(Arrahmah.com) – “The Lone Wolf” Muhamamd Merah yang telah mengguncang Tuoulouse, Prancis beberapa waktu lalu ketika ia membunuh 4 murid Yahudi dan 3 tentara Prancis. Kemudian ia dikepung di kediamannya oleh sejumlah polisi Prancis hingga ia akhirnya ditembak (syahid insyaAllah).
Banyak pro dan kontra terkait aksi Merah tersebut, namun Merah telah mengaskan bahwa jika mereka (musuh) tidak membunuh anak-anak Muslim dan tidak terlibat perang melawan Islam di Afghanistan, maka Merah tidak akan melakukan aksi demikian.
Berikut adalah terjemahan analisa Jihad dari Asy-Syeikh Al-Muallim Abu Sa’ad Al-Amiliy hafidhahullah tentang pelajaran dan hikmah yang bisa kita renungi dan pelajari dari pertempuran Toulouse.
***
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan hanya kepadaNya lah kita memohon perlindungan.
Segala Puji bagi Allah Rabb semesta alam. Dialah Rabbnya orang-orang lemah. Dan Dialah yang kemudian memuliakan mereka dengan Islam lalu menghinakan orang-orang dzalim. Sholawat serta salam kita haturkan kepada Nabi yang penuh belas kasih sekaligus pemimpin di medan perang, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Beliaulah shallallahu ‘alaihi wasallam yang pernah bersabda, “Aku diutus dengan pedang untuk menjadikan hanya Allah saja yang disembah; kehinaan dan kerendahan bagi siapapun yang menentang perintahku; dan barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari kaum itu.”
Wa ba’du.
Musuh umat ini telah berkumpul dan berkemas untuk membuat makar jahat bagi umat ini dengan menggunakan fitnah dunia beserta kenikmatannya. Kerusakan akhlak dan moral yang terjadi hari ini adalah hasil dari makar yang mereka jalankan. Mereka ingin membuat umat ini selalu bertekuk lutut dan tidak berdaya di hadapan mereka. Bahkan hanya untuk membantah perintah mereka maupun untuk berpikir menentukan nasibnya sendiri. Apalagi untuk bertahan, melawan hingga membalas seluruh makar mereka. Dan banyak dari umat ini yang terpedaya dengan makar tersebut.
Allah telah menjelaskan fakta ini dalam kitabNya yang mulia, dimana Allah berfirman:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
“Mereka tidak akan pernah berhenti memerangi kalian sampai kalian murtad dari agama kalian jika mereka bisa“. (QS. Al-Baqarah : 217)
Allah juga berfirman :
اشْتَرَوْا بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا عَن سَبِيلِهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Mereka memperjual belikan ayat-ayat Allah dengan harga murah, lalu mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah. Sungguh betapa buruknya apa yang mereka kerjakan“. (QS. At-Taubah : 9)
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya.” (QS. As-Shaf : 8)
Generasi Baru Al-Qaeda di Tanah Air Orang-orang Kafir
Allah subhanahu wata’ala menginginkan agar umat ini keluar dari kubangan lumpur dan memuliakannya melalui tangan-tangan anak umat ini, yakni melalui para tentara Allah. Mereka yang dibesarkan dari meja makan keimanan, dan disuapi dengan nilai-nilai keimanan dan akhlak yang luhur. Dan keistimewaan meraka yakni mereka selalu muncul secara tiba-tiba ketika kondisi genting lalu memerangi kemunafikan.
Sebagaimana Allah membesarkan dan mempersiapkan Musa ‘alaihi salam untuk melawan Firaun:
فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِي أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَىٰ قَدَرٍ يَا مُوسَىٰ وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِي
“Maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk Madyan, Kemudian kamu datang kembali sampai waktu yang telah ditentukan, Hai Musa. Dan Aku Telah memilihmu secara langsung sebagai utusanKu.” (QS. Thaha : 40-41)
Jadi Allah subhanahu wata’ala juga mempersiapkan dan memerintahkan kepada para pemuda umat ini, sebagaimana Dia mempersiapkan Musa ‘alaihi salam. Allah menyembunyikan mereka dan menjaga mereka dari kejahatan para Fir’aun di zaman mereka. Sebelum akhirnya mempertemukan mereka dengan para Fir’aun tersebut untuk menghancurkan tahtanya dan mencabut kekuasannya sampai ke akar-akarnya. Sebagaimana yang telah dialami oleh Fir’aun-Fir’aun sebelumnya.
Sebelum terjadinya perang Salib ini, para pemuda Islam di Barat telah menjadi orang yang terpinggirkan dan tidak diinginkan. Mereka menjadi pemuda yang kehilangan identitas; tanpa status sosial, tanpa pekerjaan dan tidak memiliki arti sedikitpun. Mereka hidup dalam tekanan, ibarat hidup di antara “penumbuk padi” yang dilandasi dengan kebencian rasisme dan di tumbuk dengan “alu” yang berasal dari ketidak adilan. Dan mereka tergerus di tengah-tengahnya. Mereka tidak mendapatkan hak-haknya sebagaimana yang diterima oleh orang-orang kulit putih lainnya. Meskipun mereka memiliki kewarganegaraan yang sama dengan mereka.
Bahkan sebenarnya, sebagian besar dari para pemuda muslim itu lahir dan dibesarkan di Barat dan diasuh oleh tangan-tangan Barat. Namun, selama mereka adalah seorang muslim dan mereka memerangi kekafiran dan hukum-hukum kafir. Maka selama itu pula mereka akan dibedakan, dipinggirkan bahkan akan dicap sebagai teroris dan radikal.
Para pemuda itu adalah generasi ke-3 dan ke-4 dari para imigran muslim yang pergi ke Negara-negara Eropa dan Amerika. Dimana orang tua ataupun kakek moyang mereka berpindah pada tahun 60-an untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Namun para tentara Salib memanfaatkan tenaga mereka untuk melakukan pembangunan infrastruktur. Mereka hidup dalam kondisi yang sangat sulit, bahkan hampir serupa dengan kehidupan para budak yang dibawa dari Afrika yang bekerja untuk membangun sebagian besar struktur dan infrastruktur Amerika. Dan para imigran muslim itu tidak ada bedanya dengan bahan bangunan yang akan digunakan ketika diperlukan.
