mesir.
Lebih kurang 2300 Muslim dibantai dalam tempo 8 jam saja oleh rezim militer tersebut. Pembantaian ini lebih kejam dari tragedi Tianment di China tahun 90′ apalagi sekedar Trisakti Mei 98′.
Beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari tragedi Mesir berdarah ini adalah:
I. Orang-orang kafir (terutama golongan syiah) dan munafik selamanya tidak pernah senang/ridho dengan perjuangan umat Islam di seluruh dunia untuk mendirikan pemerintahan Islam dengan berdasarkan syariat Islamiah, meskipun kaum muslimin memenangkan cita-cita mereka itu menggunakan siasat memakai wasilah mereka (Barat), demokrasi; Tetap saja mereka akan menghancurkannya. Allah Swt telah berfirman: “…Golongan kafir selalu memerangi kalian sampai kalian meninggalkan agama kalian ,sekiranya mereka dapat melakukannya…’ (al-Qur’an terjemah Tafsiriah, QS 2:217).
Juga firman Allah:
“Kaum mumafik laki-laki dan perempuan ,satu dengan lainnya saling berbuat munkar dan mencegah berbuat makruf. Mereka berlaku kikir. Kaum munafik lupa kepada Allah. Karena itu Allah melupakan mereka. Sesungguhnya kaum munafik adalah orang-orang yang durhaka.” (QS. 9:67).
Allah Swt juga berfirman: “Kaum kafir dan munafik bersumpah dengan nama Allah bahwa mereka tidak mengatakan sesuatu yang menyakiti nabi. Padahal kalimat yang mereka katakan itu adalah kalimat kekafiran. Mereka keluar dari islam…” Mereka mencela orang-orang mukmin setelah orang-orang mukmin mendapatkan kecukupan karunia dari Allah dan rasul-Nya...” (Qs.9:74).
Maka saat nanti kaum muslimin memimpin kembali dinegeri-negeri lainnya, baik dengan wasilah pemilu maupun jihad, agar waspada dalam memilih anggota kabinet apalagi posisi penting seperti militer, politik dan ekonomi. Agar jangan memilih dari orang-orang kafir dan munafik.
II. Kaum pemberontak dari Tamarood yang berisi kelompok liberal, sosialis dan kelompok-kelompok kafir telah menunjukkan jati dirinya setelah mereka membiarkan rezim militer mengkudeta presiden Mursi, yang merupakan pemimpin negeri Mesir yang sah secara hukum dan konstitusi Mesir.
Mereka tidak memprotes tindakan rezim militer pimpinan Syiah kafir Sisi. Padahal Mursi ketika didemo kelompok liberal dan kiri tidaklah menghadapi mereka dengan sikap arogan, dan kekerasan. Bahkan sebaliknya ketika presiden Mursi terguling maka mereka membiarkan kebiadaban jendral Sisi terhadap massa dari Ikhwanul Muslimin.
Dimanakah nurani mereka, sikap pembelaan mereka terhadap HAM dan penegakan hukum dan keadilan dalam mensikapi kebiadaban jendral syiah kafir Sisi. Ternyata memang pada hakikatnya merekalah yang biadab, teroris dan radikal itu, dan orang-orang semisalnya di Indonesia seperti Zuhairi Misrawi yang memberikan komentar sangat menyakitkan kaum mukminin.
Sikapnya terhadap pembantaian Ikhwanul Muslimin Mesir oleh rezim biadab militer Mesir menunjukkan bahwa hatinya sama dengan orang-orang kafir, demikian juga raja Saudi Arabia Abdullah yang mendukung militer mesir untuk memerangi kaum “teroris”.
Bagi saya Zuhairi Misrawi layak dihukum mati, dipenggal kepalanya dan dibuang jasadnya ke kandang anjing sebagai makanan bagi mereka. Jasadnya tidak lebih berharga dari hewan peliharaannya sendiri. Seandainya saya punya satu doa saja yang mustajab maka saya akan arahkan doa itu untuk kehancuran zuhairi Misrawi dan kaumnya yang menentang Allah dan Rasul-Nya serta menghina syariat Islam yang agung dan menyakiti kaum mukminin.
