SURIAH (Arrahmah.com) – Sebuah kultwit tentang pelajaran dari gerak pemberontakan atas rezim Mesir, Iraq, dan Suriah beredar di Twitter pada April tahun lalu. Isi pesan sarat hikmah tersebut mengemukakan resiko keberadaan orang-orang Partai Ba’ats dalam tubuh ISIS (Daesh). Demikian Arrahmah kutip dari Muqawamah, Sabtu (9/5/2015).
Resiko keberadaan mantan tentara Ba’ats di dalam tubuh Jama’ah Daulah (ISIS/Daesh)
بسم الله الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah, mari kita panjatkan shalawat dan salam keatas junjungan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam… Amma ba’du:
Sebelum saya memulai, saya ingin menegaskan bahwa saya bukanlah penganut teori konspirasi, kami lebih cenderung menganut teori historis, yaitu mempelajari dan membandingkan antara kejadian masa lampau dengan masa kini dengan tujuan untuk mengambil pelajaran dari keduanya, ‘maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang berpikir.’
Kali ini saya ingin membahas perbandingan antara pandangan politik para pemberontak di Mesir pada waktu revolusi dengan pandangan politik partai Ba’ats di Iraq dan Syam. serta pandangan para ulama terhadap kedua hal tersebut baik di dalam dan di luar kancah peperangan.
________
Para pemberontak menyelinap masuk kedalam barisan Revolusioner Mesir, tak lama kemudian revolusi Mesir berbalik kalah. Para pasukan partai Ba’ats menyelinap ke dalam barisan Jamaah Daulah dan akan menyebabkan jamaah itu runtuh dengan seketika. Azh Zhawahiri jeli dalam membaca kedua hal tersebut.
Para revolusioner Mesir tidak mendengarkan nasehat ulama, dan sekarang mereka menangis karena menyesal. Demikian juga para pendukung Jamaah Daulah, mereka tak mengindahkan nasehat dari para ulama dan akan menyesal kelak.
Kegagalan revolusi Mesir mengagetkan banyak orang ketika itu, dan kedepannya kejatuhan Jamaah Daulah juga akan mengagetkan semua orang. Tak ada dari mereka yang peduli untuk mengambil pelajaran, kecuali sedikit.
Sesungguhnya pandangan politik Partai kafir Ba’ats telah menyusupi pandangan politik Jamaah Daulah, sama seperti Dewan Militer Mesir yang berdiri di balik layar dalam mengendalikan negeri dan revolusi. Hal semacam ini bukanlah suatu yang mengherankan, karena keduanya berasal dari pendidikan yang sama.
Bukan sebuah kebetulan jika Dewan Militer Mesir menampakkan diri sebagai pembela Revolusi dan menyampaikan penghormatan terakhir mereka terhadap orang-orang yang meninggal ketika revolusi berlangsung dengan orang-orang Ba’ats di Jamaah Daulah yang menampakkan diri seolah-olah mencintai jihad dan menyesali perbuatannya di masa lalu.
Orang-orang yang meyakini bahwa Dewan Militer Mesir telah mengkhianati Husni Mubarak adalah mereka yang dahulu yakin bahwa Partai Ba’ats telah mengkhinati Saddam.
Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri telah memiliki firasat adanya ancaman terselubung dibalik keberpihakan Dewan Militer Mesir terhadap rakyat revolusioner Mesir, maka beliau mengeluarkan pengumuman bahwa keberpihakan Dewan Militer adalah tipu daya dan jebakan. Dan pada hari ini beliau mengingatkan kepada Iraq dan Syam agar waspada (dari tipuan orang-orang Ba’ats kepada Jamaah Daulah).
Perbandingan selanjutnya, ketika itu tak ada satupun rakyat Mesir baik di dalam maupun di luar negeri yang mempercayai pernyataan dari Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri, rakyat berpikir bagaimana mungkin Dewan Militer mengkhianati revolusi yang mereka jaga sendiri padahal mereka mampu memadamkan api revolusi.
Turki Al Asyari mengomentari pernyataan Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri terhadap Revolusi Mesir dengan berkata : “Jangan sampai kalian meremehkan perkataan orang sepuh ini”. Inilah kami mendengarkanmu wahai Turki! Sesungguhnya kami akan menebus syaikh kami ini dengan diri kami.