Salibis Barat telah merencanakan dan mempersiapkan agar moral anak dan cucu para imigran muslim menjadi buah yang siap dipetik. Lalu dapat digunakan sebagai agen baru dari ideology materialisme mereka dan penerus peradaban mereka. Para Salibis berusaha menyembunyikan karakteristik keimanan para pemuda muslim tersebut dan menjauhkan mereka dari nilai dan akhlak luhur agama mereka. Sehingga menjadilah mereka generasi yang kehilangan identitas; tanpa akhlak, nilai dan keyakinan, generasi tanpa warna, rasa, maupun bau terhadap akhlak dan agama mereka sendiri.
Di sisi lain para Salibis menanamkan pada diri mereka (generasi muda muslim tersebut) ketergantungan akan nilai-nilai materialistik dan dibuat silau terhadapnya. Dan dibuatlah mereka semakin tenggelam ke dunia amoralitas dan nilai-nilai kebinatangan. Maka sebagian besar dari generasi tersebutpun terjerumus dan jatuh kedalam dunia amoralitas, kejahatan terorganisir, gangster dan narkoba. Semua ini bertujuan untuk membuat mereka semakin terpisahkan dan menjauh dari agama mereka yakni Islam.
Sekitar awal 80-an, mereka (generasi anak cucu imigran muslim) mulai mendapatkan kembali apa yang mulai sirna pada diri mereka, yakni cahaya Islam. Hal ini diawali dari “Perang Teluk”, diikuti dengan munculnya Taliban di Afghanistan. Dan kemudian bangkitlah Qaidat al-Jihad dan dengannya tersebarlah manhaj jihad dikalangan para pemuda di Barat.
Kemudian setelah itu, segala hal mulai berubah dan membentuk sesuatu yang baru. Dimana sebelumnya para pemuda muslim di Barat ini kehilangan jati diri, mereka jauh dari ajaran agamanya dan jatuh pada hal-hal yang tidak bermoral. Namun demikan, mereka masih memiliki kemurahan hati, harga diri, keberanian dan menolak kehinaan sebagaimana orang-orang Arab dulu sebelum adanya Islam; mereka musyrik dan kafir tapi tetap menjunjung tinggi harga diri, keberanian dan menolak kehinaan.
Hal ini dikarenakan para pemuda muslim di Barat itu dibesarkan di lingkungan yang jauh dari kedzoliman dan intimidasi dari Penguasa murtad. Mereka jauh dari kebijakan yang mengekang dan menghinakan. Jauh dari terror dan rasa takut yang ditanamkan oleh penguasa kepada kaum muslimin. Dimana hal itu bertujuan agar orang selalu bergantung dan terus tunduk dibawah penguasa tiran itu.
Karena jauhnya mereka dari hal-hal tersebut membuat para pemuda di Barat tidak memiliki batasan kebebasan, dan tidak mengenal apa itu ketakutan dan apa itu teror. Sebaliknya, mereka dibesarkan dengan keberanian dan sikap siap menghadapi tantangan dan kesulitan; ditambah lagi mereka memiliki kepakaran dalam bidang teknologi media. Mereka juga memiliki sifat netral terhadap orang lain, percaya diri dan memiliki beberapa syarat lain yang dapat menjadikan mereka sebagai “prajurit terbaik” yang pernah ada di tangan para mujahidin. Lebih dari itu, mereka dapat menjadi seorang prajurit khusus dan istimewa, yakni dengan menjadi “prajurit halimun” atau “prajurit bayangan” yang mana tidak diketahui atau tidak mudah teridentifikasi oleh orang lain. Sehingga mereka tidak mudah dideteksi musuh melalui berbagai metode dan cara yang ada.
Kami menemukan banyak sekali para pemuda muslim tersebut yang telah melakukan beberapa hal untuk mendukung para mujahidin, mulai dari bidang dakwah, media, ekonomi maupun keamanan. Dan pada saat yang sama, mereka juga telah mempersiapkan jihad di jantung negara-negara kafir dan murtad. Negara yang telah menjajah tanah air kami dan telah melampaui batas terhadap agama kita dan kemanusiaan. Yakni dengan memberikan bantuan dan dukungan kepada kejahatan penguasa murtad di negara kami.
Para pemuda tersebut telah belajar cara mempersiapkan serangan di tanah air orang-orang kafir itu. Karena para pemuda itu telah memahami bahwa merekalah (orang-orang kafir yang hendak diserang itu) adalah aktor dibalik layar atas segala kejahatan yang terjadi. Dan merekalah yang melanggengkan kekuasaan orang-orang murtad di tanah kita. Dan mereka telah faham bahwa tidak ada perbedaan antara orang-orang kafir asli dan para penguasa murtad dari segi keharusan untuk melawan mereka. Mereka (orang-orang kafir asli dan para penguasa murtad) itu ibarat koin dengan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga para pemuda telah mengerti bahwa tidak mungkin untuk memerangi musuh yang dekat itu, yakni para penguasa murtad; sebelum terlebih dahulu melemahkan dan menjauhkan orang-orang kafir di Negara Barat dari medan perang ini. Yang dengan itu juga akan membuat lemah para Penguasa murtad, sehingga akan menjadi sasaran empuk bagi tangan-tangan mujahidin.