Sungguh ia telah berbuat kerusakan dimuka bumi; Ya Allah Yang maha keras siksaMu dan maha cepat azabMu bagi orang-orang durhaka, maka hancurkanlah Zuhairi Misrawi dengan qudrah dan iradah Engkau ya Allah!, laknatlah ia wahai Dzat yang sangat keras siksanya, demikian juga kelompoknya yang telah menghina Engkau, Rasul-Mu yang Engkau Kasihi dan kaum mukmin. Jika Zuhairi ini tidak mau bertaubat dan semakin menjadi-jadi penghinaannya kepada Syariat Engkau, maka hancurkanlah dia. Aamiin ya Robbal alamin!
Adapun raja Abdullah, seandainya saya punya negara, maka tentu akan saya nasehati raja yang zalim itu dengan perkataan yang membekas dan saya akan perangi dia sebelum bantuan 5 miliar dollar US-nya sampai ke Sisi dan saya pasti akan berada di hadapan kaum tertindas negeri para Nabi tersebut sebagai pembela mereka Insya Allah.
Allah SWT telah berfirman: “Wahai Nabi berjuanglah kamu melawan kaum kafir dan kaum munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka...” (Qs 9:73)
III. Dari sisi sikap gerakan-gerakan dakwah Islam/kelompok-kelompok dakwah Islam terhadap peristiwa Mesir berdarah ini, sungguh menunjukkan pelajaran yang sangat penting tentang betapa rendah dan buruknya persaudaraan Islam/ukhuwah imaniah di antara kaum muslimin di sana. Ketika jamaah Ikhwanul Muslimin menang dalam Pemilu maka kelompok Hizbuttahrir tidaklah berdiri di belakang saudara mereka Ikhwanul Muslimin, apakah mereka akan menolongnya, menasehatinya atau menguatkannya. Yang terjadi justru sebaliknya selalu mengkritisi secara negatif, dan mencelanya.
Demikian pula kelompok yang mengaku sebagai muwahhid atau jihadis sejak lama kontra dengan manhaj ikhwani ini. Ketika terjadi pembantaian mukmin dari Ikhwanul Muslimin, mereka para muwahhid dan jihadis ini memberikan komentar yang tidak menyejukkan,atau menguatkan hati dan iman saudaranya. Yang terjadi malah menasehati bahwa perjuangan melalui demokrasi adalah syirik akbar, sia-sia, dapat menjadi murtad.
Apakah sikap seperti itu bijaksana wahai orang-orang yang mempunyai akal dan nurani. Tidak ada kebaikan sama sekali dari cara seperti itu kecuali hanya semakin menambah dalam dan lebarnya luka serta tikaman yang telah ada pada jasad-jasad para syuhada dari saudara kita ikhwani Mesir.
Apalagi sikap Salafiyyun yang terkenal taat kepada ulil amri yang bejat sekalipun, kenapa ketika mereka melihat Mursi menjadi ulil amri, mereka kaum salafiyyin ini menjadi pengkhianat dan mendukung penggulingan presiden sah negeri Mesir. Kemudian berpihak kepada rezim biadab ini.
Kalau begitu apa benar nama-nama dan laqob-laqob yang sering mereka tambahkan di belakang nama mereka sebagai as-Salafi, al-Atsari itu menunjukkan bahwa mereka pengikut salaf? Parahnya dan tragis adalah Ulama Al-Azhar yang berdiri di belakang rezim sadis dan kejam Sisi yang ternyata Syi’ah kafir.
Tahukan antum ya ikhwah apa yang sedang terjadi dengan persaudaraan Islam di antara kita hari ini. Itulah kualitas ukhuwah kita hari ini, bahkan di antara kelompok-kelompok dakwah yang bibir dan lisan mereka setiap hari mengucapkan kalamullah dan sabda-sabda Nabi-Nya. Mereka lebih parah dari orang-orang awamnya. Iman mereka baru sampai kepada lidah dan lisan mereka, namun belum sampai ke dalam hati-hati mereka.
Tampilan iman mereka baru sampai sebagai lipstick, hiasan lahiriah, asesoris phisik. Tapi hati mereka masih kotor, belum bersih dari dendam, prasangka buruk, pencela, pengumpat kepada saudaranya seiman. Tidak ada nasehat Rasulullah yang masuk meresap kedalam hati mereka: “Sesungguhnya seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan satu sama lainnya, dan Rasulullah kemudian memberi contoh dengan saling merapatkan jari-jemarinya satu sama lain. (Al-Hadits).