Tak pernah ada yang menyadari pengkhianatan Dewan Militer terhadap Revolusi Mesir sedini Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri, beliau jeli dalam mengendus kebusukan kalangan militer Mesir, sebagaimana sekarang beliau mencium bau busuk dari para pasukan Ba’ats Iraq.
Pada 2011, yaitu jauh-jauh hari sebelum Revolusi Mesir usai, Beliau telah memprediksikan apa yang akan terjadi antara Dewan Militer dengan rakyat yang menggulingkan Husni Mubarak. (Dokumen video disensor pihak terusik)
Itulah mengapa orang-orang partai Ba’ats (yang berada di dalam tubuh Jamaah Daulah) sangat membenci Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri.
Dewan Militer berusaha keras untuk membubarkan para revolusioner dengan dalih untuk kebaikan dan keselamatan Mesir, dan orang-orang Ba’ats Iraq juga berusaha untuk menggagalkan jihad dengan dalih kemaslahatan Daulah Islam. Tak mengherankan memang, karena kedua-duanya berasal dari ‘sekolah yang sama’
Revolusi Mesir terus bertahan dan tidak padam hingga datang Dewan Militer menungganginya dan memadamkannya. Dan pasukan Jamaah Daulah juga tak akan kalah hingga orang-orang Ba’ats datang dan hendak memadamkan api jihad dengan tangan-tangan Jamaah Daulah.
Tulisan diatas bukan bermaksud menyamakan antara revolusi dengan jihad, dan revolusioner dengan mujahidin, akan tetapi orang yang lapang dada adalah yang menerima nasehat walaupun dari musuhnya sekalipun. Partai Ba’ts Iraq dan Dewan Militer Mesir adalah satu almamater yang saling membantu.
Sesungguhnya orang yang berkata bahwa orang kerajaan Saudi telah menginfiltrasi Jabhah Nushrah telah melupakan bahwa Jamaah Daulah telah diinfiltrasi oleh orang-orang partai Ba’ats.
Para revolusioner Mesir ketika itu menyangkal pernyataan kami sebagaimana orang-orang Jamaah Daulah menyangkal dengan mengatakan : “Penguasa rezim telah jatuh, bagaimana mungkin mereka mampu menyusup kedalam revolusi kami/Daulah kami?”. Namun hal itu benar-benar terjadi, dan akan terulang kembali di Syam.
Yang lebih mirisnya lagi adalah bahwa orang-orang yang paling tidak percaya dengan adanya ancaman dari Dewan Militer terhadap revolusi adalah dari kalangan Ikhwanul Muslimin dan Muhammad Mursi. Begitu juga Jamaah Daulah, mereka adalah kalangan yang paling tidak percaya tentang keberadaan orang-orang Ba’ats yang menunggangi mereka untuk melumpuhkan jihad.
Sungguh tak masuk akal bahwa Dewan Militer yang dibesarkan didalam pelukan Husni Mubarak dan membelanya hingga saat kejatuhannya tiba-tiba berbalik arah melawannya dan menjadi revolusionis. Begitu juga sangat tidak mungkin bila orang-orang partai Ba’ats yang dibesarkan dalam dekapan Saddam Husein lalu tiba-tiba menjadi mujahid sejati.
Sesungguhnya prinsip Partai Ba’ats Iraq dan Dewan Militer Mesir adalah sama, membunuh para pembangkangnya dengan dalih kemaslahatan. Dahulu Saddam Husein membunuh orang-orang yang melawannya setiap hari.
Sesungguhnya usaha Jamaah Daulah untuk menjauhi para mujahidin dari Al Qaeda dan mengikuti jejak pasukan partai Ba’ats adalah kejahatan yang takkan pernah dilupakan oleh umat Islam dan akan tercatat selamanya di dalam sejarah.
Sejak kapan para pasukan partai Ba’ats lebih mengerti persoalan jihad dan urusan keummatan daripada Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri? Apa kalian tak berakal? Apakah kalian tidak mengambil pelajaran dari orang-orang bijaksana? Sungguh, kini kebenaran sudah terungkap dengan jelas.