Pertempuran terbaru Al-Qaeda di Negara Salib Perancis (Toulouse) mengajarkan kepada para pemuda muslim agar selalu istiqomah dan selalu bersiap untuk menghadapi Perang Salib. Dan juga menanamkan kepada mereka rasa kuat dan unggul dibandingkan musuh mereka. Yakni ketika mereka melihat musuh menyerah, berjalan dan tidak dapat mengikuti langkah dan pergerakan mujahidin. Dimana hal itu akan memotivasi mereka untuk berbuat lebih ketika melukai musuh dan membuat mereka lebih bertawakal lagi kepada Allah ketika melanjutkan serangan. Dengan slogan mereka yakni firman Allah:
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.“ (QS. Al Ahzab: 22)
Mereka adalah “pasukan bayangan” yang memiliki kemampuan tinggi untuk mengubah jalannya pertempuran. Di samping itu mereka memiliki kesabaran yang tinggi yakni ketika mereka harus berada di “pos“nya, sembari menunggu perintah dan arahan untuk melakukan eksekusi. Dan merekapun dapat bertahan dengan sedikitnya pasokan logistik dan senjata. Mereka adalah pasukan dengan “tipe baru” yang mana musuh belum pernah bertemu dan tidak akan pernah bertemu dengan pasukan seperti mereka. Dan ketika salah satu dari mereka tertawan, maka musuh tidak akan mendapatkan apapun dari mereka selain tipuan dan perangkap. Dan semua itu hanya akan menjadi penyesalan di hati orang-orang kafir itu.
Serangan di Toulouse dianggap mirip dengan serangan Bombay. Hanya saja di Toulouse dalam skala yang lebih kecil. Namun dilihat dari segala segi hampir sama. Di sini saya akan mencoba sedikit menjabarkan hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari serangan itu. Namun, jika ada pada tulisan ini yang dianggap belum sesuai atau belum terjadi pada hari ini. Maka sangat mungkin, jika para pembaca sekalian akan mengatakan bahwa semua itu (pelajaran dan hikmah yang dijabarkan -pent) hanya mengada-ada. Tapi segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada seseorang. Sehingga dia dapat memahami pelajaran dan hikmah yang terkandung dari serangan tersebut.
Serangan Toulouse, Sebuah Percikan Peringatan yang Spesial
Kami sudah terbiasa mendengar dan melihat berbagai komentar dan reaksi dari manusia terutama dari umat ini, mengenai setiap operasi berbarokah yang telah dilancarkan oleh mujahidin Al-Qaeda. Mereka akan mendebatkan mengenai dampak baik dan buruknya dari setiap operasi itu. Setiap orang melihat dari sudut pandang mereka masing-masing, sesuai dengan keyakinan dan manhajnya masing-masing. Tapi semuanya sepakat akan seberapa pentingnya serangan itu. Mereka sepakat bahwa serangan itu memiliki dampak psikologis bagi musuh dan kaum muslimin. Dan mereka pun sepakat bahwa operasi-operasi itu memiliki pengaruh dalam kancah internasional.
Kami juga telah melihat dengan mata kami sendiri perubahan besar yang menyertai setiap serangan tersebut. Kami juga telah melihat kerusakan baik jangka panjang maupun pendek di segala bidang pada diri dan infrastruktur musuh akibat dari operasi-operasi itu. Kita akan dapat merasakan dampak dan keuntungan dari setiap operasi berbarokah yang telah dilancarkan mujahidin. Dan pada hari ini kita juga dapat melihatnya pada serangan terbaru mujahidin, yang kita sebut dengan “Pertempuran Toulouse di jantung Negara Salibis Perancis“.
Kami tidak akan repot-repot bereaksi terhadap “kelompok-kelompok pencela” yang selalu melihat segala sesuatu secara hitam putih. Akan kami biarkan saja setiap picingan mata dan kemasaman muka yang mereka tampakkan kepada kami. Dan kami tidak akan menjawab keraguan mereka. Kami juga tidak akan menjawab keraguan dari para penyeru kebebasan dan pengusung demokrasi. Begitu pula para pembela HAM Salibis, yang selalu melupakan hak saudara dan saudari kita. Semua orang tidak kami pakai pertimbangannya, sampai mereka bertaubat kepada Allah dan berpegang teguh pada syariat Islam kemudian berdiri untuk membela saudaranya dan menjaga kehormatan saudarinya. Dan kemudian mempertahankan agamanya sembari menjawab tantangan musuh dengan pedang.
Tapi diri kami menegaskan bahwa pertempuran ini, merupakan sebuah “percikan” kemarahan dan peringatan kepada Salibis Barat bahwa apa yang mungkin akan datang kepada mereka; di masa yang akan datang akan lebih berat. Dan kematian mereka akan datang melalui tangan-tangan yang hidup di jantung negara mereka. Sehingga sangat sulit untuk kalian (para Salibis) mewaspadai dan bertahan dari serangan kami ataupun untuk menghentikan ledakan kemarahan kami. Kalian tidak bisa melihat dan memonitor “pasukan bayangan” kami sedangkan pasukan kami leluasa mengamati kalian. Bahkan tidak mungkin bagi kalian untuk bertahan dari pukulan mereka. Seberapapun hati-hatinya dan sehebat apapun teknologi kalian.
Disinilah letak bahayanya dan inilah tantangan besar bagi Salibis Barat bahwa mereka akan menghadapi “Perang tingkat lanjut” dengan kita. Di mana para mujahidin Qaedat al-Jihad di Barat memiliki mata, bahasa, pakaian, seperti kalian; wahai Penyembah Salib. Bahkan secara total mereka berpenampilan Barat seperti kalian. Inilah bagian dari kejeniusan Qaedat al-Jihad dan kekuatan taktik tempur mereka. Jadi para Penyembah Salib bersiaplah kalian untuk akhir episode pertempuran panjang ini.
Peperangan antara kita dengan mereka (orang-orang kafir dan murtaddin) selalu pasang surut. Dan peperangan ini terdiri dari banyak pertempuran. Terkadang mereka menang dalam sebuah pertempuran dan berkuasa dalam waktu yang lama. Tapi mereka tidak akan pernah memenangi peperangan ini. Dan Allah tidak akan membiarkan mereka berkuasa atas anak-anak umat ini. Yang istimewa dalam perang ini adalah kemenangan kita lahir dari kekalahan kita yakni kesyahidan. Dan kepahlawanan akan nampak setelah disirami dengan darah para pejuangnya. Jadi sedikitpun, kita tidak pernah mengalami kekalahan, karena semua ini hanya mengenai kemenangan di medan perang dan kemenangan di akhirat yakni kesyahidan.