Apakah ada makna hadits ini dalam prakteknya seperti yang ditunjukkan sebaliknya oleh kelompok-kelompok dakwah Islam dan Jihad di Mesir terhadap saudara mereka dari Ikhwanul Muslimin? Belum lagi hadits-hadits yang seumpama dengan itu: “Perumpamaan kelembutan,cinta kasih dan kasih sayang di antara kaum mukminin adalah seperti satu tubuh yang utuh, jika satu bagiannya merasa sakit, maka akan terasalah bagian tubuh lainnya , akan ikut menderita, tidak dapat tidur dan merasa demam..“(Al-Hadits).
Mana penerapan hadits yang mulia ini di kalangan para kelompok-kelompok dakwah dan pergerakan Islam serta Jihadnya. Bahkan saya sendiri menangisi perpecahan yang terjadi di antara kelompok-kelompok dakwah dan jihad di Indonesia. Rupanya mereka ini telah mewarisi persis sikap buruk dari para masyayikh mereka di timur tengah sana yang paling banyak berpecah belah adalah kaum Salafiyyun dan Jihadis atau Muwahhid. Bahkan dipenjara sekalipun kita jumpai perselihan dan permusuhan di antara sesama Muwahhid dan Mujahidin. Sungguh musibah.
Hanya sedikit dari mereka yang diselamatkan Allah. Sungguh kita baru mempertontonkan asesoris lahiriah saja dari Islam, mengaku-ngaku ahlussunnah, mengaku-ngaku Muwahhid, mengaku-ngaku Mujahidin, namun hati kita sama buruknya dalam masalah ini. Wal ‘iyadzubillah!
Ya Allah Yang Maha membolak-balikkan hati, satukanlah hati kami di atas Islam dan kasih sayang, Aamiin!
IV. Loyalitas dan kesetiaan serta permusuhan dan kebencian kita masih sebatas pada loyalitas kelompok. Persaudaraan kita masih bersifat semu; Akan seperti saudara sejati manakala ditujukan kepada sesama anggota ikhwan dari kelompoknya, namun jika bukan dari kelompoknya maka ia atau mereka laksana musuh.
Contoh sejati adalah apa yang terjadi di Mesir. Renungkanlah wahai ikhwan. Betapa mahal harga yang harus dibayar dengan buruknya ukhuwah imaniah ini, adalah seperti apa yang menimpa Ikhwanul Muslimin di Mesir. Yang terjadi adalah kita masih saling menonjolkan egoisme dan nafsu kepada kebanggaan kelompok dan manhaj.
Ungkapan yang sering terasa dalam hati kita. Kami lebih baik dari mereka. Manhaj kami lebih benar, lebih unggul dari mereka. Manhaj Salaf adalah manhaj yang paling benar, yang lainnya sesat. Manhaj tauhid dan jihadlah yang paling benar, yang lainnya musyrik. Manhaj tabligh lah yang paling benar. Manhaj Ikhwanilah yang paling benar atau hizbuttahrir-lah yang paling benar, dan lain lain.
Pernyataan-pernyataan jahiliah tersebut persis dan tepat seperti apa yan disabdakan oleh Nabi Saw: …hingga apabila engkau melihat kekikiran yang ditaati,hawa nafsu yang dituruti,dan harta dunia yang dikejar dan merasa takjub kepada pendapat sendiri (sombong), maka hendaklah engkau mengkhususkan dirimu sendiri dan tinggalkanlah orang-orang banyak” (HR Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Allah Ta’ala berfirman yang maknanya; “Wahai kaum mukmin, teguhkanlah diri kalian dalam melaksanakan Islam secara utuh.janganlah kalian mengambil sebagian syariat, tetapi meninggalkan sebagian lainnya. Ingatlah nikmat Allah kepada kalian , ketika kalian masih kafir pada zaman jahiliah kalian bermusuhan. kemudian Allah satukan hati kalian dengan Islam, sehingga kalian menjadi bersaudara…(QS 3:103).
Dalam firman-Nya yang lain: “Wahai kaum mukmin, kalian jangan meniru kaum yahudi dan Nasrani yang suka bermusuhan dan berselisih setelah al-Quran dan Muhammad datang kepada mereka…“(Qs 3:105).