Sebagai perbandingan; dahulu partai Ba’ats Iraq dan Suriah menggaung-gaungkan semboyan “Allah-Negara-Komandan-kebangkitan-kekal-berkembang”. Partai Ba’ats kini telah berhasil menguasai Jamaah Daulah secara perlahan-lahan. Kemudian Jamaah Daulah berusaha menguasai Syam namun mereka tercengang karena Jabhah Nushrah dan Al Qaeda-lah yang justru menjadi batu sandungan bagi mereka.
Partai Ba’ats Iraq pernah memerangi Iran dengan alasan membela Sunni, lalu memerangi suku Kurdi dengan alasan membela negara dan agama Islam serta memerangi kubu Islam dengan dalih mereka adalah pengkhianat bangsa.
Lalu Jamaah Daulah berdalih bahwa para mujahidin harus memanfaatkan orang-orang Ba’ats yang membelot untuk kepentingan jihad, karena mereka adalah orang-orang yang sarat pengalaman dan memiliki talenta kenegarawan. Lalu mengapa kalian mengkafirkan Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri dan membunuh wakilnya di Suriah? Padahal beliau telah berjihad selama 40 tahun!
Sesungguhnya Jamaah Daulah memanfaatkan pengalaman orang-orang partai Ba’ats untuk membunuh para penentang mereka dan memutarbalikkan fakta tentang mujahidin, sungguh kami telah mengetahui luar dan dalam tentang pandangan keagamaan jamaah ini. Mereka memang tak akan peduli lagi dengan sikap para ulama terhadap mereka.
Saddam pernah menjajah Kuwait dengan memegang semboyan ‘kekal dan berkembang’. Dia menjajah Kuwait dan melakukan kejahatan perang, ia mengatasnamakan perang Kuwait ini dengan ‘Umat yang bersatu tak dapat dipisahkan oleh batas-batas kenegaraan yang sempit, Amerika dan dunia Internasional memeragiku, akan tetapi aku takkan gentar’.
Karena alasannya tersebut, akhirnya Syaikh Usamah bin Laden meminta kepada kerajaan Saudi untuk turun tangan dalam memerangi Saddam, dengan syarat harus melibatkan pasukan mujahidin dan tidak melibatkan pasukan Amerika, dan kalau kita ingat bersama, dari sinilah konflik antara Syaikh Usamah bin Laden dengan kerajaan Saudi dimulai. Karena pasukan Amerika turun tangan di Kuwait.
Karenanya tak diragukan lagi bahwa pada saat itu Saddam menilai Usamah bin Laden sebagai lelaki tua yang pikirannya kacau. Lalu mengapa Syaikh Usamah bin Laden melarang Saddam dari menjajah Kuwait? Apakah beliau tidak mengetahui tentang batas-batas negara arab berdasarkan perjanjian Sykes Piccot?
Jadi jangan heran bila ucapan Saddam kepada para Ulama dan ucapan Al Baghdadi kepada ulama jihad sama persis : “Aku lebih memilih untuk mengikuti perintah Rabbku daripada perintah orang-orang yang menyelisihiku. Diatas jalan-Nya kami akan kekal dan berkembang”.
Catatan penting:
- Kami hanya sebatas membicarakan Saddam Husein dari sisi sejarahnya saja, karena akhir hidupnya ditutup dengan kalimat Syahadatain, selamat atasnya yang telah mengucapkan kata-kata yang menyelamatkan tersebut.
- Perselisihan kami terhadap Saddam Hussein adalah ketika dia menjajah Kuwait dan ketika ia tidak mendengarkan nasehat dari para ulama, sama halnya dengan perselisihan kami dengan Jamaah Daulah pada hari ini di Suriah.
- Sesungguhnya perbuatan Saddam menyerang Iran adalah perbuatan terpuji, sama dengan peperangan Jamaah Daulah terhadap Pasukan Syiah Shafawiyah.
- Akan tetapi perbuatan terpuji mereka tak serta-merta menafikan kekejaman yang telah mereka perbuat.
________
Beberapa ikhwan berkata kepadaku : “Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam mengedepankan kepentingan Khalid radhiyallahu ‘anhu daripada para sahabat lainnya, maka mengapa anda tidak mengutamakan pasukan Ba’ats (yang telah bertaubat)?”.