Jadi kita dapat pergi dengan kepala tegak dalam kebanggan menjadi umat Islam ini. Dan merasa terhormat karena terpilih menjadi tentara Allah. Lalu apakah para pengecut dan penijilat kepada penguasa dzolim itu juga menemukan nikmatnya beriman pada Allah sebagai Rabb-nya, Muhammad sebagai RasulNya dan Islam sebagai agamanya, sebagaimana nikmatnya para mujahid? Dan apa yang mereka ketahui tentang hal-hal yang ditunggu oleh orang-orang yang bertauhid, yakni pahala dari Allah, derajat yang tinggi, kemuliaan mati syahid dan penghargaan atas kematian orang-orang yang bertauhid itu dengan kenangan di hati dan pikiran orang-orang yang mengikuti jalan mereka.
Pelajaran dan Hikmah
Kami akan menuliskan beberapa pelajaran penting, sebagaimana biasanya kami lakukan di setiap pertempuran yang dilakukan mujahidin. Dengan ini kami berharap kita dapat menerapkan pelajaran–pelajaran tersebut ke dalam kehdupan sehari-hari kita dan dapat merubah kehidupan kita; sebagaimana telah merubah kehidupan musuh. Dimana serangan-serangan yang dilakukan mujahidin telah menjadikan musuh kita hidup dalam ketakutan, suasana teror, ketidakstabilan dan penantian tiada akhir terhadap hal-hal yang membahayakan mereka juga menghancurkan kebahagiaan semu mereka.
Posisi kami terhadap serangan di Toulouse yakni sebagaimana kami mendukung serangan Bombay yang penuh berkah itu. Serangan di Toulouse merupakan miniatur dari serangan Bombay, karena mujahid ini menyerang sendirian namun efek dan dampak yang dihasilkan serupa. Inilah uniknya serangan Toulouse. Serangan ini akan kita tambahkan dalam catatan mengenai keunikan dari serangan Qaedat al-Jihad. Dan serangan ini akan kita jadikan contoh baru dari model-model penyerangan. Sehingga pasukan Islam memiliki banyak pilihan dan cara untuk melakukan serangan.
فَقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا تُكَلَّفُ إِلَّا نَفْسَكَ وَحَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَسَى اللَّهُ أَن يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَاللَّهُ أَشَدُّ بَأْسًا وَأَشَدُّ تَنكِيلًا
“Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). Mudah–mudahan Allah menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan dan amat keras siksaan(Nya).” (QS. An-Nisa : 84)
Jadi, jika ada yang mendapatkan ketidak kesesuaian antara tulisan ini dengan kenyataanya, namun secara pasti dapat kita yakinkan bahwa minimal serangan tersebut memiliki manfaat yakni dapat menyadarkan orang-orang beriman dan menahan dari serangan orang-orang kafir maka hal ini sudahlah cukup.
-
Menghancurkan rencana musuh untuk merusak generasi muslim
Allah subhanahu wata’ala berfirman di surat Al-Anfal : 36:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَن سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Mereka menafkahkan harta itu, lalu akan menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.“
Para Salibis telah menghabiskan banyak dana untuk pendidikan ala “Barat”nya dan kampanye “kebudayaan” rusak mereka. Semua itu bertujuan untuk mengacaukan generasi dari para imigran muslim, agar mereka menjauhi fundamentalisme Islam, teroris dan ekstrimisme. Sehingga mereka dapat digunakan sebagai cadangan SDM dan penambal lubang di negara-negara Barat. Dan yang terpenting yakni agar para imigran muslim tetap jauh dari agama. Sehingga generasi imigran muslim itu akan menghilangkan peran agama atau minimal menyepelekannya. Sehingga menjadilah mereka generasi yang tidak mengenal Al-Quran melainkan hanya kumpulan kertas, tidak tahu agama selain namanya saja, menjadi seorang muslim yang hanya nama dan badannya saja tapi ruhnya dipenuhi nafsu hewani.
Namun Allah menggagalkan rencana para Salibis dan mengirim Qaedat al-Jihad untuk menarik mereka yang telah terselip di antara taring-taring singa; yang membanggakan kekuatannya atau dari kelicikan rubah yang suka menipu. Allah menginginkan kebaikan untuk para pemuda tersebut. Dan Dia ingin merubah mereka, sebagaimana Dia menyiapkan Musa ‘alaihi salam untuk menjadi musuh dan sumber bencana bagi Fir’aun; yang meledakkan tahta kedzoliman dan menghancurkan kerajaan tiran Fir’aun pada masa itu. Maka Allah juga ingin menjadikan para pemuda muslim itu untuk bangkit dan melawan Fir’aun zaman ini yang sombong dengan kekuatannya dan meluluh lantakkan kerajaannya -padahal Allah telah mebinasakan orang-orang yang lebih kuat dan lebih kejam daripada mereka, sebelumnya lalu apakah mereka tidak berpikir-.
Maka kami katakan, bahwa serangan-serangan mematikan berikutnya dan di masa yang akan datang adalah berasal dari para pemuda tersebut, yang mana mereka telah bergabung dengan kami; Qaedat al-Jihad.
-
Merugikan musuh
Merugikan musuh dianggap sebagai tujuan utama dari jihad itu sendiri dan hal ini memiliki hujjah dalam agama kita sehingga harus dijadikan pertimbangan dalam setiap melakukan penyerangan.
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُّؤْمِنِينَ
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolongmu atas mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.” (At-Taubah : 14)
Kita harus mengadzab musuh dan membuat kerugian pada moral maupun material mereka dan menghinakan mereka. Dan dengannya akan menjadi penyesalan bagi orang-orang kafir. Hal ini juga akan membuat dada kaum muslimin lega terutama dari golongan yang lemah lagi tertindas (mustad’afin). Bahkan mereka akan merasa gembira dengan apa yang terjadi pada musuh. Serangan ini dapat mengurangi kerusakan yang dilakukan musuh, dan keimanan merekapun (para pelaku serangan) akan semakin bertambah. Disamping itu akan membuat kaum muslimin bertambah dan semakin bertambah kesabarannya, sehingga mereka lebih siap dan mampu untuk menghadapi segala permasalahan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.
Ketika orang-orang yang lemah hatinya melihat bahwa para mujahidin memiliki senjata dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan diri dari kebrutalan orang-orang kafir. Ini akan menjadikan orang-orang lemah tersebut menuruti tuntutan fitrah mereka yakni menghalau kedzaliman, dan kemudian bergabung dengan para mujahidin atau minimal mendukung para mujahidin secara sembunyi-sembunyi.