Demikian juga kita telah bermaksiat kepada Allah, dengan firman-Nya: “Orang-orang kafir, satu dengan lainnya saling tolong menolong. Wahai kaum mukmin, jika kalian satu dengan lainnya tidak saling tolong menolong maka akan muncul kekacauan dalam barisan kalian dan kerusakan yang besar di muka bumi.” (Qs 8:73)
V. Yang sebenarnya: tidak ada kelebihan satu manhaj dengan manhaj lainnya. Tidak ada kelebihan Muhammadiyah atas NU dan sebaliknya NU atas Muhammadiyah. Tidak ada kelebihan Salafiyyun atas Jamaah Tabligh; Tidak ada kelebihan Jihadis atas Hizbuttahrir, demikian pula atas Ikhwanul Muslimin dll.
Tapi yang sebenarnya semua itu adalah representatif dari wajah-wajah atau ayat-ayat Allah di dalam Al-Qur’an. Apa-apa yang di amalkan oleh mereka, masing-masing adalah terdapat didalam lembaran Al-Quran.
Kaum Muhammadiyah mengamalkan ayat-ayat tentang penyantunan anak yatim piatu, kaum papa dan pendidikan serta kesehatan. Sementara NU mengamalkan ayat-ayat tentang ilmu dan berdakwah dengan cara hikmah pada masyarakat awam di pedesaan dan kampung.
Salafiyyun berkhidmat terhadap ilmu. Adapun Mujahidin mengabdi kepada jihad dan pembelaan terhadap kaum tertindas. Tablighi berkhidmat kepada perbaikan akhlaq manusia dan dakwah. Sementara Ikhwani berkonsentrasi pada ranah siyasah Islamiyah di parlemen untuk menghadang kaum sekuler, liberal dan kafir.
Sekali lagi, dakwah Islam membutuhkan semua itu. Saling tolong-menolong, saling bekerja sama dan sama-sama kerja; berdiri sama tinggi, duduk sama rendah. Sikap itulah yang seharusnya dikedepankan di antara para aktifis dakwah dan jihad, bukan sebaliknya saling mencela dan menjatuhkan!
Ini sebagai perwujudan dari firman Allah: “Tolong menolonglah kalian untuk berbuat kebajikan dan ketaatan. Dan janganlah kalian tolong menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan.” (QS 5:2).
Rasulullah Saw bersabda: “Seorang Muslim adalah saudara dari muslim lainnya, Tidak boleh mengkhianatinya, tidak boleh membohonginya, tidak boleh menghinanya. Setiap muslim terhadap muslim lainnya adalah haram kehormatannya untuk dirusak, haram hartanya untuk dirampas atau di ambil tanpa seizinnya dan haram darahnya ditumpahkan tanpa hak… (Al-Hadits).
VI. Masalah-masalah ikhtilaf dan perbedaan di antara kaum muslimin sebenarnya bisa diselesaikan dengan mengembalikannya kepada Al-Qur’an dan sunnah Nabi shallalahu alaihi wa sallam, dengan mengutamakan dialog yang bermartabat, dalam suasana persaudaraan yang hakiki dan oleh para ulama ahlinya. Bukan di akar rumput (awam).
Kalau yang berdebat orang awam yaa capek deh! Tukang bubur salafi berdebat dengan tukang becak jamaah tabligh tentang qunut dan khuruj, tentu tidak akan pernah selesai masalahnya, karena masing2 punya dalil copy paste dari ustadznya. Kalo sudah mentok maka berantem deh, bermusuhan, tidak bertegur sapa sampai berbulan-bulan.
Demikian mahasiswa muwahhid berdebat dengan mahasiswa ikhwani tentang demokrasi. Seorang mengatakan ia adalah syirik akbar, sedangkan yang lainnya berkata tidak karena demokrasi hanya dipakai sebagai wasilah siyasah saja. Tentu tdak akan habis-habisnya. Pasti ujungnya lebih banyak berakhir dengan permusuhan. Wal ‘iyyadzubillah.
Allah berfirman: “…Jika kalian, rakyat atau pemimpin, berbeda pendapat tentang sesuatu, selesaikanlah persoalan kalian itu berdasarkan ketentuan Allah dan rasul-nya jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhirat. Penyelesaian demikian itu lebih baik dan cara terbaik bagi kalian.” (Qs 4:59).
(bersambung..)
(azmuttaqin/arrahmah.com)