Maka saya jawab : “Benar apabila yang anda katakan bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam mengedepankan kepentingan Khalid bin Abi Walid dan Ikrimah bin Abi Jahal radhiyallahu anhuma, akan tetapi beliau juga tidak serta-merta melupakan para sahabat yang pertama kali masuk Islam seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Maka mengapa kalian mengedepankan kepentingan pasukan Ba’ats dan mengesampingkan urusan para komandan jihad serta ulamanya?”.
Beberapa ikhwan yang berkata kepadaku : “Jamaah Daulah telah mengkafirkan partai Ba’ats di dalam pernyataan mereka yang dirilis”.
Sekali lagi : Sesungguhnya Dewan Militer di Mesir juga menjauhi Husni Mubarak bahkan akhirnya menangkapnya. Akhirnya Dewan Militer berbalik mendukung keberlangsungan Revolusi!
________
Dewan Militer mengadopsi strategi yang cerdik dalam melanggengkan kekuasaan mereka atas Mesir, pertama-tama mereka menumpas rakyat pro Husni Mubarak, kemudian mereka menumpas para revolusioner yang pada awalnya bersama-sama dalam menggulingkan Husni Mubarak. Begitu juga partai Ba’ats Iraq, mereka bercokol di dalam barisan pro Saddam Husein kemudian menyelinap kedalam barisan mujahidin. Kelak mayoritas orang akan menyadari hal ini, akan tetapi saat itu tak yang ada hanyalah penyesalan.
Semua orang dahulu meyakini bahwa Jamaah Daulah berada diatas kebaikan, hingga tampuk kepemimpinan jatuh ke tangan orang-orang Ba’ats.
Kini anda akan menyadari perbedaan mendasar dari Abu Umar Al Baghdadi rahimahullah yang dahulu ditangkap oleh pemerintahan Saddam dan akhirnya berakhir di tangan Amerika dengan Al Baghdadi kedua yang seorang kolonel di dalam satuan militer partai Ba’ats, yang dia tetap bersama partai Ba’ts hingga kejatuhan rezim tersebut (dan kini diklaim sebagai Khalifah).
TERAKHIR :
Apa yang saya katakan diatas bukanlah sesuatu yang mengada-ada, saya hanya menyampaikan apa yang mereka katakan, bahkan mereka membanggakan keberadaan orang-orang parti Ba’ats yang bergabung bersama mereka. Akan tetapi mereka dikagetkan dengan penolakan Jabhah Nushrah terhadap mereka, mereka sangat tidak memperkirakan hal ini.
Dan seperti revolusioner Mesir yang dahulu masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan revolusi mereka dari pembungkaman oleh pihak Dewan Militer, maka hari ini Jamaah Daulah juga memiliki kesempatan untuk melepaskan diri dari cengkeraman partai Ba’ats.
Seperti revolusi Mesir yang ketika itu memiliki solusi sempurna, yaitu mendengarkan nasehat dari para ulama dan mujahidin, yang terdepan adalah Syaikh Dr. Ayman Azh Zhawahiri, maka begitu juga Jamaah Daulah pada hari ini.
Solusi bagi revolusi Mesir ketika itu bukanlah meninggalkan negeri nya jatuh ke tangan musuh kemudian keluar dari Mesir dan berhijrah. Begitu juga Jamaah Daulah, membubarkan jamaah ini bukanlah sebuah solusi. Solusi terbaik adalah mendengarkan nasehat dari para ulama dan mujahidin kemudian berbenah dan menginstropeksi diri.
________
Dihadapan Jamaah Daulah ada sebuah kesempatan yang mahal. Mereka menyadari kesalahannya dengan mata kepala sendiri, dan telah mendengar nasehat dari para komandan jihad dengan diri mereka sendiri, maka kami berlindung kepada Allah dari orang-orang yang menutup hati mereka.
Dan kami para pembela mujahidin terutama Al Qaeda, sudah seharusnya bagi kami untuk terus menerus memberikan nasehat kepada saudara-saudara kami.
@ShamLovers
(aliakram/arrahmah.com)