-
Membalas rasa sakit kaum muslimin
Bagi siapapun yang memperhatikan bagaimana tindakan para Salibis kepada kaum muslimin, maka dia akan dapat melihat dengan jelas kebencian dan keinginan mereka untuk menumpahkan darah kaum muslimin walaupun dengan alasan yang sepele. Musuh menumpahkan darah kaum muslimin di Afghan, Somalia, Kaukasus dan negara–negara Balkan (Teluk) yang tengah mereka jajah. Dan yang akhir tapi bukan yang terakhir yang tak kalah pentingnya dalam peta perubahan dunia, yakni di Negara Suriah. Di mana para musuh (Syiah) dibantu dengan tentara Salibis dan Rusia melakukan berbagai kejahatan dan kebengisan, yang terlalu mengerikan untuk dimasukkan ke dalam catatan sejarah kehidupan manusia.
Musuhpun seakan membutakan negara-negara lain dari fakta-fakta yang ada. Bahkan mereka membalik dunia ini, sehingga yang baik seakan-akan itu jahat dan yang jahat itu terlihat baik. Semua kejahatan dan pembantaian itu dilakukan hanya untuk membalas kematian salah satu dari mereka. Apalagi apa yang dilakukan rezim murtad di negara-negara kita. Semua itu mendapat restu dan support dari para salibis, baik itu berbentuk politis maupun financial. Semua itu dilakukan musuh, tidak lain karena keinginan mereka untuk memurtadkan kita dari agama ini.
Sepanjang sejarah Islam, baik dulu maupun sekarang; Perancis merupakan ujung tombak dalam Perang Salib menyerang negara-negara Islam. Dapat kita lihat keaktifan dan antusiasme Perancis di bawah bendera NATO di Afghanistan dalam usahanya untuk membunuhi kaum muslimin dan usahanya untuk memadamkan cahaya Islam di sana. Dan di dalam Negeri mereka sendiri, Perancis menyerang kaum muslimin baik laki-laki maupun perempuan dengan pembuatan hukum yang melarang kaum muslim menerapkan agama mereka. Dan kasus yang terbaru dari perang kotor ini yakni larangan pemakaian cadar bagi saudari kita.
Perancis juga salah satu pendukung utama dari Presiden Yahudi Israel pada perang ini dan mendukung terhadap pengepungan di Palestina. Perancis juga mendeklarasikan perang global terhadap mujahidin di bawah bendera “Perang terhadap Terorisme”. Perancis juga menjadi pendukung utama dari rezim-rezim murtad di negara-negara muslim.
Perancis juga berusaha merusak keyakinan dan keimanan dari kaum muslimin melalui penginjilan (misionaris) dan penyebaran kejahatan yang dilakukan melalui kedutaan, konsulat, misionaris dan kebudayaan rusak mereka. Kita harus ingat bahwa Perancis merupakan contoh dari banyak negara-negara Barat dalam memerangi Islam.
Karena semua alasan itulah dan berbagai alasan lainnya. Maka membuat Perancis berada di barisan terdepan dalam perang melawan Allah, Rasul dan orang-orang beriman.
Apakah semua kejahatan mereka itu adalah perkara yang kecil menurut mereka (orang-orang Salib)?! Apakah tidak terpikir bahwa semua kejahatan mereka itu akan dibiarkan begitu saja dan dilupakan tanpa adanya perhitungan dan pembalasan?!
Tidak demi Allah! Para hamba Allah tidak akan pernah melupakan sejarah mereka dan mereka tidak terima jika agama mereka ditundukkan dan dihinakan. Dan mereka tidak akan menyia-nyiakan darah para syuhada’ dan tidak akan membiarkan terhadap kesedihan dan kehormatan para muslimah yang telah dilanggar. Demi Allah!! Mereka selama ini hanya sedang menunggu… Menunggu waktu yang tepat untuk melakukan pembalasan, karena agama kita mengajarkan bahwa penjajahan adalah kejahatan dan mewajibkan kita untuk memotong tangan para penjajah. Dan Agama kita melarang untuk memperbudak sekelompok kaum.
فَمَنِ اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu. Maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 194)
“Pembalasan serangan” merupakan bagian dari agama kita. Hal ini bertujuan untuk melegakan hati kaum muslimin dan untuk menghentikan kejahatan dari musuh-musuh Allah sehingga mereka tidak melakukan kejahatan itu lagi. Dan bahkan dapat mencegah musuh menjadikan penjajahan kepada Islam sebagai hobi dan kebiasaan mereka dikarenakan kepengecutan kita menghadapi mereka.
-
Merusak stabilitas keamanan musuh dan menunjukkan kepada kaum muslimin mengenai fakta bahwa musuh itu lemah dan rapuh
Musuh-musuh yang memerangi kita sebenarnya mereka itu saling berpecah belah, bahkan juga saling memerangi. Tapi ketika mereka memerangi Islam maka merekapun melebur dan saling membantu. Namun hakikatnya tetap, yakni saling berpecah belah sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al-Anfal : 73.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain.”
Setiap negara yang bergabung dengan aliansi Salib ini, yang dikomandoi oleh Perancis –yang merupakan musuh bebuyutan Islam-, mereka memiliki pengaruh yang besar bagi keberadaan rezim murtad di negara-negara kita. Selama lebih dari 60 tahun lamanya, mereka mendikte segala kebijakan para pemimpin murtad baik di bidang ekonomi, politik dan kebudayaan. Dimana para Salibis itu ingin menjadikan wilayah negara-negara Afrika Utara pada umumnya dan khusunya wilayah Maghrib, sebagai pangsa ekonomi dan produk kebudayaan mereka. Bahkan mereka ingin dapat memainkan politik di negara-negara tersebut.
Namun yang jelas, mereka ingin menjadikan negara-negara tersebut sebagai gerbang utama mereka untuk menginvasi negara-negara di selatan Sahara.
Maka karena alasan itulah, para mujahidin menjadikan Perancis sebagai target operasi mereka. Hal ini untuk merusak kestabilan keamanan mereka dan menunjukkan ketakutan yang musuh sembunyikan selama ini. Serangan ini merupakan tantangan bagi musuh dan hal ini merupakan kewajiban dalam Islam yakni menteror musuh. Perang telah dimulai dan semua metode perang boleh digunakan untuk melemahkan dan mengungkap kelemahan musuh.
Serangan di Toulouse ini menunjukkan kepada kaum muslimin, sebagaimana pada serangan Bombay. Tentang hakekat kekuatan keamanan musuh kita, yakni sebagaimana musuh berhati-hati dan menerapkan standar keamanan. Lalu sebagaimanapun mereka memonitoring, baik yang kecil maupun yang besar. Pasti semua itu memiliki celah; yang dengan itu kita akan menyerang dan mengobrak-abrik tanah air mereka.
Pengetahuan tentang hal ini sangat penting dalam perang global ini, karena dapat menaikkan mental tempur kaum muslimin, sehingga menjadikan mereka betambah kuat, berani dan dengan itu juga dapat membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Tawakal pada Allah dan ikhtiar dengan sungguh-sungguh akan menghancurkan segala hambatan yang ada, baik hambatan fisik maupun psikis. Keduannya (tawakal dan ikhtiar dengan sungguh-sungguh) merupakan dua sisi yang merupakan senjata terkuat yang tidak akan terkalahkan.
-
Menunjukkan kekuatan mujahidin dan keberanian mujahidin ketika berhadapan dengan musuh
Jihad tidak bisa dilakukan melalui kertas, tetapi jihad itu dilakukan di dunia nyata dengan berhadapan dengan musuh secara langsung. Pertahanan terbaik yakni dengan menyerang, itu yang orang-orang katakan. Juga dengan mempraktikan jihad merupakan jalan tepat untuk menjadi seorang prajurit mahir yang memilki kesabaran tinggi ketika menyerang dan menghancurkan musuh.
Ketika musuh melihat jenis operasi individual; dimana satu orang sukses menimpakan semua kerugian di jajaran musuh, mereka (orang-orang Salib) akan dapat belajar apa yang disebut dengan keberanian itu. Dan dapat menunjukkan pada musuh bahwa mereka sedang memerangi “pasukan para militer” yang beroperasi secara individu.
Perwira yang melakukan penyerangan Toulouse ini, dia adalah salah satu contoh dari singa-singa yang akan menjadi bahan bakar dalam pertempuran-pertempuran di masa depan. Para singa ini akan menjadikan kehidupan siang dan malamnya musuh seperti di neraka.
Juga Pahlawan Toulouse ini dapat menjadi contoh dan model serangan bagi siapapun yang berjalan di belakangnya diantara para pemuda di Barat, terutama bagi siapapun yang belum bisa bergabung dengan kelompok jihad.
Pesan yang disiratkan oleh pahlawan Toulouse itu kepada semua orang, yakni bahwa jalan jihad selalu terbuka dan selalu ada. Dan setiap hambatan untuk menuju ke jalan jihad itu, diciptakan oleh musuh yang bertujuan untuk mematahkan semangat kaum muslimin -dan bagi orang-orang yang beriman, mereka selalu bertawakal kepada Allah dalam menghadapi seluruh rintangan yang ada-. Rintangan tersebut diciptakan oleh Iblis untuk membuat malas dan melemahkan semangat mereka. Dan juga agar kaum muslimin menjadikannya sebagai alasan yakni “bahwa rintangan itu adalah udzur” agar mereka dapat menjadi orang-orang yang qoidun (duduk-duduk) bersama para pencela yang selalu mencela amaliah para mujahid.
Tidak diragukan pula, bahwa pahlawan Toulouse ini terinspirasi dari serangan yang penuh barokah sebelumnya yakni serangan di Madrid dan London. Pahlawan Toulouse ini mempelajari serangan-serangan tersebut kemudian menambah dan berimprovisasi untuk memaksimalkan serangannya. Semoga Allah mengampuni kesalahan-kesalahan mereka dan memberi pahala kepada mereka.
-
Memukul musuh di rumah mereka
Sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wassalam: “Sekarang kita yang akan menyerang mereka dan mereka tidak akan menyerang kita lagi“. Dan ini telah kita gunakan dalam dunia perang modern, yakni “Pertahanan terbaik adalah menyerang”.
Kaum muslimin telah terbiasa menjadi target yang mudah bagi musuh, dimana musuh merenggut kehormatan wanita kita dan membunuh para lelaki kita, dan kita tidak dapat melakukan pembelaan selain menangis dan meratap. Maka dari itulah, musuhpun terbiasa dengan hal itu. Dan merekapun menganggap bahwa hal tersebut akan seperti itu selamanya. Sehingga mereka dapat sesuka hatinya mendzolimi dan memperkosa kehormatan kita.
Termasuk dalam perang hari ini yang mereka sebut dengan “pembebasan” -sebagaimana yang pernah dilakukan oleh pendahulu kita yakni “pembebasan” dari peribadahan kepada selain Allah dan perbudakan kepada mahkluk. Tapi misi mereka ini berlainan dengan misi pendahulu kita-. Mereka mengira akan dapat dengan mudah mentarget dan mendzolimi kaum muslimin lagi. Dalam perang ini musuh tidak membatasi tujuan mereka, sebagaimana biasanya yakni untuk pertahanan dan keamanan negara mereka. Bahkan mereka ingin memanfaatkan tentara-tentara kaum muslimin untuk melindungi kepentingan mereka. Lalu mereka menempatkan tentara-tentara dari negara-negara kaum muslimin sebagai anjing penjaga bagi kepentingan mereka dengan bayaran yang sangat murah. Dan pada saat yang sama membentuk “pemerintahan boneka” yang murtad dari agamanya dan selalu menuruti keinginan mereka.
Namun semua itu telah berubah sekarang, dimana umat ini mulai mencintai jihad dan menolak penghinaan serta penyalahgunaan kekuasaan dan kekuatan. Para mujahidin telah merobek penghalang rasa takut mereka. Dan umat ini pun berdiri menantang musuhnya. Lalu mengambil senjata dan melakukan serangan yang cepat dan unik dalam berbagai bidang seperti ekonomi dan politik. Bahkan umat ini melalui tangan mujahidin menyerang dengan serangan militer ke jantung negara-negara Salibis. Maka dengan itu memaksa musuh berada dalam posisi bertahan, menunggu dan menonton saja.
Dalam peperangan hari ini kita dapat melihat kelihaian dan kecerdikan yang ditunjukan oleh para mujahidin. Yang mana para mujahidin dapat membuat musuh dalam kondisi ketakutan. Sehingga dengan itu banyak dari rencana jahat mereka yang berantakan dan strategi yang telah mereka susun menjadi onggokan kertas sampah. Baik itu rencana dalam maupun luar negeri Perancis, seperti rencana mereka untuk mujahidin Afghanistan khususnya dan rencana mereka terhadap negara-negara di Afrika Utara dan negara-negara selatan Sahara dalam rangka perang melawan Qaedat al-Jihad. Ini adalah serangan dalam bidang politik.
Adapum dalam ekonomi dapat kita lihat bagaimana musuh menghambur-hamburkan uangnya untuk menjaga keamanan, mulai dari menggaji tentara-tentaranya yang bertugas, agen-agen mereka yang melacak langkah-langkah para mujahidin sampai membayar mata-mata yang mereka sisipkan.
Maka dengan kata lain mujahidin telah menguasai peperangan pada saat ini. Dimana musuh mengalami ketakutan “paranoid” terhadap serangan lanjutan mujahidin. Sehingga menjadikan musuh menguras energinya untuk bertahan dan untuk menjaga mereka dari gangguan mujahidin. Ketakutan yang tertanam di benak musuh merupakan faktor dan senjata terbesar yang dimiliki mujahidin. Dan senjata inilah yang akan selalu menemani para mujahidin dalam “perang lanjutan” mereka yakni untuk meneror musuh, menghancurkan pasukan musuh dan menguras tenaga mereka. Sebagaimana yang terjadi pada Salibis Amerika bersama antek-anteknya.
Sebagaimana yang dikatakan oleh pemimpin Al-Qaeda asy syahid insya Allah Syaikh Abu Abdullah Osamah semoga Allah merahmatinya, “musuh kita tidak akan pernah menikmati keamanan dan ketenangan di rumah mereka sampai seluruh kaum muslimin menikmati keamanan dan ketenangan di rumah mereka.”
Ini adalah persamaannya, meskipun hal ini telah jelas, tapi mereka (para Salibis) seakan-akan tidak tahu. Hal itu tidak lain karena mereka telah dibutakan oleh keserakahan dan kedzoliman mereka sendiri. Mereka seakan-akan ingin mengahancurkan rumah mereka dengan tangan mereka, melalui perantara pembalasan yang diberikan oleh tangan-tangan “generasi baru Al-Qaeda“.
-
Saat kami menderita kalian akan menderita, dan ketika kalian membunuh kami, maka kami akan membunuh kalian
Ketika serangan musuh tidak terbalaskan sehingga musuh jauh dari serangan dan operasi yang mematikan. Maka hal ini hanya menambah lamanya penderitaan, bahkan akan menambah rasa penderitaan dan sakit akibat dari kebrutalan musuh. Bahkan membuat musuh semakin tidak segan-segan untuk menumpahkan darah umat kita. Mereka tidak memiliki rasa bersalah maupun takut terhadap pembalasan di akhirat dan tidak peduli terhadap robeknya norma-norma nurani dan agama. “Bagaimana mungkin ada perjanjian dengan mereka padahal jika mereka dalam keadaan menang atas kalian, mereka tidak menjaga kehormatan kalian? ” (QS. At-Taubah).
Tapi hari ini semuannya berbalik. Sekarang mereka bukanlah pihak yang menjajah kita, tapi kitalah yang akan memburu mereka. Sebagian mereka (negara-negara Salib) telah rata dengan tanah dan tinggal namanya saja. Dan sebagian lagi sedang diambang kehancuran. Perang Salib hari inipun akan memiliki kesamaan dengan perang-perang sebelumya, yakni kekalahan mereka. Dan mungkin yang membedakan dengan perang sebelumnya yakni dalam hal peralatan yang digunakan saja. Dan untuk hasilnya sama. Bahkan saya berani bersumpah bahwa para “Tentara Kebenaran” sudah diambang kemenangan yang akan membalikkan segalanya.
Musuh hari ini mengalami rasa takut sebagaimana yang pernah kita alami, bahkan mungkin lebih berat lagi. Karena kita hanya mengalami kerusakan material dan fisik saya. Tetapi mereka mengalami kehancuran secara psikologis, yang mana hal itu lebih besar dari sekedar rusaknnya material dan fisik.
Kami menemukan bahwa orang kafir, sekutu mereka, dan orang-orang munafik beserta agen-agen mereka marah dan semangat mereka runtuh ketika mereka mendapat serangan maupun terluka, meskipun mereka memperoleh kenikmatan dunia dan aliran dana yang besar selama perang ini. Selama hidupnya, mereka hanya mencari materi duniawi saja dan hidup mereka hanya untuk kepuasan dunia. Kekhawatiran mereka hanya soal makanan, kiblat mereka adalah nafsu, surga mereka adalah kenikmatan dunia. Ketika mereka merasa hal-hal tersebut berkurang maupun dalam keadaan berbahaya. Maka mereka langsung merasa sedih dan meratap karena tidak dapat menerimanya.
Kehancuran mental dan spiritual pada dasarnya yakni hilangnya rasa aman dan hidup di bawah bayang-bayang ketakutan. Dan para mujahidin mereka pernah hidup dalam rasa takut yang ditimbulkan oleh pengawasan yang dilakukan negara dan tindakan keras penguasanya. Tapi semua itu memiliki hikmah dan berkahnya yang tersembunyi.
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah : 155)
Pada waktu itu para mujahidin dipaksa untuk mencari jalan keluar dari rasa takut itu untuk menuju pada kemenangan. Dan mereka dipaksa untuk mencari cara menghancurkan rencana dan makar-makar musuh. Dan hal ini sama dengan yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada saat kondisi lemah di Madinah sebelum akhirnya mereka memimpin dunia.
وَاذْكُرُوا إِذْ أَنتُمْ قَلِيلٌ مُّسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُم بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, Maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu Kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.“ (QS. Al-Anfal : 26)
Hari ini para musuh mujahidin (baik itu sipil maupun militernya yang dalam pandangan syariat memiliki hukum yang sama dikarenakan mereka semua memerangi Islam), mereka hidup dalam negara-negara Barat dengan penuh rasa kekhawatiran dan ketakutan. Serta mereka telah kehilangan rasa aman dan damainya karena saking takutnya terhadap serangan mujahidin. Mereka tidak memiliki jalan lain untuk mengembalikan kondisi itu seperti semula. Sehingga akhirnya sebagian mereka mengalami depresi lalu ada yang bunuh diri karena tidak kuat menahan penderitaan tersebut. Dan sebagian lainnya menggunakan narkotika dan miras sebagai pelarian dari rasa takut mereka.Bagi musuh kehidupan dunia adalah segala-galanya, maka hancurnya perekonomian mereka merupakan sesuatu yang dasyat. Kita dapat melihat seberapa besar dampak dari hal itu pada negara-negara Salib. Dan keruntuhan perekonomian mereka merupakan konsekuensi dari perang yang dilancarkan mujahidin pada lembaga perekonomian mereka. Kita dapat melihat apa yang diperoleh musuh selama perang panjang ini dan apa yang akan diperoleh mereka setelahnya, yakni tidak lain adalah resesi dalam bidang ekonomi dan pariwisata. Maka dengan itu menjadikan musuh sebagai satu-satunya pihak yang mengalami kekalahan dan kerugian yang besar selama perang ini. Dan akhirnya mereka hanya akan menjadi pecundang besar.
Lalu kehancuran secara politik yang diwakili dengan hilangnnya kekuatan dan lobi mereka untuk mengatur negara lain. Dimana kekuatan politiknya hanya bersifat semu dan tidak lain hanya merupakan pembuatan opini dan pencitraan saja. Mereka membuat dirinya seolah-olah di depan negara-negara kecil lainnya sebagai pihak yang paling kuat dan paling layak.
يَا قَوْمِ لَكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ظَاهِرِينَ فِي الْأَرْضِ فَمَن يَنصُرُنَا مِن بَأْسِ اللَّهِ إِن جَاءَنَا قَالَ فِرْعَوْنُ مَا أُرِيكُمْ إِلَّا مَا أَرَىٰ وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ الرَّشَادِ
“(Musa berkata): “Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!” Firaun berkata: “Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar.” (QS. Al Ghafir: 29)
Kekalahan di bidang kemiliteran telah mempercepat hancurnya kekuatan lobi politik mereka yang lemah itu, dimana mereka mulai kehilangan para pengikut yang akan melindungi mereka, -bahkan para pelindung itupun tidak bisa melindungi diri mereka sendiri-. Dan mereka tidak akan sadar hingga mereka tersungkur ke tanah di bawah pedang dan besi mujahidin. Dan karena saking lemahnya mereka, sehingga ketika salah satu dari mereka runtuh maka yang lain akan terpengaruh dan runtuh juga.
Dan yang terakhir…
Muhammad Merah telah pergi sebagaimana keinginan para mujahid muwahid lainnya untuk pergi, yakni sebagai syuhada, serta meninggalkan untuk musuh-musuh Allah, rasa sedih dan sakit yang mengisi hati mereka, yakni dari golongan Salibis dan Yahudi. Dia pergi dengan kebanggaan dan kemuliaan yang mengisi hati para muwahid; yang mereka berharap untuk mengikuti langkah pahlawan ini. Dia telah dapat membuka batasan yang ada dan melanjutkan perang ini, antara Tentara Allah dengan Tentara Setan hingga Hari Pembalasan.
Muhammad Merah termasuk dari bataliyon “Tentara Allah yang tesembunyi” atau “tentara bayangan” yang menuggu di sekitar para Salibis hingga waktu yang ditentukan; untuk membuka celah antara rezim Salibis dan kemarahan kita. Dia merupakan generasi yang mencabut musuh ke akar-akarnya. Dia juga adalah mata-mata yang berdiri di garis depan mujahidin. Maka dari itulah seberapa dasyatnya perang ini bagi para Salibis, dimana hanya ada dua pilihan bagi mereka, yakni kekalahan yang sudah jelas di ambang mata atau hidup dengan penuh kehinaan.
Akhirnya, saya katakan bahwa kita harus mengambil manfaat atau ibroh dari serangan unik tersebut. Khususnya pada keyakinan dan keimanan kita kepada Allah. Dan kita harus yakin bahwa serangan tersebut merupakan senjata paling efektif untuk mengalahkan musuh. Maka kita harus bangga dengan itu. Dan jagalah kedekatan kita dengan Allah dan patuhilah perintah dari pemimpin kita. Dan cobalah untuk selalu membebaskan diri kita dari fitnah dunia. Sehingga kita layak mendapat pertolongan, hidayah dan kemenangan dari Allah.
Dan segala puji bagi Allah, penguasa langit dan bumi. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada pemimpin kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya dan para sahabatnya.
***
Ditulis sebagai catatan sejarah kemuliaan “Pertempuran Toulouse” dan sebagai ajakan bagi kaum muslimin untuk berjihad di jalan Allah.
Abu Sa’ad Al-Amiliy
29 Rabiuts Tsani 1433 / 22 Maret 2012 M
***
Judul Asli
Lessons and Treasures from the Battle of Toulouse
Penulis
Asy-Syeikh Al-Muallim Abu Sa’ad Al-Amiliy hafidhahullah
Judul Terjemahan
Pelajaran dan Hikmah dari Pertempuran Toulouse
Alih Bahasa
Abu Muwahid
Editing & Artwork
Tim Jahizuna Project hafidhahumullah
Publikasi Edisi Arab – Inggris
Ansharul Mujahidin Network
Publikasi Edisi Indo-Melayu
Jahizuna Publishing/ jahizuna.com
(saif al battar/arrahmah.com)